Satgas Operasi Damai Cartenz menegaskan sosok Sebby Sambom bukan juru bicara (jubir) kelompok kriminal bersenjata (KKB), melainkan influencer atau pemengaruh yang aktif di media sosial. Sebby Sambom kerap memprovokasi warga di Papua.
“Dia (Sebby Sambom) bukan juru bicara. Juru bicara itu ketahuan tempatnya, tapi kalau influencer tidak ketahuan tempatnya bisa dilakukan di mana saja,” ucap Kasatgas Humas Damai Cartenz Kombes Yusuf Sutejo dalam keterangannya, Rabu (24/12/2025).
Sebby Sambom kerap menyebarkan berita atau informasi bohong alias hoaks di media sosial. Satgas Damai Operasi Cartenz menemukan puluhan link sepanjang 2025 berisi hoaks yang disebarkan di media sosial.
“Sebby Sambom seorang influencer yang pro kepada kelompok kriminal bersenjata. Itu kita bisa identifikasi dan bisa kita lakukan viralisasi itu ada 44.171 link,” ungkapnya.
Sebby Sambom juga dinilai ikut memprovokasi generasi muda di Papua untuk bergabung dalam KKB. Kelompok separatis di Papua juga banyak diisi Generasi Z alias Gen Z karena termakan provokasi.
“(Kemunculan KKB dari kalangan Gen untuk menunjukkan) Eksistensinya saja, dan ini turut diprovokasi oleh Sebby Sambom, influencer-nya itu. Saya sebutkan sekali lagi, dia itu bukan juru bicara, dia itu influencer,” imbuh Yusuf.
Menurut Yusuf, hal ini turut menjadi tantangan aparat dalam melakukan penegakan hukum terhadap KKB. Aparat TNI maupun Polri kerap dituding berada di balik kekerasan KKB di Papua.
“Tantangan secara umum adalah mereka banyak main di media sosial, memprovokasi masyarakat untuk selalu menyudutkan aparat TNI dan Polri. Padahal kita itu hadir di tanah Papua ini itu untuk menjaga agar tanah Papua ini tetap damai dan aman,” terangnya.
Sebelumnya diberitakan, Satgas Operasi Damai Cartenz menangkap 45 anggota KKB sepanjang 2025. Dari data tersebut, 20 orang ditetapkan tersangka dan ada 15 pelaku lainnya tewas ditembak mati karena melakukan perlawanan.
“Hasil dari upaya penegakan hukum itu yang melakukan perlawanan kepada kita itu ada 15 orang yang akhirnya kita lumpuhkan dan meninggal dunia,” ungkapnya.
Dari hasil penegakan hukum itu, aparat menyita 29 pucuk senjata api 4.194 butir amunisi, 45 magasin, 2 buah bahan peledak, hingga senjata tajam termasuk panah ada 93 buah. Selain itu ada 57 lembar dokumen yang diamankan.
Yusuf turut mengungkap keberadaan KKB dari kalangan Gen Z yang dianggap lebih brutal dari generasi senior. Kelompok separatis dari kalangan Gen Z kerap melakukan penyerangan tanpa mengenal waktu dan latar belakangan korban.
“Pertama, mereka tidak mengenal hari, mau itu hari minggu, hari ibadah, mereka lakukan penyerangan. Yang kedua, mereka tidak mengenal siapa korban, mau itu tenaga kesehatan mau itu guru, mereka hajar,” jelas Yusuf.
