Potensi Cuaca Ekstrem, Walkot Tangsel Antisipasi Banjir di 8 Titik

Posted on

Wali Kota Tangerang Selatan (Walkot Tangsel), Benyamin Davnie, mengatakan jajarannya telah menyiapkan sejumlah langkah dalam menghadapi potensi cuaca ekstrem di dalam sepekan ke depan. Antisipasi dilakukan dengan membersihkan kali hingga pembangunan drainase.

“Sudah kami bahas dalam rapat kemarin. Kita akan lakukan percepatan pembangunan drainase, pengerukan sedimentasi, pembersihan kali dari sampah oleh warga, dan menyiapkan perahu karet untuk evakuasi bila diperlukan,” kata Benyamin saat dihubungi, Rabu (9/7/2025).

Di awal pekan ini, ada 20 titik di Tangsel yang terendam banjir. Benyamin mengatakan ada delapan titik zona merah yang rawan banjir di Tangsel saat terjadi cuaca ekstrem sepekan ke depan.

“Setidaknya ada tujuh sampai delapan tiitk,” ujar Benyamin. Dia menjawab jumlah wilayah di Tangsel yang terancam banjir.

Benyamin menjelaskan banjir yang terjadi di Tangsel di awal pekan ini akibat hujan lokal dengan intensitas tinggi. Dia menyebut jika hujan turun di atas 50 mm/hari, maka rawan banjir di Tangsel akan tergenang air.

“Kalau curah hujannya di atas 50 mm/hari sudah bisa dipastikan akan terjadi banjir atau genangan air. Hujan terakhir kemarin sampai 150 mm/hari dan durasi waktunya cukup lama,” tutur Benyamin.

Seperti diketahui, memprediksi dalam sepekan ke depan sejumlah wilayah menghadapi fenomena cuaca ekstrem. Kepala BMKG Dwikorita mengungkap salah satu wilayah yang berpotensi mengalami hujan lebat dalam seminggu ke depan merupakan Jabodetabek.

Selain Jabodetabek, wilayah lain yang berpotensi mengalami hujan dengan intensitas tinggi lainnya adalah Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Maluku bagian tengah, serta Papua bagian tengah dan utara.

Tren cuaca ekstrem yang juga terjadi beberapa hari belakangan dipicu atmosfer tidak lazim yang membuat mundurnya musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia. Dwikorita juga menyoroti hingga akhir Juni 2025, baru sekitar 30 persen wilayah Zona Musim yang mengalami peralihan ke musim kemarau.

“Padahal secara klimatologis, pada waktu yang sama, biasanya sekitar 64 persen wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau,” beber Dwikorita dalam konferensi pers Senin (7/7/2025).

Hasil prediksi curah hujan bulanan menunjukkan anomali curah hujan yang sudah terjadi sejak Mei 2025 akan terus berlangsung, dengan kondisi curah hujan di atas normal terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia hingga Oktober 2025.

“Melemahnya monsun Australia yang berasosiasi dengan musim kemarau turut menyebabkan suhu muka laut di selatan Indonesia tetap hangat dan hal ini berkontribusi terhadap terjadinya anomali curah hujan tersebut,” lanjut dia.

Selain itu, gelombang Kelvin aktif yang terpantau melintas di pesisir utara Jawa, disertai pelambatan dan belokan angin di Jawa bagian barat dan selatan memicu penumpukan massa udara.

Konvergensi angin dan labilitas atmosfer lokal juga terpantau kuat sehingga mempercepat pertumbuhan awan hujan. Adapun berdasarkan iklim global, BMKG dan beberapa pusat iklim dunia memprediksi ENSO (suhu muka air laut di Samudra Pasifik) dan IOD (suhu muka air laut di Samudra Hindia) akan tetap berada di fase netral pada semester kedua tahun 2025.

Hal ini berarti, dapat dipastikan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan di atas normal dari yang seharusnya terjadi di musim kemarau atau disebut juga dengan kemarau basah.

Lihat juga Video ‘Permintaan Maaf Pramono karena Masih Ada Warga Terdampak Banjir’:

Saksikan Live infoPagi:

Potensi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan