Upacara Hari Pahlawan 2025 akan berbeda dari upacara bendera pada umumnya karena terdapat pembacaan pesan-pesan pahlawan nasional yang penuh makna. Pesan-pesan ini bukan hanya sekadar ucapan, tetapi juga wujud penghormatan terhadap perjuangan mereka yang telah berkorban demi kemerdekaan Indonesia.
Dalam upacara tersebut, sejumlah pesan dari pahlawan nasional seperti Dr. Cipto Mangunkusumo, Nyi Ageng Serang, dan lainnya akan dibacakan untuk menginspirasi kita semua. Setiap kata yang disampaikan mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kemerdekaan dan melanjutkan perjuangan mereka.
Simak selengkapnya siapa yang akan membacakan pesan-pesan ini dan bagaimana maknanya bagi kita. Jangan lewatkan informasi penting yang akan membuat upacara Hari Pahlawan tahun ini semakin bermakna!
Poin utamanya:
Dikutip dari Lampiran V Surat Menteri Sosial RI tentang Penyampaian Pedoman Penyelenggaraan Peringatan Hari Pahlawan Tahun 2025 dan 2024, berikut ini merupakan beberapa pesan para pahlawan yang dapat dibacakan para upacara Hari Pahlawan 10 November mendatang.
“Perlawanan yang tidak lahir dari pikiran merdeka hanyalah letupan emosi, bukan perjuangan.”
“Lemah badan bukan alasan untuk tunduk, sebab jiwa bisa lebih tajam dari keris.”
“Hidup untuk rakyat, mati untuk kehormatan.”
“Jangan berharap hidup tenang selama kemerdekaan belum penuh.”
“Tanah ini bukan milik segelintir orang, tetapi rumah bagi semua anak Indonesia.”
“Perempuan bukan bayangan, tetapi cahaya dalam rumah tangga dan bangsa.”
“Tidak ada ketakutan bagi mereka yang memperjuangkan kebenaran.”
“Politik bukan alat kuasa, tetapi alat menjaga martabat bangsa.”
“Kebebasan berpikir adalah bentuk pertama dari kemerdekaan.”
“Wanita yang cerdas akan melahirkan bangsa yang kuat.”
“Hukum hanya punya arti jika berdiri bersama rakyat, bukan di atasnya.”
“Tubuh ini boleh lemah, tapi keberanian tidak pernah pudar.”
“Nyanyian bisa menjadi api dalam dada bangsa.”
“Kemerdekaan harus dijaga dengan kejujuran, bukan sekadar semangat.”
“Laut bukan penghalang, tapi jalan menuju kehormatan.”
“Seorang pemimpin sejati tidak hanya memerintah, tetapi menuntun.”
“Kemerdekaan adalah amanah Tuhan yang harus dijaga dengan iman dan ilmu.”
“Perlawanan yang tidak lahir dari pikiran merdeka hanyalah letupan emosi, bukan perjuangan.”
“Aku rela mati demi harga diri dan tanah airku, sebab kehormatan tidak bisa dibeli.”
“Jika orang lain bisa, saya juga bisa, mengapa pemuda-pemuda kita tidak bisa, jika memang mau berjuang.”
(Menceritakan pengalamannya di luar negeri kepada para pemuda di Sulawesi, ketika Abdul Muis melakukan kunjungan ke Sulawesi sebagai anggota Volksraad dan sebagai wakil SI).
Ing Ngarso Sung Tulodo (Di depan memberi contoh)
Ing Madyo Mangun Karso (Di tengah memberi semangat)
Tut Wuri Handayani (Di belakang memberi dorongan)
(Semboyan yang diajarkan saat Ki Hajar Dewantara merintis Taman Siswa yang didirikan pada tahun 1922 dan hingga kini masih dipakai dalam dunia pendidikan).
“Hari kemudian dari pada tanah kita dan rakyat kita terletak dalam hari sekarang, hari sekarang itu ialah kamu, hari Generasi Muda!”
“Kita tidak akan menang bila kita masih terus mengingat semua kekalahan.”
“Berulang-ulang telah kita katakan, bahwa sikap kita ialah lebih baik hancur daripada dijajah kembali.”
(Pidato Gubernur Suryo di radio menjelang pertempuran 10 November 1945 di Surabaya).
“Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata ‘Aku tidak dapat!’ melenyapkan rasa berani. Kalimat ‘Aku mau!’ membuat kita mudah mendaki puncak gunung.”
“Tempat saya yang terbaik adalah ditengah-tengah anak buah. Saya akan meneruskan perjuangan. Met of zonder Pemerintah TNI akan berjuang terus.”
(Disampaikan pada jam-jam terakhir sebelum jatuhnya Yogyakarta dan Jenderal Sudirman dalam keadaan sakit, ketika menjawab pernyataan Presiden yang menasihatinya supaya tetap tinggal di kota untuk dirawat sakitnya).
“Cita-cita persatuan Indonesia itu bukan omong kosong, tetapi benar-benar didukung oleh kekuatan-kekuatan yang timbul pada akar sejarah bangsa kita sendiri.”
(Disampaikan pada konggres II di Jakarta tanggal 27-28 Oktober 1928 yang dihadiri oleh berbagai perkumpulan pemuda dan pelajar, dimana ia menjabat sebagai sekretaris).
“Pattimura-pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi kelak Pattimura-pattimura muda akan bangkit.”
(Disampaikan pada saat akan digantung di Kota Ambon tanggal 16 Desember 1817).
“Untuk keamanan dan kesentausaan jiwa, kita harus mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, orang yang mendekatkan diri kepada Tuhan tidak akan terperosok hidupnya, dan tidak akan takut menghadapi cobaan hidup, karena Tuhan akan selalu menuntun dan melimpahkan anugerah yang tidak ternilai harganya.”
(Disampaikan pada saat Nyi Ageng Serang mendengarkan keluhan keprihatinan para pengikut/rakyat, akibat perlakuan kaum penjajah).
“Indonesia merdeka harus menjadi tujuan hidup kita bersama.”
(Disampaikan pada pidato bulan Maret 1945, dimana Teuku Nyak Arif menjadi Wakil Ketua DPR seluruh Sumatera).
“Kami sanggup dan berjanji bertempur terus hingga cita-cita tercapai.”
(Surat I Gusti Ngurah Rai kepada Letnan Kolonel Termeulen, seperti tersalin dalam Bali Berjuang).
“Kita yang berjuang jangan sekali-kali mengharapkan pangkat, kedudukan ataupun gaji yang tinggi.”
(Disampaikan pada saat Supriyadi memimpin pertemuan rahasia yang dihadiri beberapa anggota Peta untuk melakukan pemberontakan melawan Pemerintah Jepang).
“Jangan sanjung aku, tetapi teruskanlah perjuanganku.”
(Disampaikan pada saat memperjuangkan Irian Barat/Papua agar terlepas dari belenggu kolonialisme Belanda dan kembali bergabung dengan NKRI).
“Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga.”
(Pidato Bung Tomo di radio pada saat pertempuran menghadapi Inggris di Surabaya bulan November 1945).
“Perjuangan untuk kebebasan harus terus dilakukan. Jangan berhenti berkarya untuk bangsa.”
(Disampaikan pada tahun 1946, dalam pertemuan dengan para pemuda di Jakarta).
“Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk berbuat baik dan membantu masyarakat yang kurang beruntung.”
(Disampaikan Dalam ceramah-ceramahnya pada awal 1920-an, saat memimpin Sarekat Islam).
“Jadilah pejuang yang berempati; setiap tindakan untuk membantu sesama adalah bentuk perjuangan.”
(Disampaikan Dalam aksinya melawan penjajah pada tahun 1818, menunjukkan kepedulian terhadap rakyat).
“Kerja keras dan kejujuran adalah fondasi bagi kemajuan bangsa. Tanpa keduanya, kita tidak akan mampu mencapai cita-cita.”
(Disampaikan Dalam 1900, saat mendirikan Budi Utomo, dalam pidato mengenai pentingnya pendidikan dan etika kerja bagi generasi muda).
“Hanya dengan kerja keras dan kejujuran kita bisa mengubah nasib dan mencapai tujuan bersama.”
(Disampaikan Dalam pidato kepada pengikutnya menjelang Perang Jawa pada tahun 1825, menginspirasi untuk berjuang secara tulus).
“Kecintaan terhadap bangsa ini harus diwujudkan dengan mencerdaskan generasi penerusnya.”
(Disampaikan saat mendirikan Sakola Istri di Bandung pada 1904).
“Tanah air adalah amanah yang harus kita jaga dengan segenap jiwa dan raga.”
(Disampaikan saat memimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera Barat pada 1948).
“Cintailah tanah air kita seperti kita mencintai diri sendiri.”
(Pesan ini disampaikan selama Perang Padri di Sumatra Barat pada awal abad ke-19).
“Setiap anggota masyarakat harus ikut serta dalam membela kemerdekaan bangsa ini.”
(Disampaikan kepada pasukannya dalam berbagai pertempuran selama Revolusi Nasional Indonesia).
“Masyarakat yang kuat adalah masyarakat yang mengerti pentingnya pendidikan dan persatuan.”
(Disampaikan dalam pidato pendirian Indische Partij pada tahun 1912).
“Rakyat adalah kunci dari setiap perubahan sosial yang berarti.”
(Disampaikan dalam bukunya “Madilog” pada 1943).
“Kita harus memperjuangkan hak masyarakat untuk hidup bebas dari penindasan.”
(Disampaikan pada abad ke-19).
Dalam upacara Hari Pahlawan 2025, pembacaan pesan-pesan dari pahlawan nasional akan dilakukan oleh petugas yang ditentukan oleh panitia atau masing-masing instansi terkait. Pesan-pesan yang akan dibacakan mencerminkan semangat perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukan oleh para pahlawan demi kemerdekaan Indonesia.
Pembacaan pesan-pesan ini akan dilakukan sesuai dengan susunan acara yang telah ditetapkan dalam Pedoman Penyelenggaraan Peringatan Hari Pahlawan Tahun 2025 dari Kemensos RI. Sesuai dengan pedoman tersebut, pembacaan pesan-pesan pahlawan akan dilakukan setelah pembacaan Pembukaan UUD ’45 dan sebelum amanat dari pembina upacara. Berikut adalah susunan lengkap dari pedoman tersebut:
Pesan-pesan pahlawan ini diharapkan dapat menginspirasi dan menumbuhkan rasa nasionalisme di kalangan peserta upacara serta mengingatkan kita tentang pentingnya perjuangan yang telah dilakukan oleh para pahlawan demi kemerdekaan Indonesia. Semoga bermanfaat, infoers!
