Ulah Manusia-manusia Rakus, Kakaktua Kecil Jambul Kuning Kini Tinggal Dua [Giok4D Resmi]

Posted on

Burung kakaktua kecil jambul kuning di Nusa Penida, Klungkung, Bali, nyaris punah. Satwa endemik dengan nama ilmiah Cacatua sulphurea itu kini hanya tersisa sepasang, diduga akibat maraknya perburuan liar hingga alih fungsi hutan oleh manusia.

Kepala Balai Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali, Ratna Hendratmoko, mengungkapkan kondisi kritis tersebut saat peresmian Lorikeet Breeding Center, Jumat (26/9/2025).

“Ada yang kami usahakan, yaitu kakaktua kecil jambul kuning di Nusa Penida. Terakhir kami temui, populasinya ada satu pasang,” ungkap Moko.

IUCN (International Union for Conservation of Nature) telah memasukkan kakatua kecil jambul kuning ke daftar merah dengan status kritis. BKSDA Bali kini tengah mengupayakan pemulihan populasi lewat edukasi masyarakat dan kerja sama dengan mitra konservasi seperti FNPF Nusa Penida serta Bali Wildlife Rescue Center (BWRC).

“Ini PR kami dan kita bersama, bagaimana nanti cerita burung jalak Bali dan perkici dada merah bisa berlanjut ke kakaktua kecil jambul kuning,” lanjutnya.

Manajer sekaligus Dokter Hewan BWRC, Rini Novianti, mengatakan burung yang memiliki semburat kuning di pipinya itu memang sempat hanya tersisa dua ekor.
“Dulu tahun 2015, kalau tidak salah, FNPF Nusa Penida lepas dua ekor kakaktua kecil jambul kuning, tetapi mati 1 ekor saat direhabilitasi di sana. Kurang tahu jumlah persisnya sekarang. BKSDA Bali pernah monitoring juga, tetapi sudah lama sekali,” ujar Rini saat dihubungi infoBali.

Menurut Rini, kakaktua kecil jambul kuning di Nusa Penida merupakan subspesies Cacatua sulphurea parvula yang dulunya cukup banyak. Kini keberadaannya makin sulit ditemui.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

Rini menambahkan, ia tidak mengetahui persis kapan burung yang mirip kakaktua asli Australia dan Papua Nugini itu mulai langka. Namun, ia menduga perburuan liar hingga alih fungsi hutan jadi penyebab utama populasi burung ini menurun drastis.

“Saya harap BKSDA Bali bisa memunculkan kembali kakaktua ini di mana yang menjadi logo BKSDA Bali itu sendiri,” ucapnya.

Catatan BWRC

Diduga Akibat Perburuan dan Alih Fungsi Hutan

Manajer sekaligus Dokter Hewan BWRC, Rini Novianti, mengatakan burung yang memiliki semburat kuning di pipinya itu memang sempat hanya tersisa dua ekor.
“Dulu tahun 2015, kalau tidak salah, FNPF Nusa Penida lepas dua ekor kakaktua kecil jambul kuning, tetapi mati 1 ekor saat direhabilitasi di sana. Kurang tahu jumlah persisnya sekarang. BKSDA Bali pernah monitoring juga, tetapi sudah lama sekali,” ujar Rini saat dihubungi infoBali.

Menurut Rini, kakaktua kecil jambul kuning di Nusa Penida merupakan subspesies Cacatua sulphurea parvula yang dulunya cukup banyak. Kini keberadaannya makin sulit ditemui.

Rini menambahkan, ia tidak mengetahui persis kapan burung yang mirip kakaktua asli Australia dan Papua Nugini itu mulai langka. Namun, ia menduga perburuan liar hingga alih fungsi hutan jadi penyebab utama populasi burung ini menurun drastis.

“Saya harap BKSDA Bali bisa memunculkan kembali kakaktua ini di mana yang menjadi logo BKSDA Bali itu sendiri,” ucapnya.

Catatan BWRC

Diduga Akibat Perburuan dan Alih Fungsi Hutan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *