Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) membeberkan hasil investigasi menyeluruh terkait meninggalnya Irene Sokoy, ibu hamil di Papua, bersama bayi yang dikandungnya. Kasus ini memicu keprihatinan publik karena Irene diduga ditolak oleh empat rumah sakit sebelum akhirnya kehilangan nyawa.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga turut berbelasungkawa dan menegaskan kejadian ini menjadi keprihatinan keras bagi sistem kesehatan di daerah.
“Kemenkes dan saya pribadi turut berduka cita sedalam-dalamnya atas meninggalnya Bu Irene dan calon bayinya. Kejadian ini memprihatinkan karena Kemenkes justru ingin menghapuskan kematian ibu dan bayi,” beber Budi di Jakarta, Kamis (27/11/2025).
ADVERTISEMENT
Budi mengatakan setelah laporan mencuat, Kemenkes langsung mengirim tim ke Papua untuk dua misi utama: menginvestigasi penyebab kasus dan menyiapkan langkah perbaikan signifikan agar kejadian serupa tidak terulang, terutama di wilayah dengan akses layanan terbatas.
Tim lintas direktorat meliputi Pelayanan Kesehatan Primer, Pelayanan Kesehatan Rujukan, dan Tata Kelola Rujukan, sudah tiba di Papua sejak 24 November 2025.
Tim memetakan kondisi mulai dari ketersediaan tenaga spesialis, sarana-prasarana, hingga alur rujukan. Dari hasil penelusuran, Kemenkes memperoleh kronologi lengkap perjalanan medis Irene sebagai berikut:
1. Pasien Sudah ANC dan Pernah Periksa di RS Wari
Irene tercatat menjalani antenatal care (ANC) di puskesmas. Ia juga pernah berkonsultasi dengan dokter spesialis obstetri, ginekologi (obgyn) di RS Wari di persalinan pertama.
Riwayat persalinan sebelumnya normal, tertapi dokter menyatakan kali ini ukuran janin lebih besar dan perlu pemantauan ketat serta kemungkinan tindakan khusus.
2. 16 November: Datang ke RS Wari dalam Kondisi Nyeri
Pada 16 November 2025, Irene datang ke RS Wari dengan keluhan nyeri hebat. Namun, dokter obgyn sedang tidak berada di tempat karena menghadiri seminar di Sulawesi.
Penanganan awal dilakukan oleh bidan. Setelah lima jam tanpa kemajuan persalinan dan muncul tanda komplikasi, pasien diputuskan untuk dirujuk operasi caesar.
3. Rujukan ke RS Dian Harapan: Tak Ada Anestesi & NICU Penuh
RS Dian Harapan menjadi tujuan rujukan pertama. Namun, situasi di sana tak memungkinkan tindakan. Tidak ada dokter anestesi yang bertugas, kapasitas NICU penuh.
Irene bahkan belum turun dari mobil ketika diputuskan harus dirujuk kembali.
Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.
4. RS Adipura: Ruang Operasi Sedang Renovasi
Rumah sakit berikutnya adalah RS Adipura. Namun, seluruh ruang operasi sedang direnovasi dan tidak bisa digunakan. Pasien kembali dipindahkan.
5. RS Bhayangkara: Ada Spesialis, Tapi Rawat Inap Kelas 3 Tidak Tersedia
Di RS Bhayangkara, dokter obgyn dan anestesi tersedia. Namun kendala berikutnya muncul, ruang rawat inap kelas 3 dinyatakan penuh sehingga pasien diarahkan untuk menggunakan layanan VIP dengan biaya sekitar Rp 3 hingga 4 juta.
Sontak keluarga keberatan secara ekonomi, sehingga memutuskan mencari fasilitas lain.
6. Dalam Perjalanan ke RS Douwa, Kondisi Memburuk
Irene dimobilisasi menuju RS Douwa. Namun dalam perjalanan kondisinya semakin menurun. Bidan memutuskan kembali ke RS Bhayangkara karena merupakan fasilitas terdekat yang masih memungkinkan penanganan.
Namun setibanya di RS Bhayangkara, Irene sudah dalam kondisi kritis. Upaya resusitasi jantung paru (RJP) dilakukan, tetapi nyawanya tak tertolong. Irene dan calon bayinya dinyatakan meninggal.
5. RS Bhayangkara: Ada Spesialis, Tapi Rawat Inap Kelas 3 Tidak Tersedia
Di RS Bhayangkara, dokter obgyn dan anestesi tersedia. Namun kendala berikutnya muncul, ruang rawat inap kelas 3 dinyatakan penuh sehingga pasien diarahkan untuk menggunakan layanan VIP dengan biaya sekitar Rp 3 hingga 4 juta.
Sontak keluarga keberatan secara ekonomi, sehingga memutuskan mencari fasilitas lain.
6. Dalam Perjalanan ke RS Douwa, Kondisi Memburuk
Irene dimobilisasi menuju RS Douwa. Namun dalam perjalanan kondisinya semakin menurun. Bidan memutuskan kembali ke RS Bhayangkara karena merupakan fasilitas terdekat yang masih memungkinkan penanganan.
Namun setibanya di RS Bhayangkara, Irene sudah dalam kondisi kritis. Upaya resusitasi jantung paru (RJP) dilakukan, tetapi nyawanya tak tertolong. Irene dan calon bayinya dinyatakan meninggal.







