Abdul Rohid meninggal dunia dalam pengabdiannya di Tim Ekspedisi Patriot (TEP) di Kawasan Bahari Tomini Raya, Sulawesi Tengah pada Hari Pahlawan, Senin (10/10/2025). Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tersebut semestinya diwisuda dengan predikat cum laude pada September lalu, tetapi memilih menunda upacara kelulusan untuk berangkat ke Sulawesi.
Ekspedisi Patriot merupakan program pengabdian yang memadukan riset, teknologi, dan pemberdayaan masyarakat. Diinisiasi Kementerian Transmigrasi, program ini melibatkan mahasiswa, alumni, maupun dosen berbagai perguruan tinggi, termasuk ITS, untuk terlibat dalam misi pengabdian di berbagai daerah. Tim ITS diberangkatkan mulai Sabtu, 23 Agustus 2025 lalu.
Pada Ekspedisi Patriot, Rohid bertugas membantu pemetaan potensi ekonomi di Kawasan Transmigrasi Bahari Tomini Raya.
“Teman-temannya fitting toga, ia fitting keberanian. Ia mungkin tidak sempat berdiri di panggung wisuda, namun ia telah lulus sebagai insinyur kemanusiaan,” tulis salah satu alumnus ITS Agus M Maksum, dikutip dari laman kampus, Rabu (12/11/2025).
Dijelaskan pihak kampus, kondisi kesehatan Rohid menurun dalam perjalanan bertugas hingga akhirnya meninggal dunia. Atas pengabdian Rohid, Kementerian Transmigrasi RI menyerahkan piagam penghargaan, ijazah, dan simbol kelulusan dari ITS kepada keluarganya pada upacara penghormatan di Kalitengah, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (11/11/2025).
Semasa kuliah, Rohid aktif belajar berinovasi bersama rekan dan dosennya. Salah satu rancangan tim yang ia pimpin, hidroponik berbasis IoT yang dinamai Hi-Pot, berhasil meraih juara kedua pada lomba nasional karya tulis ilmiah Agrocompetition yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Agronomi Fakultas Pertanian IPB University pada 2022.
Pada tahun yang sama, Rohid dan rekan-rekan mahasiswa juga meraih juara dua kompetisi karya tulis ilmiah nasional LOYALISM 2022 Institut Teknologi Telkom Surabaya. Karya timnya berjudul Pemanfaatan Penangkapan Emisi Gas Menjadi Energi Listrik Berbasis Elektrokimia Sebagai Inovasi Industri Untuk Mencapai Net Zero Emissions.
Arwi Yudhi Koswara, dosen Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, mengenang Rohid sebagai anak yang rendah hati dan penuh kasih. Ia berharap pendidikan dapat memajukan masa depan keluarga, termasuk sang adik.
“Keinginannya sederhana, membelikan ayahnya (baju) batik untuk dipakai di hari wisuda, dan memastikan adiknya bisa kuliah seperti dirinya,” tutur Arwi.
Atas harapan Rohid, Direktur Pengembangan Akademik dan Inovasi Pembelajaran ITS Prof Dr Ir Aulia Siti Aisjah MT menyatakan pihaknya akan mendukung agar sang adik, Aprilia Nur Intan, dapat kuliah.
Pada upacara penghormatan Rohid, adiknya menerima beasiswa penuh hingga lulus SMK beserta pendampingan untuk masuk ITS.
Aulia menuturkan, sosok Rohid menjadi pengingat nilai abadi bahwa teknologi tanpa kemanusiaan tidak berarti apa-apa. Alumnus Departemen Teknik Instrumentasi, Fakultas Vokasi ITS tersebut di matanya adalah seorang anak yang berjiwa sosial tinggi dan selalu memikirkan keluarga.
“Melalui pendidikan yang tinggi, ia ingin membantu seluruh keluarganya. Untuk itu, ITS akan meneruskan amanahnya agar adiknya dapat menempuh pendidikan hingga sarjana, sebagaimana yang diimpikan almarhum,” ucapnya.
Wakil Rektor II ITS Dr Machsus ST MT menyatakan Rohid merupakan simbol keberanian, ketulisan, dan cinta Tanah Air. Kendati tak menghadiri wisuda dengan kelulusan berpredikat cum laude, Rohid dipandang lulus dengan predikat tertinggi sebagai patriot bangsa.
“Abdul Rohid bukan hanya lulusan berprestasi, tapi juga teladan bagi seluruh sivitas akademika. Ia membuktikan bahwa makna sejati dari ilmu adalah pengabdian,” ucapnya.
Kementerian Transmigrasi memberikan penghargaan Gelar Patriot Transmigrasi kepada Abdul Rohid pada upacara penghormatan terakhirnya di Sidoarjo.
Menteri Transmigrasi Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara mengatakan Rohid sebagai cerminan anak muda Indonesia yang berani memilih jalan pengabdian. Pada kesempatan tersebut, ia juga mengingat sosok Anggit, mahasiswa IPB University peserta Ekspedisi Patriot yang meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas di Tomage, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, Selasa (21/10/2025).
“Dari dua yang gugur, kami belajar bahwa patriot bisa lahir dari mana saja, dari keluarga berada di Jakarta, atau dari keluarga sederhana di Sidoarjo. Tapi tekadnya sama, mengabdi di garis terdepan,” ucapnya.







