Menandai satu tahun perjalanan, Kementerian Kebudayaan RI telah melakukan berbagai langkah dalam memajukan dan memperkuat kebudayaan nasional. Adapun langkah ini dimulai melalui pembentukan struktur organisasi untuk mewujudkan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.
Dalam refleksi satu tahun, Menteri Kebudayaan, Fadli Zon menegaskan seluruh arah kebijakan dan program kementerian berpijak pada amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 32 ayat (1). Dalam pasal tersebut, tertuang bahwa “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.”
Fadli mengatakan Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dengan 1.340 etnis suku bangsa dan 718 bahasa yang mewakili 10% bahasa di dunia. Untuk itu, penting bagi seluruh elemen bangsa untuk terus menjaga, melestarikan, dan memajukan kebudayaan nasional.
“Kita selalu mengatakan Indonesia ini super power di bidang kebudayaan, adi kuasa di bidang kebudayaan karena begitu beragamnya bahkan kata diversity keberagaman ini sudah tidak cukup lagi, maka kita memperkenalkan istilah mega-diversity. Dari Sabang Merauke, ekspresi budaya kita itu begitu kaya, begitu beragam. Hingga saat ini, kita telah mencatat 228 Cagar Budaya Nasional (CBN) dan 2.727 Warisan Budaya Tak-Benda (WBTb) tingkat Nasional, termasuk 514 WBTb yang baru ditetapkan tahun ini dengan lebih dari 29.000 Objek Pemajuan Kebudayaan di seluruh wilayah Indonesia,” ujar Fadli dalam keterangannya, Selasa (21/10/2025).
Gencarkan Pelestarian & Diplomasi Budaya
Sebagai upaya pelestarian budaya di level global, pada akhir 2024 Reog Ponorogo, Kebaya, dan Kolintang, sukses diinskripsi oleh UNESCO. Kemudian di awal tahun 2025, Kementerian Kebudayaan mengusulkan tiga warisan budaya takbenda kepada UNESCO, yaitu Budaya Tempe, Teater Mak Yong – ekstensi Mak Yong Malaysia, dan Jaranan: Seni Pertunjukan dan Ritual – usulan bersama dengan Suriname.
Daftar sementara Warisan Dunia dari Indonesia pun turut diperbaharui. Saat ini, Indonesia telah mencatatkan Lore Lindu, Negeri di Bawah Angin, Muaro Jambi, dan Karst Maros Pangkep masuk ke dalam rangkaian catatan tersebut.
Tak hanya itu, diplomasi budaya di tingkat internasional juga terus dilakukan, salah satunya upaya repatriasi koleksi. Upaya ini telah diperjuangkan sejak kemerdekaan Indonesia di dalam Konferensi Meja Bundar oleh M. Yamin, dan terus diupayakan hingga saat ini. Tahun ini, tim repatriasi Indonesia telah melakukan pertemuan dengan Colonial Collections Committee terkait repatriasi benda budaya asal Indonesia di Belanda, termasuk Prasasti Damalung, Quran milik Teuku Umar, Arca-arca Siwa, dan Anusapati yang masih dalam proses.
Dalam rangkaian kunjungan Presiden Prabowo Subianto bertemu dengan Raja dan Ratu Belanda, telah disepakati pengembalian 28.131 fosil yang dahulu dibawa oleh Eugene Dubois dari Indonesia. Penyerahan secara resmi telah dituangkan dalam Letter of Intent (LoI) pada 26 September 2025.
Penelitian Dubois mengenai Pithecanthropus erectus yang dikenal dengan ‘The Java Man’ pada tahun 1891 di Trinil, Jawa Timur, ini merupakan temuan yang penting bagi ilmu pengetahuan peradaban manusia. Pada perkembangannya, Pithecanthropus erectus dikategorikan sebagai Homo erectus yang kemudian membuka cakrawala dunia mengenai peradaban manusia.
“Indonesia selain kaya, kita ini juga mungkin peradaban paling tua di dunia, karena temuan Pithecanthropus erectus atau Homo erectus itu 60% yang ada di planet bumi ini ditemukan di Indonesia,” jelas Fadli.
Repatriasi benda budaya lainnya juga dilakukan bersama Pemerintah Jepang melalui Protokol Amandemen Perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Jepang dalam ekskavasi. Kemudian, pengumpulan dan repatriasi kerangka tentara Jepang yang gugur dalam Perang Dunia Kedua di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, Republik Indonesia.
Untuk memperkuat diplomasi budaya, Kementerian Kebudayaan juga menggelar forum kebudayaan internasional, yakni Culture, Heritage, Art, Narrative, Diplomacy, and Innovation (CHANDI) 2025 pada 3 – 5 September 2025 di Denpasar Bali. Perhelatan ini dihadiri perwakilan dari 38 negara, termasuk Menteri dan Wakil Menteri Kebudayaan, Duta Besar, delegasi tingkat tinggi, serta para pemimpin daerah di Indonesia. Forum budaya tingkat tinggi ini menghasilkan Dokumen Bali Cultural Initiative Declaration 2025 dan Policy Brief CHANDI 2025.
Perluas Kerja Sama Internasional & Penetapan Cagar Budaya
Kementerian Kebudayaan juga terus memperluas kerja sama internasional melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan berbagai negara, antara lain India, Prancis, Turki, dan Palestina. Kolaborasi ini mencakup berbagai sektor, mulai dari perfilman hingga permuseuman. Dalam bidang pelestarian warisan budaya, kerja sama difokuskan pada riset, dokumentasi, dan pengelolaan situs warisan dunia bersama UNESCO dan mitra global lainnya. Sementara itu, program penguatan kapasitas dan residensi budaya dilakukan dengan memberikan dukungan fasilitasi bagi seniman, peneliti, dan pelaku budaya untuk mengikuti residensi internasional.
Pada skala nasional, hingga 2024 telah tercatat 5.810 cagar budaya telah ditetapkan. Adapun jumlah Cagar Budaya Peringkat Nasional per tahun 2024 mencapai 228 objek. Secara rinci, jumlah ini mencakup 65 benda Cagar Budaya Peringkat Nasional, 74 bangunan Cagar Budaya Peringkat Nasional, 18 struktur Cagar Budaya Peringkat Nasional, 52 Situs Cagar Budaya Peringkat Nasional, dan 19 Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional. Sedangkan di tahun 2025, telah direkomendasikan 42 objek Cagar Budaya Peringkat Nasional dan 514 Warisan Budaya TakBenda Indonesia untuk ditetapkan. Adapun jumlah ini masih akan bertambah hingga akhir tahun 2025.
Sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya dan peningkatan literasi sejarah di masyarakat, Fadli juga telah meresmikan 13 museum sepanjang tahun ini. Peresmian ini mencerminkan upaya pemerintah dalam memperluas akses publik terhadap pengetahuan sejarah, nilai budaya, dan warisan peradaban bangsa. Selain itu, Fadli juga meresmikan satu objek Cagar Budaya Nasional, yaitu Taman Narmada di Nusa Tenggara Barat. Penetapan ini menjadi langkah dalam perlindungan situs-situs bersejarah yang memiliki nilai penting bagi identitas dan keberlanjutan budaya lokal maupun nasional.
Dukung Hak Komunitas Adat & Penghayat Kepercayaan
Fadli mengatakan komunitas adat dan penghayat kepercayaan juga merupakan bagian penting dari fondasi kebudayaan Indonesia. Mereka merupakan penjaga nilai, pengetahuan, dan kearifan lokal yang membentuk jati diri bangsa. Oleh sebab itu, negara hadir untuk memastikan hak, eksistensi, serta nilai-nilai luhur yang mereka warisi tetap terlindungi dan berkembang sejalan dengan dinamika zaman.
Terkait hal ini, Kementerian Kebudayaan telah mengaktifkan kembali Gedung Sasana Adi Rasa di Taman Mini Indonesia Indah sebagai ruang ekspresi budaya spiritual, Kementerian Kebudayaan juga mendorong kesepakatan nasional untuk menetapkan Hari Kepercayaan terhadap Tuhan YME, serta meningkatkan status penyuluh kepercayaan agar setara dengan penyuluh agama.
Sementara dalam bidang masyarakat adat, berbagai langkah konkret telah dilakukan, antara lain fasilitasi musyawarah adat di Kasepuhan Banten Kidul, penguatan pewarisan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) melalui generasi muda adat di Pangandaran dan kaki Gunung Batur. Kemudian, pengembangan kewilayahan adat melalui Gerakan Pangan Lokal Nusantara.
Kementerian Kebudayaan juga memperkuat peran 122 sekolah adat dalam pelestarian nilai budaya, serta meningkatkan kapasitas asesor dan fasilitator pendidikan berbasis masyarakat adat. Seluruh upaya ini menjadi upaya negara untuk menghadirkan keadilan, pengakuan, dan ruang hidup yang setara bagi para penjaga kearifan dan identitas bangsa.
Lestarikan Budaya Pangan Lokal
Kementerian Kebudayaan juga menjadikan pangan lokal sebagai tuan di negeri sendiri melalui Gerakan Pangan Lokal Nusantara (GPLN). Fadli mengungkapkan budaya pangan lokal merupakan bagian esensial dari identitas bangsa yang mencerminkan kekayaan keanekaragaman hayati dan budaya Indonesia. Dengan melestarikan budaya pangan lokal, bangsa Indonesia tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga memperkuat kedaulatan dan ketahanan pangan nasional di tengah tantangan global.
“Dengan semakin banyaknya masyarakat yang kembali mencintai pangan lokal-mulai dari sagu, sorgum, jagung, umbi-umbian, hingga rempah Nusantara-kita berupaya menghidupkan warisan leluhur dan membangun kemandirian pangan serta kebanggaan budaya. Inilah bentuk nyata dari semangat ‘Pangan Lokal Tuan di Negeri Sendiri’, yang sejalan dengan visi pemerintahan Presiden Prabowo untuk mewujudkan swasembada pangan, ekonomi hijau, dan kemandirian bangsa,” ungkap Fadli.
Perkuat SDM & Ekosistem Musik
Dalam bidang pengembangan sumber daya manusia bidang kebudayaan, Kementerian Kebudayaan secara konsisten dan progresif melaksanakan program Manajemen Talenta Nasional (MTN). MTN menjadi upaya pemerintah untuk mengidentifikasi, mengembangkan, memetakan, dan mengelola sumber daya manusia (SDM) unggul di berbagai bidang. Dengan begitu, bakat mereka dapat dimanfaatkan secara optimal demi mendukung pembangunan nasional dan meningkatkan daya saing bangsa.
Kementerian Kebudayaan menangani MTN di bidang Bahasa dan Sastra, Film, Seni Pertunjukan, Seni Rupa, dan Seni Musik. Agenda program MTN terdiri dari Pembuatan Sistem Informasi MTN Bidang Seni Budaya yang akan menjadi platform pendataan pelaku budaya, Program Pembibitan, Pengembangan, hingga Pengenalan Talenta di tingkat Internasional bagi pelaku seni budaya di lima bidang tersebut.
Adapun saat ini yelah tercatat capaian jumlah talenta berdasarkan bidang dan kategori sepanjang Januari hingga Oktober. Pada bidang Sastra, terdapat 1.300 talenta dalam kategori pembibitan, 253 talenta kategori pengembangan nasional, dan 75 talenta dalam kategori pengenalan internasional. Pada bidang Musik, meliputi 616 talenta kategori pembibitan dan 104 talenta kategori pengembangan nasional.
Selanjutnya pada bidang Rupa, 300 talenta tercatat dalam kategori pembibitan, 40 talenta kategori pengembangan nasional, dan 20 talenta kategori pengenalan internasional. Kemudian pada bidang Pertunjukan, terdapat 400 talenta kategori pembibitan, 290 talenta kategori pengembangan nasional, dan 2 talenta pengenalan internasional. Sedangkan bidang Film mencatat 1.220 talenta masuk ke dalam kategori pembibitan, 511 talenta di pengembangan nasional, dan 5 talenta dalam kategori pengenalan internasional.
Terkait penguatan ekosistem musik, Kementerian Kebudayaan menggelar Konferensi Musik Indonesia (KMI) 2025 pada 8 – 11 Oktober 2025 di Jakarta. Gelaran ini melibatkan 15 kementerian/lembaga dengan lebih dari 300 peserta dan menghasilkan 15 butir rekomendasi penguatan ekosistem musik nasional. Rekomendasi ini meliputi, kolaborasi lintas sektor, revisi kurikulum musik nasional, database musik nasional, musik religi sebagai segmen strategis, reformasi royalti musik, regulasi dan perizinan musik, perlindungan dan insentif pekerja musik. Kemudian, pembangunan dan optimalisasi venue musik, riset dan data ekonomi musik, transparansi biaya event musik, sinergi musik dan pariwisata, visa mobilitas kebudayaan, regulasi teknologi kecerdasan buatan di musik, pembiayaan berbasis kekayaan intelektual, dan standarisasi profesi dan pendapatan musik.
Di sisi lain, pada bidang film, telah ditorehkan sederetan prestasi oleh para sineas tanah air. Fadli pun mengapresiasi prestasi mereka yang telah mengharumkan nama bangsa seperti pada Cannes Film Festival di Venice, Berlin Film Festival, Busan Film Festival, Rotterdam Film Festival, dan lainnya.
“Kementerian Kebudayaan memfasilitasi dan mendukung film dan musik. Semua kita fasilitasi, kita dukung. Ada beberapa skema termasuk juga Dana Indonesiana yang merupakan endowment fund, dana abadi kebudayaan untuk para komunitas. Tahun ini penerimanya sekitar 3.000,” tegasnya.
“Pemerintah, melalui Kementerian Kebudayaan melihat perkembangan dunia perfilman Indonesia saat ini sangat menggembirakan dan penuh potensi besar. Perfilman Indonesia tidak hanya tumbuh dari sisi jumlah produksi, tetapi juga dari segi kualitas, keragaman tema, serta daya saing di kancah internasional,” sambungya.
Adapun pada tahun 2024, tercatat sekitar 151 film Indonesia tayang di bioskop. Tren positif ini terus meningkat, dan pada 2025 diperkirakan akan mencapai lebih dari 150 hingga 200 judul film yang berhasil diproduksi dan diputar di bioskop-bioskop di seluruh Tanah Air. Peningkatan ini juga tercermin dari animo penonton terhadap film lokal, yang pada 2024 mencapai lebih dari 80 juta penonton.
Kemudian, hingga September 2025 telah menembus 60 juta penonton, dengan pangsa pasar 70% dikuasai oleh film-film Indonesia. Diperkirakan pada tahun 2027, industri layar lebar Indonesia akan memberikan kontribusi sebesar 9,8 miliar USD terhadap PDB nasional, dengan pertumbuhan penciptaan lapangan kerja yang diperkirakan mencapai 14% setiap tahun.
Hadirkan Lomba Menulis Skenario hingga Anugerah Kebudayaan
Sektor perfilman merupakan salah satu medium paling efektif dalam mengangkat narasi budaya Indonesia ke tingkat nasional dan global. Sektor perfilman dan media visual berbasis budaya saat ini pun menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Film-film yang mengangkat tema sejarah, tradisi lokal, cerita rakyat, hingga tokoh budaya, tidak hanya berkontribusi dalam pelestarian narasi budaya, tetapi juga terbukti mampu membuka pasar global. Perfilman menjadi jembatan antara budaya dan ekonomi, yang mampu membangun identitas kolektif sekaligus menciptakan lapangan kerja dan nilai tambah ekonomi yang besar.
Sebagai upaya konkret untuk mendorong generasi muda berperan aktif dalam produksi narasi kebudayaan, pemerintah juga menyelenggarakan lomba penulisan skenario film bertema pahlawan nasional. Kegiatan ini tidak hanya bertujuan menggali potensi penulis muda, tetapi juga sebagai sarana untuk memperluas representasi tokoh-tokoh inspiratif dalam sejarah Indonesia melalui medium sinema. Melalui lomba ini, diharapkan lahir karya-karya yang membangun kesadaran historis, memperkuat identitas kebangsaan, dan mengangkat nilai-nilai kepahlawanan dalam konteks kekinian.
Pada tahun ini dalam waktu dekat, Kementerian Kebudayaan juga akan menyelenggarakan Festival Film Indonesia 2025 dan Anugerah Musik Indonesia 2025. Terdapat 794 karya film yang telah terdaftar pada ajang Festival Film Indonesia 2025 yang akan berlaga. Penghargaan Anugerah Musik Indonesia yang telah menjadi ajang bergengsi dalam industri musik Indonesia pun telah mencatatkan 5.227 lagu yang didaftarkan oleh para musisi untuk masuk ke tahap sidang kategorisasi.
Dalam rangkaian Hari Kebudayaan, Kementerian Kebudayaan juga akan menyelenggarakan Anugerah Kebudayaan Indonesia bertepatan dengan satu tahun Kementerian Kebudayaan. Fadli menyatakan agenda ini merupakan salah satu puncak agenda penting Kementerian Kebudayaan.
“Anugerah Kebudayaan Indonesia adalah barometer bagi para pelaku budaya yang telah mengabdikan hidup untuk pemajuan kebudayaan di daerahnya dan mengangkat keberagaman bangsa. Lebih dari sekadar penghargaan, Anugerah Kebudayaan Indonesia menjadi ruang yang merayakan dedikasi, sekaligus wadah inspirasi yang menuntun generasi berikutnya untuk terus berkarya, menjaga, dan mengembangkan budaya sebagai sumber kebanggaan dan kekuatan bersama,” jelasnya.
Di masa mendatang, Fadli menegaskan industri berbasis budaya diproyeksikan akan memainkan peran dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional maupun global. Sektor budaya kini tidak lagi dipandang sebagai pelengkap, melainkan telah diakui sebagai sektor utama yang menjadi motor penggerak pembangunan berkelanjutan.
Dalam kerangka pembangunan berkelanjutan pasca tahun 2030, budaya bahkan diproyeksikan akan menjadi tujuan pembangunan, bukan hanya sebagai alat atau sarana pendukung. Paradigma baru ini menekankan pentingnya pelestarian, pengembangan, dan pemanfaatan budaya secara holistik sebagai pondasi dalam menciptakan masyarakat yang sejahtera, inklusif, dan berdaya saing di tingkat global.
Dalam konteks ini, budaya menempati posisi sebagai hulu dari rantai ekonomi budaya, yang menjadi sumber nilai, identitas, dan kreativitas. Dari hulu inilah lahir berbagai sektor hilir yang memiliki nilai ekonomi, seperti pariwisata berbasis budaya, ekonomi kreatif, hingga gastronomi tradisional. Oleh sebab itu, pemerintah pusat dan daerah, komunitas, masyarakat adat, akademisi, serta sektor swasta perlu membangun sinergi melalui skema Public-Private Partnership (PPP). Pendekatan ini menjadi kunci dalam mengoptimalkan potensi budaya sebagai sumber ekonomi kreatif dan penggerak pariwisata, sekaligus upaya melestarikan warisan budaya.
“Kementerian Kebudayaan menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berperan dan berkontribusi dalam satu tahun ini. Setiap capaian yang lahir dari kolaborasi, kerja keras, dan cinta terhadap kebudayaan bangsa merupakan hasil kerja bersama para pelaku budaya, pemerintah daerah, lembaga, organisasi, serta masyarakat luas yang telah menjadi mitra dalam mewujudkan visi Kementerian Kebudayaan, yakni melestarikan, mengembangkan, dan memajukan kebudayaan nasional untuk memperkuat jati diri bangsa, meningkatkan daya saing nasional, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat. Melalui momentum satu tahun ini, Kementerian Kebudayaan menegaskan komitmennya untuk terus hadir sebagai penggerak utama pemajuan kebudayaan Indonesia di tengah dinamika zaman dan tantangan global,” pungkasnya.
Simak juga Video: Sederet Capaian 1 Tahun Kabinet Merah Putih Pemerintahan Prabowo-Gibran