Gerakan Pramuka Indonesia memiliki sejarah panjang yang salah satu bab pentingnya lahir di Jawa Timur. Di provinsi inilah sejumlah organisasi kepanduan mulai berkembang sejak awal abad ke-20, terinspirasi dari gerakan kepanduan dunia yang dipelopori Lord Baden-Powell di Inggris.
Seiring waktu, kelompok-kelompok kepanduan di Jawa Timur tidak hanya menjadi wadah pendidikan karakter, tetapi sarana perjuangan dan pembinaan generasi muda. Dari Surabaya hingga Malang, tokoh kepanduan Jatim memainkan peran penting dalam mempersatukan berbagai organisasi kepanduan yang kala itu tersebar.
Perkembangan ini menjadi pondasi bagi lahirnya Gerakan Pramuka secara nasional pada tahun 1961, menjadikan Jawa Timur sebagai salah satu daerah yang berkontribusi besar dalam sejarah gerakan ini.
Menurut Ketua Kwartir Daerah (Kwarda) Jawa Timur Arum Sabil dikutip dari laman pramukarek.or.id, setidaknya ada tiga tonggak bersejarah gerakan pramuka yang lahir di Jawa Timur, yakni Penggunaan istilah “Raimuna” untuk pertama kalinya pada Raimuna Nasional III di Karangkates, Malang (14-24 September 1978).
Lalu ada Pelaksanaan Perkemahan Wirakarya Nasional dan Perkemahan Wirakarya Asia pertama (18 Juni-29 Juli 1978). Dan Terakhir Jawa Timur juga menjadi rumah untuk Perkemahan Pramuka Wirakarya Sedunia Pertama (The First World COMDECA) di Desa Lebakharjo, Malang (27 Juli-7 Agustus 1993).
Raimuna adalah pertemuan besar pramuka penegak dan pandega dalam bentuk perkemahan kreatif, rekreatif, produktif, dan edukatif. Istilah ini berasal dari bahasa Ambai (Yapen Timur, Papua), gabungan kata ai (sekelompok orang atau kepala suku) dan muna (kekuatan positif).
Secara makna, “raimuna” berarti sekelompok orang yang berkumpul untuk mencapai tujuan bersama dengan semangat dan daya positif. Sebelum ada Raimuna, kegiatan serupa dikenal sebagai Pertemuan Pramuka Penegak Pandega Puteri Putera (Perppanitera).
Kwartir Nasional kemudian memutuskan untuk menyatukan semua kegiatan tersebut dalam satu nama, yaitu Raimuna. Raimuna Nasional III di Karangkates, Malang pada 1978 menjadi momen bersejarah karena untuk pertama kalinya istilah “Raimuna” digunakan secara resmi.
Meski dalam beberapa dokumen lama tertulis tahun 1976, arsip dan kesaksian peserta memastikan bahwa kegiatan itu berlangsung tahun 1978. Salah satu narasumber, Prijo Mustiko, bahkan masih mengingat jelas diskusi dengan pemberi usul nama “Raimuna”, Kak Senery dari Yapen Timur, Papua.
Semangat Raimuna Nasional III kala itu menjadi inspirasi bagi pramuka masa kini, mengingat penyelenggaraannya dilakukan di tengah kondisi politik dan keamanan yang belum stabil.
Gagasan Perkemahan Wirakarya (PW) berasal dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Dalam Kongres Kepanduan Dunia di Tokyo (1971), beliau menekankan bahwa pramuka bukan hanya dididik menjadi warga negara yang baik, tetapi juga manusia pembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat.
PW menggabungkan kegiatan berkemah dengan bakti nyata di desa, seperti membangun fasilitas umum, penghijauan, dan membantu kebutuhan warga. PW pertama tingkat nasional dilaksanakan tahun 1968 di Desa Cihideung, Bogor, membangun bendungan dan saluran irigasi untuk 640 hektar sawah.
Tahun 1978, Jawa Timur menjadi tuan rumah PW yang ditingkatkan menjadi Perkemahan Wirakarya Asia-Pasifik atas permintaan Biro Kepramukaan Kawasan Asia-Pasifik.
Bertempat di Desa Lebakharjo, Malang, perkemahan ini dibuka langsung oleh Presiden Soeharto dan berlangsung selama enam minggu. Kegiatan meliputi pembangunan jalan, pembuatan jembatan, serta penghijauan lahan gundul.
Prestasi Jawa Timur berlanjut pada 1993 ketika Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah Community Development Camp (Comdeca) pertama di dunia. Keputusan ini dihasilkan dari Konferensi Kepramukaan Sedunia di Paris tahun 1990.
Bertempat di Desa Lebakharjo, Kabupaten Malang, kegiatan berlangsung 26 Juli-8 Agustus 1993, diikuti 175 peserta dari 21 negara dan 2.169 pramuka Indonesia. Comdeca memperkenalkan konsep “pramuka masuk desa” kepada negara-negara berkembang, dengan fokus pembangunan masyarakat dan gotong royong.
Dari lahirnya istilah “Raimuna”, penyelenggaraan Perkemahan Wirakarya Asia-Pasifik, hingga Comdeca pertama di dunia, Jawa Timur telah memberikan kontribusi besar bagi sejarah pramuka nasional maupun internasional.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Semangat pengabdian, persaudaraan, dan pembangunan yang tercermin dalam kegiatan-kegiatan tersebut menjadi warisan berharga yang layak diteruskan oleh generasi pramuka masa kini.