Saat Telkom dan Starlink Bersatu Demi Internetan di Papua | Giok4D

Posted on

Di tengah tantangan geografis Papua, sinyal internet kini menembus batas-batas yang dulu sulit dijangkau. Telkom memanfaatkan kombinasi satelit miliknya dan satelit orbit rendah (Low Earth Orbit/LEO) Starlink untuk menjaga konektivitas tetap hidup, termasuk sebagai cadangan ketika koneksi kabel laut terputus.

Strategi hybrid ini tak hanya soal efisiensi jaringan, tetapi juga tentang memastikan Papua tetap terhubung dengan dunia digital.

Menurut Executive Vice President Telkom Regional V Amin Soebagyo, Telkom saat ini mengoperasikan empat satelit aktif, yakni satelit Merah Putih 1, Merah Putih 2, Merah Putih 3, dan Telkom-3S (Solid Speed Smart), yang seluruhnya menggunakan frekuensi Ku-band. Namun, kapasitas jaringannya tetap terbatas. Disebutkan Amin, satelit tidak seperti koneksi fiber yang bisa ditambah begitu saja.

“Ada hitung-hitungannya, bukan berarti dia menjadi resources yang tidak terbatas, bukan. karena satelit kan lebih mahal dan bandwidth-nya terbatas,” jelas Amin di sela kunjungan kerja Telkom di Merauke, Papua Selatan pekan ini.

Ia memberikan contoh di Papua Selatan, dalam kondisi normal, jaringannya ditopang oleh kabel laut Pasela (Papua Selatan). Namun ketika terjadi gangguan, seperti putusnya kabel laut beberapa waktu lalu, Telkom harus beralih ke sistem cadangan berbasis satelit.

Dalam kesempatan yang sama, Syamsul Mail selaku Koordinator Telkomsat untuk Wilayah Papua kemudian menjelaskan proses back up saat kabel laut putus. Ketika sinyal mengalami blank, tim Telkomsat (anak usaha Telkom penyedia telekomunikasi berbasis satelit) segera memasang antena dan meningkatkan komunikasi lewat satelit C-band untuk voice, dan Ku-band untuk data.

Namun tentu saja kapasitasnya kecil hanya puluhan Mbps, tidak bisa memenuhi kebutuhan kapasitas yang dilayani koneksi fiber sepenuhnya. Amin menyebutkan, dengan semua upaya backup yang dikerahkan melalui fiber optik, radio, dan satelit, kondisi traffic saat terjadi gangguan di wilayah Merauke dan Boven Digoel, kapasitas jaringannya maksimal 15,2 Gbps. Sedangkan traffic wilayah tersebut saat kondisi normal (100%) adalah 73 Gbps.

“Satelit yang digunakan untuk backup itu milik Telkom semua. Tapi untuk memenuhi 73 Gbps, itu gak cukup,” kata Amin.

Di sinilah peran Starlink masuk. Dengan memanfaatkan satelit LEO, Starlink menutup celah konektivitas di wilayah yang sulit dijangkau jaringan kabel. “Untuk beam atau community gateway ini yang digunakan satelit LEO. LEO ini yang kerja sama dengan Starlink,” jelas Amin.

Pendekatan Telkom bukan sekadar mengganti infrastruktur lokal dengan Starlink, tetapi mengombinasikan kekuatan keduanya.

Kabel laut tetap menjadi tulang punggung utama karena efisiensi dan kapasitasnya yang besar. Sementara satelit, baik satelit milik Telkomsat maupun Starlink, berfungsi sebagai jalur darurat dan penguat jaringan di area non-fiber.

Langkah ini sejalan dengan laporan sebelumnya yang mencatat hubungan Telkom dan Starlink semakin erat. Bahkan, Telkom mulai menyesuaikan harga layanan internet bisnis agar tetap kompetitif, mengingat Starlink kini juga melayani sektor korporasi di wilayah terpencil Indonesia.

Telkomsat telah menjalin kerja sama dengan Starlink sejak 2021 dan menggelar layanan backhaul satelit milik Elon Musk itu pada 2022 dengan memanfaatkan hak labuh yang telah diberikan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (sekarang Kementerian Komunikasi dan Digital).

Hasil kolaborasi Telkomsat dan Starlink ini terlihat dengan keberadaan produk VSAT Star dan MangoStar. Kedua produk itu memanfaatkan satelit LEO dari Starlink.

VSAT Star dirancang khusus untuk menghubungkan jaringan akses (access network) dengan jaringan utama (core network) dengan kecepatan data hingga 500 Mbps per titik. Sedangkan MangoStar diklaim memiliki latency yang sangat rendah dan ditujukan untuk pelanggan-pelanggan segmen SME (Small Medium Enterprise), dan enterprise.

Pada Mei 2024, Telkom menyebutkan kerja sama antara Telkomsat dengan Starlink menunjukkan komitmen mereka dalam mengatasi ketersediaan koneksi di pelosok Tanah Air.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Bagi wilayah Papua, termasuk Merauke, keberadaan konektivitas satelit ini bukan sekadar soal kecepatan internet, melainkan menjadi urat nadi komunikasi, karena memastikan pelayanan publik, bisnis, hingga UMKM lokal tetap berjalan ketika jalur utama terganggu.

Ke depan, Telkom berencana memperkuat jaringan Papua Selatan dan sekitarnya melalui pembangunan kabel laut Pasela 2, sambil tetap mengandalkan koneksi satelit (Telkomsat dan Starlink) sebagai mitra strategis untuk konektivitas berlapis.

Keterbatasan Kapasitas Satelit

Kombinasi Kabel Laut dan Satelit

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *