Proyek ketahanan pangan Pemerintah Indonesia di wilayah Papua tengah disorot dunia. Para pemerhati lingkungan menilai proyek tersebut bisa menjadi deforestasi terbesar di dunia.
Analisis organisasi lingkungan internasional Mighty Earth dan The TreeMap, menunjukkan bahwa penebangan hutan terus meningkat di Indonesia timur sejak akhir tahun lalu. Penebangan terjadi di hutan lahan kering dan rawa alami primer dan sekunder, serta hutan bakau sekunder, sabana, dan semak belukar.
“Biasanya, penggundulan hutan merupakan hasil dari pemerintah yang tidak menjalankan tugasnya,” kata kepala eksekutif Mighty Earth Glenn Hurowitz kepada AFP, dikutip dari phys.org, Rabu (23/4/2025).
“Namun dalam kasus ini, sebenarnya negara mengatakan bahwa ‘kami ingin menebang sebagian hutan terakhir yang tersisa, lahan gambut yang kaya karbon, habitat bagi hewan langka’,” imbuhnya.
Proyek ketahanan pangan di Papua merupakan proyek strategis nasional. Proyek ini mencakup pengembangan lahan pertanian hingga pembangunan untuk pabrik gula dan bioetanol.
Selama ini pemerintah mengatakan bahwa lahan yang digunduli merupakan lahan terdegradasi, perlu dioptimasi, dan menganggap daerah hanya sebagai rawa. Pakar menilai, pandangan tersebut merupakan kesalahan dalam memahami ekosistem lokal.
Faktanya, data Mighty Earth menunjukkan proyek ketahanan pangan di Papua mengancam ekosistem yang lebih luas. Hal ini termasuk lahan gambut dan hutan yang harus dilindungi.
“Tragedi dalam proyek ini, adalah bahwa Indonesia telah mencapai banyak kemajuan dalam memutus hubungan antara ekspansi pertanian dan deforestasi,” ujar Hurowitz.
“Sayangnya, proyek tunggal ini mengancam akan merusak semua kemajuan,” tambahnya.
Pada 2024, Kementerian Kehutanan mengungkapkan bahwa angka deforestasi netto Indonesia mencapai 175,4 ribu hektare. Sebelumnya, pada 2022, Statista melaporkan Indonesia menjadi negara keempat yang kehilangan luas hutan tropis primer terbesar di dunia.
Melansir AP News, Indonesia disebut telah menghilangkan hutan lebih dari 74 juta hektare sejak tahun 1950. Hutan-hutan yang dirusak digunakan untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit, kertas, karet, nikel, dan komoditas lainnya, menurut Global Forest Watch.
Saat ini, pemerintah telah mengerjakan proyek ketahanan pangan di Papua dan Kalimantan. Para ahli mengatakan gabungan ukuran dari berbagai lokasi proyek ini akan menjadikan proyek deforestasi terbesar di dunia.
Untuk proyek dengan lokasi terbesar, disebut berada di Kawasan Pangan dan Energi Terpadu Merauke, yang mencakup lebih dari 3 juta hektare (7,4 juta hektare) di wilayah timur jauh Papua, menurut Mighty Earth.
“Bayangkan setiap bagian vegetasi di kawasan itu ditebangi seluruhnya… semua pepohonan dan satwa liar terhapus dari lanskapnya dan digantikan dengan sistem monokultur,” ungkap Horowitz.
“Ini menciptakan zona kematian di salah satu tempat paling ramai di Bumi,” katanya lagi.
Diketahui, bahwa penilaian kelayakan pemerintah tidak dipublikasikan. Namun, The Associated Press memperkirakan bahwa emisi karbon dioksida dari pembukaan lahan untuk proyek tersebut akan mencapai total 315 juta ton setara CO2.
Selain itu, penilaian independen yang dilakukan oleh lembaga pemikir Pusat Studi Ekonomi dan Hukum yang berbasis di Indonesia, memperkirakan angka tersebut bisa menjadi dua kali lipat.
Deforestasi akan berkontribusi terhadap erosi, merusak kawasan keanekaragaman hayati, mengancam satwa liar dan manusia yang bergantung pada hutan, termasuk masyarakat adat. Selain itu, efeknya juga bisa memperparah bencana akibat cuaca ekstrem.
Sementara itu, pemerintah mengatakan proyek food estate akan terus didorong guna mewujudkan ketahanan pangan nasional. Termasuk yang berada di kawasan Merauke, Papua.
“Pasti akan kita dorong (food estate) untuk optimalisasinya, terutama food estate yang baru yang di kawasan Merauke di Papua, yang saya kira sudah sejak beberapa tahun yang lalu menjadi satu kawasan yang kita desain,” ujar Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso, dikutip dari Antara, Rabu (23/4/2025).
Ia menilai, food estate merupakan salah satu langkah intensifikasi sekaligus ekstensifikasi untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Di Merauke sendiri, food estate mencakup tiga proyek utama, yakni pengembangan perkebunan tebu dan bioetanol seluas 500.000 hektare, kemudian optimalisasi lahan (Oplah) 100.000 hektare, dan pencetakan sawah baru seluas satu juta hektare, yang dikelola oleh Kementerian Pertahanan dan Kementerian Pertanian.