Presiden Prabowo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada beberapa tokoh pada tanggal 10 November 2025, yang bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional. Terdapat 10 tokoh yang diberikan gelar pahlawan Nasional.
Pemberian gelar pahlawan nasional ini berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 116/TK /Tahun 2025 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.
Berikut 10 tokoh yang dianugerahi gelar pahlawan nasional beserta biodata singkatnya:
KH Abdurrahman Wahid atau dikenal sebagai Gus Dur merupakan Presiden Republik Indonesia ke-4 yang menjabat pada tahun 1999-2001. Gus Dur lahir di Jombang pada 7 September 1940 dan wafat pada 30 Desember 2009 di Jakarta.
Gus Dur merupakan putra dari Menteri Agama pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, K. H. Abdul Wahid dan Nyai Hj. Siti Sholehah. Beliau juga merupakan cucu dari K. H. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama. Gus Dur menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat anak: Alissa Qotrunnada, Yenny, Anita, dan Inayah.
Gus Dur pernah menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar di Mesir dan Universitas Baghdad di Irak.
Beliau pernah menjabat sebagai Ketua Umum PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) pada tahun 1984. Gus Dur menjabat pada posisi tersebut selama tiga periode, yaitu hingga tahun 1999.
Pada tahun 1998, Gus Dur mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Lalu pada 7 Februari 1999, Gus Dur dinyatakan sebagai calon presiden oleh PKB.
Pada masa pemerintahannya, Gus Dur melakukan berbagai reformasi penting seperti membubarkan Departemen Penerangan dan Departemen Sosial. Beliau juga berusaha menyelesaikan konflik di Aceh dan Papua melalui pendekatan damai serta memperjuangkan pluralisme dengan menjadikan Tahun Baru Imlek sebagai hari libur resmi.
Soeharto merupakan Presiden Republik Indonesia ke-2 yang menjabat paling lama, yaitu pada tahun 1968-1998. Soeharto lahir pada 8 Juni 1921 di Kemusuk, Bantul, Yogyakarta dan wafat pada 27 januari 2008 di Jakarta. Beliau dikenal dengan julukan Bapak Pembangunan
Beliau lahir dari pasangan Sukirah dan Kertosudiro. Soeharto menikah dengan Siti Hartinah pada 26 Desember 1947 di Solo. Pernikahan mereka dikaruniai enam putra dan putri, yaitu Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra, Siti Hutami Endang Adiningsih.
Soeharto bergabung dengan TNI pada tahun 1945. Beliau memulai karier militernya sebagai sersan di tentara KNIL, lalu menjadi komandan PETA, kemudian mayor dan letnan kolonel.
Perjalanan politiknya dimulai sejak tahun 1965. Pada Maret 1967, melalui Sidang Istimewa MPRS, Soeharto ditunjuk sebagai Pejabat Presiden, dan setahun kemudian, resmi menjadi Presiden ke-2 Republik Indonesia. Ia memimpin Indonesia selama lebih dari 30 tahun melalui enam kali pemilu, hingga akhirnya mengundurkan diri pada 21 Mei 1998.
Beberapa hasil pembangunan besar pada masa pemerintahannya antara lain berdirinya ASEAN, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Bandara Soekarno-Hatta, jalan tol Jagorawi, serta berbagai program nasional seperti Repelita dan Keluarga Berencana (KB)
Marsinah merupakan aktivis serikat buruh yang bekerja di pabrik jam tangan, PT Catur Putra Surya (CPS) yang berlokasi di Jawa Timur. Beliau lahir pada 10 April 1969 di Nglundo, Sukomoro, Nganjuk, Jawa Timur dan ditemukan wafat pada 8 Mei 1993. Marsinah dikenal vokal dan berani dalam memperjuangkan hak-hak pekerja.
Melansir dari Universitas Tazkia, Pada tanggal 3 sampai 5 Mei 1993, Marsinah ikut serta dalam aksi mogok kerja. Setelah itu, beberapa teman buruhnya ditangkap dan dipaksa mengundurkan diri oleh aparat militer.
Marsinah kemudian mendatangi kantor Kodim Sidoarjo untuk mencari tahu keberadaan mereka. Namun, malam harinya ia menghilang tanpa jejak. Tiga hari kemudian, pada 8 Mei 1993, jasadnya ditemukan di hutan Wilangan, Nganjuk, dalam keadaan tragis dan menunjukkan bekas penyiksaan berat.
Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja merupakan seorang akademisi dan diplomat Indonesia. Beliau lahir di Batavia, pada 17 Februari 1929 dan wafat pada 6 Juni 2021 di Jakarta.
Mochtar Kusumaatmadja pernah menjabat sebagai Menteri Kehakiman Indonesia ke-16 dari tahun 1974 sampai 1978 dan Menteri Luar Negeri Indonesia ke-12 dari tahun 1978 sampai 1988. Beliau juga merupakan guru besar di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran.
Dilansir dari LPM Acta Diurna, Mochtar Kusumaatmadja menyelesaikan kuliah S1 di Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada tahun 1955. Setahun kemudian, ia meraih gelar Master of Law dari Yale University, Amerika Serikat.
Pada tahun 1962, ia menyelesaikan studi S3 di Universitas Padjadjaran dan meraih gelar doktor di usia 33 tahun. Setelah itu, ia melanjutkan studi pasca doktoral di Harvard University.
Beliau juga merupakan penggagas konsep Negara Kepulauan yang dituangkan dalam Deklarasi Djuanda pada 13 Desember 1957. Gagasan ini kemudian dikenal dengan istilah Wawasan Nusantara. Mochtar terus memperjuangkan konsep tersebut di berbagai konferensi PBB tentang Hukum Laut Internasional sejak tahun 1957 hingga 1982.
Setelah perundingan panjang selama 25 tahun, akhirnya konsep ini diakui secara internasional melalui penandatanganan Konvensi Hukum Laut ke-III pada tahun 1982 di Montego Bay, Jamaika.
Rahmah El Yunusiyyah merupakan reformator pendidikan Islam dan pejuang kemerdekaan. Beliau juga merupakan pendiri Diniyah Putri. Rahmah El Yunusiyyah lahir di Bukit Surungan, 20 Desember 1900 dan wafat pada 26 Februari 1969.
Pada 1 November 2023, Rahmah mendirikan Madrasah Diniyah Li al-Banat adalah bagian dari Diniyah School yang didirikan khusus untuk siswi atau pelajar perempuan.
Beliau menjadi pelopor pembentukan unit perbekalan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Padang Panjang saat masa Revolusi Nasional Indonesia Ia juga bertanggung jawab menyediakan kebutuhan logistik dan membantu pengadaan senjata bagi para pejuang.
Pada Pemilu 1955, Rahmah berhasil terpilih sebagai anggota DPR dari Partai Masyumi, namun ia tidak pernah lagi mengikuti sidang karena memilih bergabung dalam perjuangan gerilya untuk mendukung Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
Pada tahun 1955, Imam Besar Al-Azhar Abdurrahman Taj mengunjungi Diniyah Putri. Lalu, dua tahun kemudian, pada 1957, saat Rahmah melakukan kunjungan balasan ke Universitas Al-Azhar, ia mendapat gelar kehormatan “Syekhah”. Beliau menjadi ulama perempuan pertama yang mendapat gelar kehormatan tersebut.
Sarwo Edhie Wibowo adalah tokoh militer Indonesia. Beliau lahir di Purworejo, 25 Juli 1927 dan wafat pada 9 November 1989 di Jakarta. Sarwo Edhie Wibowo merupakan ayah dari Kristiani Herrawati atau Ibu Ani Yudhoyono, istri Presiden Republik Indonesia ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono. Beliau juga merupakan ayah dari mantan KSAD, Pramono Edhie Wibowo.
Sarwo Edhie Wibowo memiliki peran besar dalam penumpasan Pemberontakan Gerakan 30 September. Posisi beliau adalah sebagai panglima Resimen Komando Angkatan Darat (RPKAD) atau sekarang dikenal sebagai Kopassus. Beliau juga pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan dan Gubernur Akademi Militer Indonesia.
Sultan Muhammad Salahuddin merupakan Sultan Bima XIV yang memerintah pada tahun 1915-1951. Beliau lahir pada 14 Juli 1889 dan wafat pada 11 Juli 1951 di Jakarta.
Sultan Muhammad Salahuddin merupakan pemuka agama yang dikenal dengan gelar Ruma Ma Kidi Agama.
Pada 22 November 1945, Sultan Muhammad Salahuddin menyatakan kesultanan Bima bergabung dengan NKRI melalui maklumat. Sultan Muhammad Salahuddin juga memperjuangkan persatuan Indonesia agar tidak terpecah belah pada 1946 di Konferensi Malino.
Syaikhona Muhammad Kholil adalah satu ulama besar di Indonesia. Mengutip dari NU Online, beliau merupakan guru bagi para Kiai di Indonesia, salah satunya KH. Hasyim Asy’ari pendiri Jam’iyah Nahdlatul Ulama.
Syaikhona Muhammad Kholil mendidik santri-santrinya dengan bertanggungjawab hingga banyak menjadi tokoh publik dan orang yang sukses. Beberapa murid lain yang diajarkan oleh Syaikhona Muhammad Kholil adalah Kiai Abdul Wahab Hasbullah (Jombang), Kiai Bisri Syansuri (Jombang), Kiai Abdul Manaf (Lirboyo-Kediri), Kiai Maksum (Lasem), Kiai Munawir (Krapyak-Yogyakarta), Kiai Bisri Mustofa (Rembang Jateng), Kiai Nawawi (Sidogiri), Kiai Ahmad Shiddiq (Jember), Kiai As’ad Syamsul Arifin (Situbondo), Kiai Abdul Majjid (Bata-Bata Pamekasan), Kiai Toha (Bata-Bata Pamekasan), Kiai Abi Sujak (Astatinggi Kebun Agung, Sumenep), Kiai Usymuni (Pandian Sumenep), Kiai Muhammad Hasan (Genggong Probolinggo), Kiai Zaini Mun’im (Paiton Probolinggo), Kiai Khozin (Buduran Sidoarjo).
Tuan Rondahaim Saragih merupakan pejuang yang berasal dari Kerajaan Raya, Simalungun, Sumatera Utara. Beliau lahir pada tahun 1828 dan wafat pada 1891.
Dalam masa kepemimpinannya sebagai penguasa Partuanana Raya, Tuan Rondahaim Saragih giat memperluas daerah kekuasaannya dan menolak campur tangan Pemerintah Kolonial Belanda di Sumatera Timur. Ia sempat berperang melawan usaha Belanda untuk mengambil alih wilayahnya, termasuk dalam pertempuran di Dolok Merawan pada 21 Oktober 1887 dan di Bandar Padang pada 12 Oktober 1889.
Zainal Abidin Syah merupakan Gubernur Irian Barat Pertama yang menjabat pada tahun 1956-1961. Beliau lahir pada 5 Agustus 1912 dan wafat pada 4 Juli 1967. Beliau memiliki peran penting dalam sejarah perebutan kembali Papua Barat.
1. KH Abdurrahman Wahid (Bidang Perjuangan Politik dan Pendidikan Islam)
2. Jenderal Besar TNI H. M. Soeharto (Bidang Perjuangan Bersenjata dan Politik)
3. Marsinah (Bidang Perjuangan Sosial dan Kemanusiaan)
4. Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja (Bidang Perjuangan dan Politik)
5. Hajjah Rahmah El Yunusiyyah (Bidang Perjuangan Pendidikan Islam)
6. Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo (Bidang Perjuangan Bersenjata)
7. Sultan Muhammad Salahuddin (Bidang Perjuangan Pendidikan dan Diplomasi)
8. Syaikhona Muhammad Kholil (Bidang Perjuangan Pendidikan Islam)
9. Tuan Rondahaim Saragih (Bidang Perjuangan Bersenjata)
10. Zainal Abidin Syah (Bidang Perjuangan Politik dan Diplomasi)
Sarwo Edhie Wibowo adalah tokoh militer Indonesia. Beliau lahir di Purworejo, 25 Juli 1927 dan wafat pada 9 November 1989 di Jakarta. Sarwo Edhie Wibowo merupakan ayah dari Kristiani Herrawati atau Ibu Ani Yudhoyono, istri Presiden Republik Indonesia ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono. Beliau juga merupakan ayah dari mantan KSAD, Pramono Edhie Wibowo.
Sarwo Edhie Wibowo memiliki peran besar dalam penumpasan Pemberontakan Gerakan 30 September. Posisi beliau adalah sebagai panglima Resimen Komando Angkatan Darat (RPKAD) atau sekarang dikenal sebagai Kopassus. Beliau juga pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan dan Gubernur Akademi Militer Indonesia.
Sultan Muhammad Salahuddin merupakan Sultan Bima XIV yang memerintah pada tahun 1915-1951. Beliau lahir pada 14 Juli 1889 dan wafat pada 11 Juli 1951 di Jakarta.
Sultan Muhammad Salahuddin merupakan pemuka agama yang dikenal dengan gelar Ruma Ma Kidi Agama.
Pada 22 November 1945, Sultan Muhammad Salahuddin menyatakan kesultanan Bima bergabung dengan NKRI melalui maklumat. Sultan Muhammad Salahuddin juga memperjuangkan persatuan Indonesia agar tidak terpecah belah pada 1946 di Konferensi Malino.
Syaikhona Muhammad Kholil adalah satu ulama besar di Indonesia. Mengutip dari NU Online, beliau merupakan guru bagi para Kiai di Indonesia, salah satunya KH. Hasyim Asy’ari pendiri Jam’iyah Nahdlatul Ulama.
Syaikhona Muhammad Kholil mendidik santri-santrinya dengan bertanggungjawab hingga banyak menjadi tokoh publik dan orang yang sukses. Beberapa murid lain yang diajarkan oleh Syaikhona Muhammad Kholil adalah Kiai Abdul Wahab Hasbullah (Jombang), Kiai Bisri Syansuri (Jombang), Kiai Abdul Manaf (Lirboyo-Kediri), Kiai Maksum (Lasem), Kiai Munawir (Krapyak-Yogyakarta), Kiai Bisri Mustofa (Rembang Jateng), Kiai Nawawi (Sidogiri), Kiai Ahmad Shiddiq (Jember), Kiai As’ad Syamsul Arifin (Situbondo), Kiai Abdul Majjid (Bata-Bata Pamekasan), Kiai Toha (Bata-Bata Pamekasan), Kiai Abi Sujak (Astatinggi Kebun Agung, Sumenep), Kiai Usymuni (Pandian Sumenep), Kiai Muhammad Hasan (Genggong Probolinggo), Kiai Zaini Mun’im (Paiton Probolinggo), Kiai Khozin (Buduran Sidoarjo).
6. Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo (Bidang Perjuangan Bersenjata)
7. Sultan Muhammad Salahuddin (Bidang Perjuangan Pendidikan dan Diplomasi)
8. Syaikhona Muhammad Kholil (Bidang Perjuangan Pendidikan Islam)
Tuan Rondahaim Saragih merupakan pejuang yang berasal dari Kerajaan Raya, Simalungun, Sumatera Utara. Beliau lahir pada tahun 1828 dan wafat pada 1891.
Dalam masa kepemimpinannya sebagai penguasa Partuanana Raya, Tuan Rondahaim Saragih giat memperluas daerah kekuasaannya dan menolak campur tangan Pemerintah Kolonial Belanda di Sumatera Timur. Ia sempat berperang melawan usaha Belanda untuk mengambil alih wilayahnya, termasuk dalam pertempuran di Dolok Merawan pada 21 Oktober 1887 dan di Bandar Padang pada 12 Oktober 1889.
Zainal Abidin Syah merupakan Gubernur Irian Barat Pertama yang menjabat pada tahun 1956-1961. Beliau lahir pada 5 Agustus 1912 dan wafat pada 4 Juli 1967. Beliau memiliki peran penting dalam sejarah perebutan kembali Papua Barat.
