Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) keluarkan prediksi cuaca mingguan, untuk 5-11 September 2025. Diperkirakan selama satu minggu ke depan, cuaca Indonesia masih fluktuatif atau mudah berubah-ubah.
Cuaca fluktuatif ini terlihat dari sejumlah wilayah dilanda hujan lebat dan angin kencang pada pekan pertama September 2025. BMKG mencatat pada 1-3 September lalu, Kalimantan Barat, Papua Barat Daya, Kalimantan Tengah, dan Kepulauan Riau dilanda hujan yang sangat lebat.
Sedangkan angin kencang hadir di Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara. Apa penyebab kondisi ini bisa terjadi?
Dikutip dari postingan Instagram resmi BMKG, berikut penjelasannya sekaligus prediksi cuaca mingguan untuk 5-11 September 2025.
BMKG membeberkan ada empat faktor utama yang menyebabkan cuaca Indonesia masih fluktuatif, yakni:
1. Monsun Australia bersifat lebih kuat dari keadaan normalnya. Monsun ini menyebabkan angin kencang melaju dari Australia ke wilayah Indonesia.
2. Dipole Mode Index (DMI) bernilai negatif, sehingga meningkatkan aktivitas konvektif (proses perpindahan panas dalam zat cair dan gas yang melibatkan gerakan massa fluida) di wilayah Indonesia bagian barat.
3. Aktivitas gelombang atmosfer ekuator diiringi dengan hangatnya suhu permukaan laut. Hal ini menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan.
4. Sirkulasi siklonik di Samudra Hindia dan Laut Cina Selatan yang akhirnya membentuk daerah konvergensi dan konfluensi. Keadaan ini membuat potensi hujan di sekitar sirkulasi meningkat.
Berdasarkan pemantauan keempat hal tersebut, BMKG telah memetakan dinamika atmosfer sepekan ke depan, yaitu:
1. Nilai DMI -1,28 atau berarti IOD negatif, yang mengakibatkan suplai uap air ke wilayah barat Indonesia bisa meningkat.
2 Berbagai fenomena gelombang atmosfer ekuator seperti Kelvin, Rossby Ekuator, dan Low Frequency terpantau aktif. Keadaan anomali OLR negatif dan SST menyebabkan perairan menjadi lebih hangat. Ujungnya, kondisi atmosfer akan lembab dan memperbesar peluang terbentuknya awan hujan.
3. Sirkulasi siklonik di Samudra Hindia barat Sumatera dan Laut Cina Selatan juga memicu pertumbuhan awan hujan. Ditambah dengan labilitas atmosfer yang tinggi, aktivitas awan konvektif pada skala lokal semakin meningkat.
Untuk itu, BMKG menyimpulkan:
Kondisi atmosfer yang masih aktif dan kompleks ini bisa memicu cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, angin kencang, serta gelombang laut tinggi dalam sepekan ke depan. Dengan begitu, sejumlah wilayah Indonesia diharapkan untuk bersiap.
Dengan hadirnya potensi cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan, BMKG mengimbau:
Begitulah prediksi cuaca pada 5-11 September 2025. Semoga bermanfaat infoers!