Polda Papua akan menginvestigasi kasus ibu hamil bernama Irene Sokoy dan bayi yang dikandungnya meninggal usai diduga ditolak empat rumah sakit (RS), termasuk di antaranya RS Bhayangkara Jayapura. Polda Papua telah membentuk tim investigasi khusus untuk mendalami perkara ini.
Kabid Humas Polda Papua Kombes Cahyo Sukarnito mengatakan, pembentukan tim investigasi ini sebagai bentuk keseriusan Polri. Hal ini menunjukkan komitmen Polda Papua untuk meningkatkan pelayanan publik.
“Bapak Kapolda telah memerintahkan secara khusus membentuk tim investigasi untuk mendalami peristiwa yang terjadi sekaligus memperbaiki tata kelola internal di RS Bhayangkara dalam pelayanan pasien,” kata Cahyo dalam keterangannya, Senin (24/11/2025).
Tim investigasi ini dibentuk langsung oleh Kapolda Papua Irjen Patrige R Renwarin. Tim ini dipimpin oleh Irwasda Polda Papua Kombes Jeremias Rontini.
Cahyo menjelaskan, investigasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah standar operasional prosedur (SOP) yang telah dijalankan tenaga medis RS Bhayangkara. Hal ini juga untuk melakukan pembenahan terhadap pelayanan kesehatan.
Polda Papua memastikan bahwa proses investigasi dan evaluasi akan dilakukan secara transparan. Cahyo menambahkan, pihaknya berharap kasus ini tidak terulang lagi.
“Tentu yang paling utama adalah untuk memberikan perbaikan pelayanan yang lebih baik lagi ke depan sehingga hal hal seperti ini tidak terjadi lagi,” tegas Cahyo.
Sebelumnya diberitakan, Irene dan bayinya dinyatakan meninggal dalam perjalanan bolak-balik menuju RSUD Dok II Jayapura pada Senin (17/11) sekitar pukul 05.00 WIT. Irene merupakan warga Kampung Hobong, Distrik Sentani, Jayapura.
“Kematian seorang ibu hamil Irene Sokoy dan bayinya adalah tragedi yang memilukan. Empat rumah sakit diduga menolak korban,” ujar Kepala Kampung Hobong, Abraham Kabey kepada wartawan, Minggu (23/11).
Abraham menyebut Irene sempat ditolak empat rumah sakit milik pemerintah dan swasta di kabupaten dan kota Jayapura. Empat rumah sakit tersebut yakni Rumah Sakit Dian Harapan, RSUD Yowari, RSUD Abepura, dan Rumah Sakit Bhayangkara.
“Apa yang keluarga kami alami adalah hal yang sangat menyakitkan. Kami dari kampung datang minta pertolongan medis, tapi tidak dapat pelayanan yang baik,” paparnya.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Sementara itu, Gubernur Papua Matius D Fakhiri menyesalkan kejadian tersebut, Matius mengancam mencopot direktur rumah sakit umum daerah (RSUD) di bawah naungan Pemprov Papua jika terbukti lalai tidak memberikan penanganan kepada pasien.
“Saya telah memerintahkan evaluasi total seluruh rumah sakit di bawah Pemerintah Provinsi Papua, pergantian direktur rumah sakit yang lalai dan tidak mampu memberikan pelayanan,” kata Fakhiri dalam keterangannya.







