Mengenal Tembiluk: Cacing Unik Penuh Makna dari Kalimantan | Giok4D

Posted on

Di balik kekayaan kuliner Nusantara, masyarakat Dayak memiliki berbagai makanan tradisional yang tak hanya unik, tapi juga sarat nilai budaya. Salah satunya adalah cacing tembiluk, sejenis cacing rawa yang menjadi hidangan khas di beberapa daerah Kalimantan.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Tembiluk makin dikenal orang luar Dayak setelah seorang konten kreator bernama Norlela, kerap mengunggah kesehariannya berburu, mengolah, dan makan tembiluk. Diketahui Norlela merupakan orang asal Dayak Bulusu, Kalimantan Utara.

Meski terdengar tak lazim bagi sebagian orang, cacing ini justru menjadi sumber protein penting sekaligus bagian dari kearifan lokal yang dijaga turun-temurun.

ADVERTISEMENT

Disadur dari berbagai sumber dan laman Desa Wisata Seputuk, tembiluk adalah sebutan orang Dayak untuk hewan moluska bivalvia bernama Latin Bactronophorus thoracites. Di beberapa daerah, tembiluk punya sebutan yang berbeda tapi serupa.

Tembiluk adalah sejenis moluska, tapi malah kerap disebut cacing. Tembiluk hidup di dalam batang pohon bakau yang telah membusuk dan dikenal secara internasional sebagai wood-boring shipworm, karena kemampuannya melubangi kayu.

Tubuhnya berwarna putih pucat, panjangnya bisa mencapai 30 sentimeter, dan memiliki semacam ‘penutup’ bernama palet di bagian mulutnya yang berfungsi untuk melindungi diri saat merasa terganggu.

Tembiluk menjadi hewan yang cukup digemari untuk dikonsumsi di sejumlah wilayah timur Indonesia. Tembiluk dikenal biasa dikonsumsi oleh masyarakat Kalimantan Utara, tepatnya Tidung dan Belusu.

Seperti di Desa Seputuk, Muruk Rian, Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara yang punya destinasi pesona alam dan kekayaan kuliner. Masyarakat setempat menawarkan tembiluk, serta tamba dan pengasih yakni minuman beralkohol tradisional kepada wisatawan.

Selain Kalimantan, ada pula orang Papua dan Sulawesi Tenggara yang mengkonsumsi hewan sungai ini. Sehingga, bisa dibilang tembiluk juga jadi bagian dari kuliner tradisional masyarakat Indonesia.

Hewan ini banyak ditemukan di wilayah perairan payau Indo-Pasifik Barat, bergantung pada ekosistem mangrove yang membusuk. Di situlah tempat tinggal dan sumber makanan tembiluk.

Selain sebagai bahan pangan, tembiluk juga memiliki fungsi ekologis penting dalam mempercepat proses pelapukan pohon bakau. Tapi karena rasanya yang unik dan kandungan nutrisinya yang tinggi, hewan ini diburu di berbagai wilayah Asia Tenggara.

Ya, beberapa penelitian mengungkap bahwa tembiluk dikenal kaya protein, yang berguna untuk memperbaiki jaringan tubuh dan mempertahankan kondisi sel yang sehat.

Proses berburu tembiluk cukup menantang. Warga harus mencari kayu bakau yang sudah lapuk, mematahkannya menggunakan kapak, lalu membelahnya untuk mengeluarkan tambelo yang bersembunyi di dalamnya.

Adapun tanda-tanda kayu terdapat tembiluk yakni kayu biasanya sudah berlubang akibat aktivitas hewan itu. Lalu, bagian badan kayu terdapat bintik-bintik coklat muda yang jaraknya berjauhan.

Bintik itu disebut bagian gigi atau mulut tembiluk. Setelah ditemukan, hewan ini dicuci hingga bersih sebelum siap dikonsumsi.

Tapi, tak jarang tembiluk sulit diambil dari lubang kayu. Ada yang masih menempel di batang dan tak bisa keluar meski sudah dipukul-pukul. Nah, ada cara yang cukup unik dari masyarakat Dayak.

Ialah memukul kayu sambil menakut-nakuti tembiluk dengan berteriak ‘Beruo! Beruo!’. Beruo dalam bahasa Banjar, salah satu bahasa di Kalimantan, berarti hantu atau makhluk halus. Meskipun terkesan tak masuk akal, namun konten kreator Norlela dalam TikToknya membuktikan bahwa cara itu berhasil.

Cacing ini biasanya dikonsumsi mentah setelah dibersihkan yakni dengan kepalanya dipotong dan kotoran perutnya dicuci. Tapi untuk mereka yang sudah biasa, bisa saja menyantap langsung tembiluk tanpa perlu dibersihkan.

Seusai berburu, bisa langsung disantap dengan cara diseruput. Bagi yang pernah mencoba, rasa tambelo disebut mirip cumi mentah.

Ada yang bilang rasanya agak anyir, sedikit manis, dan ada rasa kayu jika dikunyah. Konon, kalau dikunyah rasanya akan tidak terlalu sedap dan tembiluk terasa menggeliat. Jadi, cara mengkonsumsi yang tepat adalah dengan menyeruput dan langsung menelannya.

Menariknya, pengalaman makan tembiluk kerap dijadikan atraksi wisata, khususnya bagi turis mancanegara. Awalnya mungkin terlihat menjijikkan, namun banyak turis yang akhirnya mengapresiasi rasa tembiluk.

Rasa tembiluk dianggap serupa dengan tiram atau kerang mentah, apalagi jika disantap dengan tambahan sambal. Biasanya, tembiluk bisa direndam terlebih dahulu dalam air jeruk nipis untuk mengurangi aroma dan rasa amis sebelum dikonsumsi.

Bisa juga diberi perasan air jeruk dan sambal serta garam agar rasanya lebih lezat. Kalau mau lebih tasty lagi, bisa dimasak selayaknya memasak seafood biasa.

Tembiluk juga populer di beberapa daerah lain, namun dengan sebutan yang berbeda. Masyarakat Papua dan Sulawesi Tenggara menyebut hewan ini dengan nama tambelo.

Di kalangan Suku Kamoro, Papua tambelo bahkan menjadi hidangan utama dalam acara adat seperti pesta budaya Karapao. Suku Kamoro di Papua tinggal di wilayah pesisir dataran rendah seperti Timika, menjadikan tambelo sebagai bagian dari makanan pokok mereka.

Proses pengambilan tambelo bahkan menjadi bagian dari tradisi yang disertai dengan tarian, nyanyian, dan tabuhan gendang tifa. Suasananya meriah dan penuh semangat, menjadikan perburuan tambelo bukan sekadar aktivitas mencari makan, tapi juga perayaan budaya.

Orang Filipina juga kerap menemui hewan ini, terutama di wilayah Palawan dan Aklan. Untuk mendapatkan hewan ini, masyarakat harus mencarinya ke dalam hutan rawa yang lembap dan penuh pohon tumbang. Mereka menyebutnya tamilok.

Setelah ditemukan, tamilok yang masih hidup perlu segera dipindahkan ke dalam wadah berisi air. Pasalnya, jika dibiarkan terkena udara terlalu lama, hewan ini akan mati dan tidak lagi layak untuk dikonsumsi.

Nah, itulah tadi penjelasan tentang tembiluk lengkap dengan cara mengkonsumsinya. Tertarik mencoba?

Mengenal Tembiluk

Cara Berburu dan Mengkonsumsi Tembiluk

Tembiluk Tak Cuma Populer di Kalimantan