Komisi IX DPR RI memanggil kembali Badan Gizi Nasional () terkait besaran angka keracunan akibat program Makan Bergizi Gratis () dalam beberapa bulan terakhir. Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang dilaksanakan pada Rabu (12/11/2025) tersebut, Kepala BGN, Dadan Hindayana memaparkan strategi untuk menekan angka keracunan MBG di kemudian hari.
Dadan menyebutkan jika BGN telah mewajibkan satuan pelayanan pemenuhan gizi () menyediakan sejumlah alat untuk sterilisasi food tray yang digunakan untuk menyajikan MBG. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, keracunan disebabkan oleh bakteri Ecoli dan air. Dengan adanya alat sterilisasi tersebut, diharapkan agar kontaminasi keduanya dapat tereduksi.
“Setiap SPPG sekarang diminta menggunakan sterilisasi food tray, terutama yang berbahan seperti lemari dan memiliki uap panas yang bisa sampai 120 derajat sehingga food tray bisa cepat dikeringkan, dan juga steril,” kata Dadan dalam paparannya.
ADVERTISEMENT
Mengutip infoNews, hingga saat ini sudah ada 1.619 SPPG yang memiliki sertifikat dan alat-alat higienis. Dadan menyebut jika penerapan aspek higienis di SPPG terus diperketat.
“Dan terakhir kami sampaikan bahwa sertifikat layak higienis dan sanitasi sedang terus diterapkan sampai pagi ini sudah ada laporan 1.619 SPPG yang sudah memiliki SLHS,” sebut Dadan dikutip dari infoNews, Rabu (12/11).
“Kecepatan penerbitan sertifikatnya tergantung dari pemda (pemerintah daerah) masing-masing, ada yang sangat cepat, ada yang masih membutuhkan waktu,” tambahnya.
Dalam RDP tersebut, diketahui jika kasus keracunan makanan akibat MBG menyumbang hampir separuh dari kasus keracunan makanan di Indonesia. Hal tersebut diungkapkan oleh Dadan di awal rapat.
“Terkait khususnya keracunan pangan di Indonesia secara umum, total kejadian di Indonesia itu sampai hari ini itu ada 441 total kejadian di mana MBG menyumbang 211 kejadian atau kurang lebih 48% dari total keracunan pangan yang ada di Indonesia,” kata Dadan
Lebih lanjut Dadan memaparkan data milik BGN soal jumlah korban keracunan MBG. data tersebut mirip dengan data milik Kemenkes yang telah dipaparkan sebelumnya. Korban keracunan yang menjalani rawat inap mencapai 636, sedangkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 638. Terkait selisih ini, pihaknya akan melakukan sinkronisasi terkait data tersebut.
“Dan jika dilihat total penerima manfaat yang menerima gangguan kesehatan itu yang rawat inap ada 636 kalau di data kami, kalau di Kemenkes 638 beda 2,” ujarnya.
Apa saja strategi lain BGN dalam rangka menekan angka di masa depan? Ikuti perkembangan terbaru seputar isu tersebut dalam .
Beralih ke Berita Nusantara, infoSore akan mengulas peristiwa pembunuhan yang terjadi di Manokwari, Papua. Seperti yang telah ditulis infocom, seorang perempuan ditemukan meninggal di dalam septic tank rumah kosong di kawasan Reremi, Manokwari, pada Selasa (11/11) petang. Korban awalnya dilaporkan hilang sehingga polisi mengerahkan anjing pelacak menelusuri jejaknya.
Siapa sosok pelaku pembunuhan tersebut? Simak perkembangan beritanya dalam Berita Nusantara.
Jelang petang nanti, infoSore akan mengulas lebih dalam soal mimetic violence yang disebut polisi dalam kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta Utara pekan lalu. Bagaimana seorang anak dapat terpapar sindrom ini? Ikuti diskusinya dalam Sunsetalk.
Ikuti terus ulasan mendalam berita-berita hangat infocom dalam sehari yang disiarkan secara langsung langsung (live streaming) pada Senin-Jumat, pukul 15.30-18.00 WIB, di 20.info.com dan TikTok infocom. Jangan ketinggalan untuk mengikuti analisis pergerakan pasar saham jelang penutupan IHSG di awal acara. Sampaikan komentar Anda melalui kolom live chat yang tersedia.
“info Sore, Nggak Cuma Hore-hore!”







