PHK bukan akhir bagi Dwi Prihartono. Warga Jabung, Malang, ini justru menemukan jalan baru lewat kecap alami racikannya yang kini laris hingga ke Papua.
Dengan memanfaatkan bahan-bahan alami dan teknik tradisional, kecap buatan Dwi kini diminati pembeli dari berbagai penjuru Indonesia, mulai dari Sumatra hingga Papua.
Di dapur rumahnya, Dwi dengan tekun memproduksi kecap sejak tahun 2017. Ia menggunakan kedelai hitam lokal hasil petani setempat sebagai bahan baku utama.
Proses pembuatan kecap ini masih tradisional, dimulai dari mencuci bersih kedelai, merebus hingga matang, kemudian kedelai difermentasi dengan ragi dan air garam selama dua bulan.
Setelah proses fermentasi selesai, kedelai dimasak bersama bumbu alami seperti bawang putih, gula kelapa, serai, lengkuas, dan daun salam selama dua jam.
Proses memasak yang panjang ini menjadi rahasia rasa khas kecap Dwi yang alami dan tanpa bahan kimia. Setelah matang, kecap langsung dikemas dalam botol dan diberi label.
Dwi mengaku memulai usaha ini setelah dirinya terkena PHK. Saat ini, ia memproduksi dua varian kecap, yakni kecap manis dan kecap pedas.
Dalam sebulan, Dwi mampu menjual hingga seribu botol kecap dengan harga jual antara Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu per botol. Dari usaha tersebut.Dwi berhasil mengantongi pendapatan hingga belasan juta rupiah setiap bulannya.
Kecap buatan Dwi bukan hanya diminati oleh pembeli di Pulau Jawa, tetapi juga sudah merambah pasar luar Jawa, seperti Medan, Makassar, dan Papua.
Keunikan dan kualitas bahan alami menjadi daya tarik utama yang membuat produk ini diminati oleh berbagai kalangan.
“Bedanya adalah dari bahan baku, kita menggunakan kedelai lokal dari petani dan bumbu alami, bukan kimia,” ujar Dwi ditemui wartawan di tempat usahanya, Selasa (16/9/2025).
Dari sebuah tantangan hidup, Dwi mampu menjadikan peluang dengan memanfaatkan bahan lokal dan keahlian tradisional, membuktikan bahwa usaha rumahan bisa memberikan hasil yang menggiurkan.