Kilas Balik Gempa Mematikan di Nabire Pascagempa M 6,5

Posted on

Gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 6,5 mengguncang Kabupaten , Papua Tengah. Usut punya usut, Nabire ternyata memiliki catatan kelam dilanda gempa tektonik yang mematikan pada 21 tahun silam.

Diketahui, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan gempa yang melanda Nabire terjadi pada Jumat (19/9) pukul 03.19 WIT. Episenter gempa terletak pada koordinat 3,47 derajat lintang selatan dan 135,49 derajat bujur timur atau berlokasi di darat pada kedalaman 24 km.

“Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa ini memiliki parameter update dengan magnitudo M 6,5,” kata Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangannya, Jumat (19/9/2025).

Daryono mengatakan gempa tersebut tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

Gempa yang berpusat di Nabire juga terasa ke sejumlah daerah di Papua Tengah, yakni Wasior (Teluk Wondama), Enarotali (Paniai), Timika (Mimika). Selain itu terasa di dua kabupaten Provinsi Papua, yaitu Biak dan Supiori.

“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar Anjak Weyland,” ungkapnya.

Setelah gempa M 6,5 tersebut, BMKG mengungkap sejarah gempa mematikan di Nabire pada 2004 silam. Pada tahun itu, Nabire diguncang 3 kali gempa dahsyat hingga total 71 orang meninggal dunia.

“Sejarah gempa mematikan di Nabire Papua Tengah, terakhir gempa Nabire 5 Februari 2004 (Mw 7,0): 37 orang meninggal,” beber Daryono dalam akun X-nya dikutip infocom, Jumat (19/9).

Setelah itu, Nabire gempa dilanda gempa berkekuatan M 6,7 pada 8 Februari 2004. Gempa tersebut mengakibatkan 2 orang meninggal dunia.

“Gempa Nabire 26 November 2004 (Mw 7,1): 32 orang meninggal,” tambah Daryono.

Menurut Daryono, Kabupaten Nabire dan sekitarnya memang sangat aktif secara seismik. Hal ini berdasarkan peta seismisitas Papua periode 2009-2024.

Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) turut meminta masyarakat tetap waspada akan ancaman gempa di Nabire. BNPB tidak menampik Nabire memiliki catatan mencekam terkait gempa bumi.

“Kita memang patut waspada terkait dengan Nabire ini. Kita masih ingat di bulan Februari 2004, 21 tahun yang lalu, sama terjadi gempa di Nabire,” ujar Suharyanto saat konferensi pers, Jumat (19/9).

Pada 2004 lalu, Nabire pernah diguncang gempa bumi M 6,4 hingga menyebabkan 32 orang tewas dan 213 lainnya mengalami luka-luka. Selain itu 178 rumah warga terbakar dan 150 lainnya roboh akibat guncangan gempa.

“Pada tahun 2004 pernah terjadi di Nabire berkekuatan M 6,4 dan banyak memakan korban jiwa meninggal dunia dan kerusakan infrastruktur,” jelasnya.

Kembali di 2025, gempa M 6,5 yang mengguncang Nabire merusak sejumlah bangunan dan fasilitas umum. Namun BNPB memastikan tidak ada laporan korban jiwa akibat gempa tersebut.

Data yang dihimpun per pukul 12.00 WIT pada Jumat (19/9), sebanyak 2 rumah warga rusak berat akibat gempa M 6,5 di Nabire. Sejumlah kaca Bandara Douw Aturure Nabire pecah hingga plafon kantor Bupati Nabire dan gereja katolik KR Malompo rusak.

Suharyanto mengatakan, gempa juga mengakibatkan jembatan Sriwani amblas. Jaringan telekomunikasi sempat lumpuh namun kini dilaporkan berangsur pulih.

“Semula semalam sampai pagi sempat terjadi padam listrik dan GSM tidak berfungsi. Tetapi sekarang berangsur pulih dan kami bisa berkomunikasi dengan jaringan yang lain, pakai Starlink kita berkomunikasi,” ungkapnya.

Hingga pukul 13.00 WIT, gempa bumi susulan atau aftershock telah mencapai 53 kali. Dari data tersebut, ada sebanyak 3 gempa bumi berskala cukup besar, namun tidak menyebabkan dampak signifikan.

“Situasi secara umum aman terkendali. Secara umum roda kehidupan masyarakat di kota Nabire berjalan seperti biasa,” imbuh Suharyanto.

BNPB telah menurunkan personel untuk mendampingi BPBD Nabire melakukan asesmen. Status kebencanaan di Nabire pascagempa M 6,5 akan ditetapkan berdasarkan hasil asesmen di lapangan.

“Tentu saja ini nanti statusnya bisa diatasi oleh tingkat Kabupaten Nabire ataupun Provinsi Papua Tengah, itu nanti kita menunggu hasil dari BPBD. Tapi BNPB sebagai satuan pusat tetap mengirimkan tim mendampingi BPBD tersebut,” jelasnya.

Hasil pendataan dan analisis juga menjadi dasar untuk memenuhi kebutuhan dasar korban terdampak. Asesmen tersebut juga menjadi acuan untuk melakukan perbaikan infrastruktur yang rusak akibat gempa.

“Dalam hasil asesmen kami akan memastikan kebutuhan dasar pengungsi apabila ada. Kemudian kerusakan-kerusakan bangunan infrastruktur masyarakat ini kami pastikan kami akan perbaiki dengan maksimal,” terang Suharyanto.

Rumah Dinas Kapolres Nabire AKBP Samuel Tatiratu ternyata juga rusak akibat M 6,5. Namun kerusakannya dipastikan tidak signifikan dan tidak menimbulkan korban luka.

“Saya juga ikut korban, tapi rumah retak saja. Retak tidak retak hancur,” kata Samuel Tatiratu kepada infocom, Jumat (19/9).

Samuel masih melakukan pendataan terkait dampak kerusakan gempa di Nabire. Pihaknya terkendala komunikasi dan jaringan internet yang terganggu.

“Ini sinyal kadang ada, kadang tidak. Jadi kalau kau tanya, nanti bingung kenapa semua data itu belum bisa masuk. Jadi di rumah saya pakai ini, Starlink,” ujarnya.

Dia mengaku telah menurunkan personel untuk melakukan pemantauan. Samuel persoalan komunikasi menjadi hambatan masih diupayakan segera normal kembali.

“Tadi kita patroli masyarakatnya kerja seperti biasa, jadi belum ada yang nampak mengungsi itu belum ada. Masalah yang paling krusial di situ adalah jaringan internet yang hilang,” pungkasnya.

Gempa Nabire Pernah Tewaskan 71 Orang

Jaringan Telekomunikasi Sempat Putus

Rumah Dinas Kapolres Nabire Retak

Kembali di 2025, gempa M 6,5 yang mengguncang Nabire merusak sejumlah bangunan dan fasilitas umum. Namun BNPB memastikan tidak ada laporan korban jiwa akibat gempa tersebut.

Data yang dihimpun per pukul 12.00 WIT pada Jumat (19/9), sebanyak 2 rumah warga rusak berat akibat gempa M 6,5 di Nabire. Sejumlah kaca Bandara Douw Aturure Nabire pecah hingga plafon kantor Bupati Nabire dan gereja katolik KR Malompo rusak.

Suharyanto mengatakan, gempa juga mengakibatkan jembatan Sriwani amblas. Jaringan telekomunikasi sempat lumpuh namun kini dilaporkan berangsur pulih.

“Semula semalam sampai pagi sempat terjadi padam listrik dan GSM tidak berfungsi. Tetapi sekarang berangsur pulih dan kami bisa berkomunikasi dengan jaringan yang lain, pakai Starlink kita berkomunikasi,” ungkapnya.

Hingga pukul 13.00 WIT, gempa bumi susulan atau aftershock telah mencapai 53 kali. Dari data tersebut, ada sebanyak 3 gempa bumi berskala cukup besar, namun tidak menyebabkan dampak signifikan.

“Situasi secara umum aman terkendali. Secara umum roda kehidupan masyarakat di kota Nabire berjalan seperti biasa,” imbuh Suharyanto.

BNPB telah menurunkan personel untuk mendampingi BPBD Nabire melakukan asesmen. Status kebencanaan di Nabire pascagempa M 6,5 akan ditetapkan berdasarkan hasil asesmen di lapangan.

“Tentu saja ini nanti statusnya bisa diatasi oleh tingkat Kabupaten Nabire ataupun Provinsi Papua Tengah, itu nanti kita menunggu hasil dari BPBD. Tapi BNPB sebagai satuan pusat tetap mengirimkan tim mendampingi BPBD tersebut,” jelasnya.

Hasil pendataan dan analisis juga menjadi dasar untuk memenuhi kebutuhan dasar korban terdampak. Asesmen tersebut juga menjadi acuan untuk melakukan perbaikan infrastruktur yang rusak akibat gempa.

“Dalam hasil asesmen kami akan memastikan kebutuhan dasar pengungsi apabila ada. Kemudian kerusakan-kerusakan bangunan infrastruktur masyarakat ini kami pastikan kami akan perbaiki dengan maksimal,” terang Suharyanto.

Rumah Dinas Kapolres Nabire AKBP Samuel Tatiratu ternyata juga rusak akibat M 6,5. Namun kerusakannya dipastikan tidak signifikan dan tidak menimbulkan korban luka.

“Saya juga ikut korban, tapi rumah retak saja. Retak tidak retak hancur,” kata Samuel Tatiratu kepada infocom, Jumat (19/9).

Samuel masih melakukan pendataan terkait dampak kerusakan gempa di Nabire. Pihaknya terkendala komunikasi dan jaringan internet yang terganggu.

“Ini sinyal kadang ada, kadang tidak. Jadi kalau kau tanya, nanti bingung kenapa semua data itu belum bisa masuk. Jadi di rumah saya pakai ini, Starlink,” ujarnya.

Dia mengaku telah menurunkan personel untuk melakukan pemantauan. Samuel persoalan komunikasi menjadi hambatan masih diupayakan segera normal kembali.

“Tadi kita patroli masyarakatnya kerja seperti biasa, jadi belum ada yang nampak mengungsi itu belum ada. Masalah yang paling krusial di situ adalah jaringan internet yang hilang,” pungkasnya.

Jaringan Telekomunikasi Sempat Putus

Rumah Dinas Kapolres Nabire Retak