Kenapa Raja Ampat Jadi Rebutan? Ini Jawaban Aktivis dan Pelaku Wisata

Posted on

Kepulauan Raja Ampat berlimpah sumber daya alam yang tidak hanya terlihat di permukaan tanah, tapi juga di dalam lapisan bumi. Potensi Raja Ampat juga tersimpan di kedalaman lautan dalam bentuk aneka flora dan fauna.

Kekayaan Raja Ampat sering menjadikan kawasan di Provinsi Papua Barat Daya ini ‘sasaran’ atas nama pembangunan ekonomi. Raja Ampat mengalami eksploitasi sumber daya alam, tanpa memperhitungkan dampaknya bagi lingkungan dan masyarakat.

“Kekayaan alam yang luar biasa dan lokasinya yang di tepi Samudra Pasifik, telah menyebabkan Raja Ampat sangat menderita selama beberapa dekade terakhir,” tulis BLUD UPTD Pengelolaan Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat dalam situsnya.

Berikut adalah kekayaan alam Raja Ampat meliputi nikel dan biodiversity flora serta fauna.

Dikutip dari data GeoRIMA ESDM, berikut kandungan nikel di beberapa pulau Raja Ampat:

Bijih mengindikasikan nikel berada dalam batuan sehingga perlu proses ekstraksi hingga diperoleh dalam bentuk murni. Sedangkan logam mengindikasikan nikel tersedia dalam wujud lebih bersih tidak tercampur unsur lain.

Kepulauan Raja Ampat terdiri dari 4,6 juta hektar lautan, 1.411 pulau kecil, pulau karang atau atol, dan beting. Lanskap alam ini mengelilingi empat pulau utama yaitu Waigeo, Batanta, Salawati, dan Misool. Wilayah Raja Ampat yang dilintasi garis khatulistiwa memiliki keanekaragaman hayati laut terkaya di Bumi.

Biodiversity hewan dan tumbuhan yang terdapat di dataran Raja Ampat terdiri dari:

Sedangkan untuk keanekaragaman hayati laut meliputi:

Raja Ampat adalah jantungnya kawasan coral triangle yang melintasi Indonesia, Malaysia. Papua New Guinea, Filipina, Timor Leste, dan Kepulauan Solomon. Coral triangle adalah kawasan paling kaya spesies karang, dengan 75% spesies coral terdapat du wilayah ini.

Raja Ampat sebagai kawasan konsevasi karena punya kekayaan hayati sebetulnya telah diatur dalam hukum. Berikut di antaranya

Aturan ini membahas kawasan konservasi Perairan Kepulauan Raja Ampat di Provinisi Papua Barat.

Aturan ini melarang kegiatan penambangan di pulau dengan luasan kurang dari UU Nomor 1 Tahun 2014

Kebanyakan pulau di Raja Ampat adalah pulau kecil dengan ukuran maksimal 2.000 km² atau 200.000 hektare. Artinya, Raja Ampat tidak boleh dieksploitasi yang melibatkan kegiatan tambang.

Kendati begitu, tambang tetap masuk dan menjarah kekayaan nikel Raja Ampat. Menghadapi kondisi ini, WALHI Papua mengingatkan kerugian yang kelak ditanggung masyarakat setempat. Raja Ampat tak lagi sama setelah eksploitasi tambang nikel.

“Raja Ampat ikon pariwisata dunia terancam karena kepentingan segelintir elit dan masyarakat adat harus menanggung dampak buruknya. Tanah Papua bukan tempat kosong, ada masyarakat yang hidup di situ turun temurun hingga saat ini dan seterusnya,” tulis lembaga nonprofit WALHI yang fokus pada isu lingkungan dalam medsosnya.

Hal serupa dikayakan pelaku wisata Patrick Nathaniel dalam akun @ptrknthnl. Menurutnya, Raja Ampat memang terlihat baik-baik saja saat ini. Namun tidak ada jaminan kualitas udara, air, dan tanahnya tetap baik saat tambang nikel beroperasi.

Potensi Raja Ampat hingga Jadi Tarik Ulur Tambang dan Konservasi

Kandungan Nikel Raja Ampat

Kekayaan Hayati Raja Ampat

Raja Ampat, Antara Tambang Nikel dan Kekayaan Alam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *