Keberhasilan Pemerintah Kota Yichang, Hubei, Tiongkok menyejahterakan 1,3 juta warga yang direlokasi akibat pembangunan Bendungan Tiga Ngarai menjadi pembelajaran berharga bagi Kementerian Transmigrasi. Setelah 32 tahun, kawasan tersebut berkembang pesat sebagai wilayah transmigrasi maju dengan sektor pertanian, industri rumah tangga, dan pariwisata yang tumbuh signifikan.
Menteri Transmigrasi, M. Iftitah Sulaiman Suryanagara menyampaikan pihaknya banyak belajar dari proses relokasi 1,3 juta penduduk di Yichang yang berjalan baik, meski awalnya warga sempat khawatir terhadap pekerjaan dan kualitas hidup mereka setelah dipindahkan.
“Kami belajar banyak dari proses pembangunan ini, terutama bagaimana relokasi sekitar 1,3 juta penduduk dapat dilakukan dengan baik. Pagi tadi kami sempat berkunjung ke beberapa desa transmigrasi dan berbincang dengan kepala desa. Namun, mereka sempat khawatir tentang pekerjaan dan kualitas hidup setelah relokasi,” ujar Iftitah dalam keterangannya, Selasa (14/10/2025).
Hal itu disampaikannya usai berkunjung ke Desa Xu Jia Chong, Tiongkok. Kunjungan tersebut dilakukan pada Senin (13/10).
Kekhawatiran tersebut dijawab Pemerintah Tiongkok dengan memberikan beragam pelatihan dan pendampingan yang berkelanjutan. Hasilnya, kini kesejahteraan masyarakat yang terdampak relokasi meningkat hingga 8 kali lipat dibanding sebelum mereka pindah.
“Hal-hal seperti inilah yang akan kami pelajari lebih jauh. Kami juga mencatat adanya pertumbuhan sektor pertanian, seperti jeruk dan teh, serta penguatan industrialisasi pada sektor industri rumah tangga. Beberapa hasil kerajinan tangan para transmigran bahkan sudah mencapai skala ekspor,” katanya.
Keberhasilan Kota Yichang di Provinsi Hubei, Tiongkok menjadi simbol relokasi bukan sekedar memindahkan penduduk, melainkan transformasi sosial-ekonomi yang mampu mengangkat masyarakat keluar dari zona kemiskinan dan menuju kemandirian ekonomi berbasis potensi wilayah.
Konsep tersebut bisa menjadi inspirasi yang bisa dikembangkan di kawasan transmigrasi. Menteri Iftitah berencana mengonkretkan kerja sama dengan Pemerintah Tiongkok melalui program pendampingan kawasan di daerah terdampak pembangunan. Tujuannya memastikan pembangunan membawa manfaat langsung bagi masyarakat tanpa menimbulkan penggusuran.
“Kami tidak ingin lagi terjadi penggusuran, tetapi memastikan bahwa hasil pembangunan benar-benar dirasakan oleh masyarakat sekitar. Program transmigrasi diharapkan tidak memindahkan warga terlalu jauh dari lokasi pembangunan, agar manfaatnya tetap terjaga,” ungkapnya.
Model pemberdayaan seperti di Yichang ini menjadi contoh penting transmigrasi dapat meningkatkan kesejahteraan jika diarahkan pada potensi unggulan lokal dengan dukungan industrialisasi dan konektivitas kawasan.
Kementerian Transmigrasi berencana mengadopsi model keberhasilan Yichang untuk diterapkan di kawasan transmigrasi Indonesia, khususnya di wilayah Papua dan Indonesia Timur, dengan mendorong kemitraan antara investor asing, BUMN/daerah, dan masyarakat lokal.
“Tentu saja, pembangunan harus selalu didasarkan pada data dan riset yang kuat. Kami akan melihat peluang-peluang yang ada,” pungkasnya.