Jemaah Haji di Sulsel Diminta Tidak Tampil Glamor, Kemenag Imbau Pakai Batik

Posted on

Majelis Ulama Indonesia Sulawesi Selatan () mengingatkan jemaah haji debarkasi Makassar untuk membatasi diri tampil glamor sepulang dari tanah suci. Para jemaah haji khususnya dari Sulsel diimbau agar tetap menunjukkan kesederhanaan tanpa ada niat untuk pamer.

Diketahui, sejumlah jemaah mendapat sorotan karena berpenampilan nyentrik hingga penuh perhiasan saat tiba di tanah air. Momen itu ditunjukkan saat 392 jemaah haji asal Kabupaten Pinrang dan Makassar tiba di Asrama Haji Sudiang, Kamis (12/6/2025).

“Iya, harus wajib setiap tahunnya itu jemaah haji Pinrang harus pakai pakaian begini toh. Kan ciri khas bugis Pinrang,” ujar salah satu jemaah haji asal Kabupaten Pinrang, Santi (41) saat ditemui infoSulsel di lokasi.

Santi tampil mencolok dengan kebaya berhias manik-manik. Sejumlah perhiasan pun dikenakan baik di leher maupun tangannya. Namun dia berdalih perhiasan yang dikenakannya bukanlah emas.

“Iya di Madinah dibeli (perhiasan). Ini (perhiasan di tangan kiri) di Madinah Rp 100 ribu. (Total) Rp 200 ribu semua (dengan perhiasan di tangan kanan),” ungkapnya.

Jemaah asal Pinrang lainnya, Rusnah (40) juga berpenampilan serupa. Dia sengaja tampil modis dengan perhiasan yang dibelinya dari Madinah.

“Ada Rp 50 ribu gelang-gelang isi 6, isi 8. Yang per setnya ada Rp 600 ribu satu set. Ada Rp 500 ribu, ada Rp 300 ribu,” ungkap Rusnah.

Sekretaris Komisi Fatwa MUI Sulsel Syamsul Bahri Abd Hamid mengakui penampilan glamor jemaah haji sepulang tanah suci hampir terjadi tiap tahun. Dia menyadari hal itu bagian dari menunjukkan kegembiraan jemaah untuk menyambut keluarganya.

“Sebagaimana adatnya, setiap insan itu memiliki adat berbeda-beda, kalau di Sulawesi mungkin mereka banyak, ya, tidak semua juga berpakaian yang pantas kemudian ditambah dengan perhiasan-perhiasan,” ungkap Syamsul kepada infoSulsel, Minggu (14/6).

Syamsul menganggap memakai perhiasan sepulang haji memang tidak dilarang dalam agama. Namun dia berharap jemaah haji tidak berlebihan apalagi sampai memunculkan kesan pamer.

“Kalau berlebihan, berbangga-bangga, Allah tidak suka kita bangga-bangga. Kemudian, memamerkan, melebih-lebihkan, ini semuanya adalah hal perlu dibatasi,” papar Syamsul.

Dia menegaskan MUI Sulsel tidak dalam kapasitas sampai harus mengeluarkan fatwa terkait penampilan jemaah haji. Syamsul menyinggung bahwa hal itu bagian dari adat dan tradisi khususnya di Sulsel.

“Adapun adatnya mereka menggunakan (sebagai) kegembiraan, ya, itu dalam batas wajar-wajar saja mereka gembira. Kalau dalam pandangan kita, sebaiknya tidak hanya ketika dari tanah suci, dalam segala tempat kita jangan berlebih-lebihan,” jelasnya.

Namun demikian, edukasi terhadap jemaah haji sebelum pulang dari tanah suci tetap perlu dilakukan. Syamsul menganggap petugas haji juga berperan penting terkait hal tersebut.

“Perlu edukasi itu masyarakat. Kadang-kadang mereka yang berlebih-lebihan itu kurang edukasi. Saya kira ini hanya berkenaan dengan adat, ya, adat dan kebiasaan,” imbuh Syamsul.

Kementerian Agam (Kemenag) Sulsel mengakui tidak bisa mengatur lebih jauh penampilan jemaah haji sepulang dari tanah suci. Pihaknya berdalih berpenampilan glamor sudah menjadi tradisi jemaah haji khususnya di Sulsel.

“Mereka (masyarakat umum) mungkin menganggap dengan berpakaian seperti itu glamor, itu ria, suka pamer. Tapi, di sisi yang si pribadi yang pemakai, mungkin menganggap seperti itulah memuliakan ibadah haji, makanya harus dibedakan dengan ibadah lainnya,” beber Humas Kanwil Kemenag Sulsel Wardy Siradj kepada infoSulsel, Sabtu (14/6).

Namun Wardy menyebut Kepala Kanwil Kemenag Sulsel Ali Yafid sudah kerap mengimbau jemaah untuk berpakaian batik. Sebelum pulang, petugas haji juga telah mensosialisasikan hal ini.

“Pak Kanwil (Kepala Kanwil Kemenag Sulsel Ali Yafid) itu sering mengimbau. Pada saat manasik, diingatkan petugasnya, ketua kloter. Tolong diingatkan jemaahnya ketika kembali diimbau supaya semua menggunakan pakaian batik haji,” bebernya.

Beberapa jemaah haji memang ada yang pulang menggunakan pakaian batik. Namun adapula yang berpenampilan glamor saat menyambut keluarga yang menjemputnya.

“Memang menggunakan pakaian batik haji di luar. Tapi, begitu sampai di sini, sisa buka pakaian batik haji, ternyata sudah pakai pakaian bling-bling juga di dalamnya,” kata Wardy.

Di satu sisi, Wardy melaporkan kepulangan jemaah haji debarkasi Makassar sejauh ini berjalan lancar. Pihaknya tidak menemukan pelanggaran termasuk adanya barang-barang terlarang yang dibawa jemaah sepulang dari haji.

“Semua barang-barang terlarang, menurut aturan penerbangan internasional, sudah diskrining sejak dari bandara keberangkatan di sana (Arab Saudi). Jadi, kalau di sini tidak ada, sih. Belum ada sesuatu yang mencolok terkait dengan barang-barang yang aneh dari jemaah haji,” bebernya.

Diketahui, embarkasi Makassar sebelumnya memberangkatkan 15.876 jemaah haji dari 8 provinsi se-Indonesia timur, yakni Sulsel, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, Gorontalo dan Maluku. Mereka pun dipulangkan secara bertahap mulai 11 Juni-10 Juli 2025.

Sejauh ini, jemaah haji debarkasi Makassar yang sudah tiba di Sulsel sudah mencapai 1.961 dari lima kloter. Sementara berdasarkan laporan per 12 Juni lalu, ada 23 jemaah haji embarkasi Makassar yang meninggal dunia di tanah suci.

Jemaah Haji Diharap Tidak Berlebihan

Kemenag Sulsel Imbau Pakai Batik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *