Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Diktisaintek) Stella Christie mengajak mahasiswa berpikir kritis dan analitis saat membuka Indonesia Future Leaders Camp (FLC) 2025 Regional III di Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar. Stella menganggap kemampuan analisis jadi bekal penting bagi calon pemimpin bangsa.
“Saya hanya bisa memberikan teori yang saya laksanakan sehari-hari. Ini adalah teori orisinal dari saya,” ujar Stella di Auditorium Al-Jibra UMI, Jalan Urip Sumoharjo, Rabu (12/11/2025).
Dia menjelaskan ada tiga hal utama yang perlu diperhatikan dalam membuat kebijakan atau keputusan, yakni dampak, keterlaksanaan, dan resistansi. Ketiga hal itu harus dianalisis secara komprehensif agar keputusan tidak hanya baik di atas kertas, tapi juga efektif di lapangan.
“Bahwa kita harus memikirkan tiga hal. Yang pertama adalah dampak. Jadi apa dampaknya? Pada buat siapa dan berapa besar? Yang kedua, kita harus menghitung feasibility atau keterlaksanaan. Berapa mungkin program, ide, konsep itu akan bisa terlaksana,” katanya.
Stella juga mengingatkan pentingnya memahami resistansi dalam setiap keputusan. Dia menilai seorang pemimpin harus mampu mengukur tingkat penolakan agar kebijakan bisa tetap dijalankan secara efektif.
“Dan yang ketiga, saya selalu menghitung tentang resistansi. Berapa banyak resistansi? Mengapa resistansi itu terjadi? Apakah dengan resistansi itu kita tetap akan melaksanakan program ini karena kita hitung dari dampaknya dan kemungkinan terasa yang itu besar,” lanjutnya.
Dia menekankan analisis berbasis data dan perbandingan alternatif menjadi pondasi dalam setiap kebijakan publik. Menurutnya, mahasiswa harus membiasakan diri berpikir dengan metode ilmiah dalam melihat masalah bangsa.
“Jadi, tadi saya menyampaikan kepada mahasiswa, terakhirnya kita semua harus melakukan yang namanya ADA: analisa berdasarkan data dan melakukan perbandingan alternatif-alternatif,” tuturnya.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Usai memberikan materi, Stella mengaku kagum dengan semangat mahasiswa yang aktif berdiskusi dalam forum FLC. Dia menilai antusiasme itu menjadi pertanda baik bagi masa depan kepemimpinan Indonesia.
“Kesannya senang sekali melihat mahasiswa kita sangat bergairah untuk sungguh-sungguh memikirkan. Tadi dari pertanyaan-pertanyaan mahasiswa saya bisa, saya agak terharu, bahwa apa yang tadi saya sampaikan langsung diterapkan di dalam pemikirannya untuk menganalisa berbagai macam isu-isu yang sangat relevan di negara kita,” bebernya.
Stella berharap para mahasiswa mampu menjadikan kemampuan analisis sebagai karakter utama dalam berpikir dan bertindak. Dia menilai bangsa yang kuat lahir dari generasi muda yang mampu berpikir berbasis data dan alternatif solusi.
“Saya rasa ini adalah kalau mahasiswa kita menjadi mahasiswa yang mampu untuk beranalisa, menggunakan data, dan melakukan perbandingan alternatif, kita akan menjadi bangsa yang kuat,” ucapnya.
Sementara itu, Rektor UMI Hambali Thalib menyampaikan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada kampusnya sebagai tuan rumah FLC Regional III. Menurutnya, kegiatan ini menjadi kehormatan tersendiri bagi UMI karena dihadiri langsung oleh Wamen Diktisaintek.
“Ditunjuknya UMI sebagai tuan rumah FLC merupakan kehormatan bagi kami karena langsung dihadiri oleh Bu Wamen,” sebutnya.
Dia menyampaikan kegiatan ini diikuti 60 peserta dari berbagai provinsi di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua. Seluruh peserta merupakan pengurus BEM universitas maupun organisasi ekstra kampus yang lolos seleksi ketat.
“Pesertanya kan hampir seluruh wilayah Sulawesi, Maluku, Papua,” jelasnya.








