Dunia Sains Sorot Penemuan Tikus Raksasa di Papua, Sebelumnya Hanya Ada di Museum

Posted on

Pada awal 2025, seorang peneliti asal Ceko berhasil menemukan spesies pengerat langka di Papua Nugini. Penemuan ini menjadi sorotan lantaran spesies tersebut sebelumnya hanya ditemukan di museum dalam bentuk spesimen yang diawetkan.

Hewan pengerat yang dimaksud yakni tikus wol Subalpin raksasa (Malomys istapantap). Tikus ini pertama kali diidentifikasi pada 1989 dari sampel museum dan setelahnya belum pernah tercatat di alam liar selama tiga dekade.

Maka itu, penemuan peneliti bernama František Vejmělka menjadi kontribusi penting bagi dunia sains. Penelitiannya telah terbit di Jurnal De Gruyter Brill pada 18 April 2025.

Sebagai peneliti dari Biology Centre CAS dan University of South Bohemia, František Vejmělka kemudian mengabadikan penemuannya dalam gambar dan video. Perjumpaannya dengan spesies tikus raksasa tersebut terjadi setelah melakukan ekspedisi selama enam bulan di gunung yang mencapai ketinggian sekitar 3.700 meter di atas permukaan laut.

“Sungguh menakjubkan bahwa hewan sebesar dan seindah ini masih sangat kurang dipelajari. Berapa banyak lagi yang bisa ditemukan tentang keanekaragaman hayati pegunungan tropis?” ujar Vejmelka dikutip dari Science Daily.

Ia berhasil menemukan tikus wol ini karena kolaborasinya dengan pemburu dan masyarakat adat lokal di Papua Nugini. Vejmělka mengatakan, masyarakat lokat sangat membantu dirinya mengumpulkan data.

“Jika bukan karena para pemburu pribumi yang menemani saya di pegunungan dan membantu saya menemukan hewan-hewan tersebut, saya tidak akan pernah bisa mengumpulkan data ini,” imbuhnya.

Mallomys istapantap merupakan jenis tikus besar berbulu tebal. Hewan ini hidup di kawasan pegunungan yang tertutup kabut.

Disebut raksasa, karena tikus wol ini bisa mencapai panjang sekitar 85 cm dan berat hingga 2 kg. Namun, karena sifatnya yang nokturnal, ia cenderung susah dijumpai.

Selama siang hari, tikus wol Subalpin akan bersembunyi di lubang atau di antara ranting pohon. Habitat aslinya pun cenderung sulit dijangkau, sehingga masuk akal jika selama tiga dekade tidak ada catatan keberadaannya di alam liar.

Spesies Mamalia di Ketinggian Pegunungan Papua Nugini

Selain spesies langka Mallomys istapantap, Vejmělka dan timnya juga berhasil mendokumentasikan 61 spesies mamalia non-terbang (tikus dan marsupial) di sepanjang gunung hingga puncak 4.509 meter di wilayah Papua Nugini. Kolaborasi yang ia ciptakan dalam penelitiannya, menunjukkan pentingnya keberadaan masyarakat adat dalam melestarikan warisan alam di kawasan yang masih minim dijelajahi.

Penemuan ini sekaligus menegaskan pentingnya riset lapangan dalam melibatkan komunitas lokal dan hubungannya dengan keanekaragaman hayati. Ini mengapa temuan Vejmělka menjadi sorotan dan terus diberitakan di berbagai web dan situs mengenai dunia sains.

Petualangan di Pegunungan Papua

Tikus Wol Raksasa, Spesies Langka dari Papua Nugini