Alam Indonesia memang unik. Di Kalimantan Timur, tepatnya di Pulau Kakaban, tersimpan banyak hal menarik. Ada danau purba yang konon terbentuk lebih dari sejuta tahun lalu, dihuni oleh ubur-ubur tidak menyengat (stingless jellyfish).
Pulau Kakaban terletak di Kepulauan Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Di dalam Pulau Kakaban, terdapat danau yang dihuni jutaan ubur-ubur tanpa sengat. Pengunjung bisa berenang atau snorkeling bersama ubur-ubur tidak menyengat tersebut.
Di pulau ini juga, pengunjung bisa menikmati keindahan terumbu karang dari atas jembatan tanpa berenang atau snorkeling. Saking jernihnya air danau yang menyambut di kanan dan kiri jembatan masuk Pulau Kakaban.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, konon hanya ada tiga destinasi yang mempunyai ubur-ubur tak menyengat. Hewan unik ubur-ubur tak menyengat telah mendiami destinasi di Kalimantan hingga Papua.
Ialah di Pulau Kakaban Kalimantan Timur, Misool Raja Ampat, dan Togean Sulawesi Tengah. Pulau Kakaban menjadi habitat ubur-ubur tak menyengat yang paling terawat dan terkenal.
Pulau Kakaban adalah salah satu dari 31 deretan pulau yang ada di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. Tepatnya ada di Kampung Payung-Payung, Kecamatan Maratua, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur.
Pulau Kakaban memiliki luas sekitar 774,2 hektare yang berbentuk atol, yakni batu karang melingkar, dengan sebuah laguna di bagian tengahnya. Keistimewaan danau di tengah pulau Kakaban, membuatnya ditetapkan sebagai kawasan warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 2004.
Pulau Kakaban dalam bahasa daerah pulau yang ‘memeluk’. Jadi pulau kakaban artinya ‘sebuah pulau yang memeluk danau’ karena di tengah pulau Kakaban terdapat Danau Kakaban.
Kakaban memiliki garis pantai yang cantik dengan air laut jernih. Namun ada satu hal yang sangat mengagumkan, pulau ini memiliki danau air payau lengkap dengan ubur-ubur tak menyengat. Danau Kakaban memang dikenal memiliki ekosistem yang cukup unik.
Pulau Kakaban didominasi oleh perairan berbentuk danau dengan luasan danau 400 hektare (Ha). Sumber air danau berasal dari air laut yang masuk melalui celah-celah batu karst, kemudian membentuk sebuah kubangan besar.
Di dalam danau Kakaban terdapat hewan endemik yaitu ubur-ubur yang tidak menyengat. Ubur-ubur yang mendominasi di danau ini adalah ubur-ubur terbalik dan ubur-ubur emas.
Jika wisatawan ingin berkunjung ke Pulau Kakaban, perlu mengawali perjalanan dari Tanjung Redep. Traveler harus naik speed boat, dengan perjalanan laut memakan waktu dua jam. Nantinya, plang dengan tulisan ‘Kakaban Island’ akan menyambut pengunjung.
Saat ini status Kakaban masuk dalam kawasan Zona Pemanfaatan Terbatas yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 87/KEPMEN-KP/2016 tentang Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kepulauan Derawan dan Perairan Sekitarnya (KKP3K KDPS). Pemanfaatan potensi sumber daya alam di sekitar pulau Kakaban dikonsentrasikan untuk aktivitas pariwisata dan perkebunan.
Kalimantan punya sebuah danau purba yang sangat indah di Pulau Kakaban. Di dalamnya bukan cuma ikan tapi ubur-ubur langka.
Di Pulau Kakaban, ada danau dengan nama yang sama, Kakaban. Danau itulah yang menjadi tempat tinggal ubur-ubur tak menyengat.
Pulau dan Danau Kakaban masih sangat murni, karena letaknya lumayan jauh dan sangat terpencil. Danau Kakaban mengisi bagian tengah pulau seutuhnya.
Namun tempat wisata ini sangat digemari oleh wisatawan mancanegara karena keunikannya. Perjalanan ke Pulau Kakaban dari Pelabuhan Sanggam cukup lama, yakni memakan waktu sekitar 2 jam.
Masuk ke area danau, Pemerintah Daerah telah melakukan pembangunan jalur treking baru ke Danau Kakaban. Untuk sampai ke danau ubur-ubur, pengunjung harus treking sekitar 10 menit.
Namun, jalurnya naik turun dan menguras keringat. Jalur treking itu terus terlihat sampai ke tengah danau, membawa pengunjung terkesima dengan keindahan Danau Kakaban. Apalagi, kanan-kiri jalur treking masih berupa karang terjal dengan pepohonan yang tinggi.
Pengunjung yang tak ingin berenang tetap bisa melihat ubur-ubur, permukaan danau yang bening membantu penglihatan sampai ke dasar. Foto-foto di jembatan kayu pun tak kalah indah.
Danau air asin yang kerap disebut danau ubur-ubur ini punya luas 400 hektare, dengan kedalaman maksimum 11 meter. Dr Anugerah Nontji dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI pernah mencatat, Danau Kakaban terjadi akibat pengangkatan atol atau terumbu karang cincin setinggi 40-60 meter.
Danau ini terbentuk dari perpaduan air hujan dan rembesan air laut yang masuk melalui pori-pori tanah, sehingga menciptakan ekosistem endemik yang sangat langka. Di dunia, danau dengan karakteristik serupa hanya dapat ditemukan satu lagi, yakni di Kepulauan Palau, Mikronesia.
Kemunculan atol memicu terbentuknya sebuah laguna atau danau. Proses ini diperkirakan terjadi pada 1-2 juta tahun lalu.
Air laut yang terperangkap di laguna ini tak bisa keluar dan bercampur dengan air hujan. Inilah alasan mengapa Danau Kakaban memiliki air payau.
Sumber air danau berasal dari air laut yang masuk melalui celah-celah batu karst, kemudian membentuk sebuah kubangan besar. Di sekeliling danau terdapat tanaman mangrove sehingga menyebabkan air berwarna kehijauan dan rasa airnya payau.
Tak cuma air laut yang terperangkap, ubur-ubur di area tersebut pun tak bisa kembali ke laut. Seiring berjalannya waktu, ubur-ubur pun berevolusi dan bisa hidup di perairan payau.
Diperkirakan ribuan tahun lalu, ubur-ubur tersebut terperangkap di danau ini lalu berevolusi hingga mampu berfotosintesis, suatu kemampuan yang jarang dimiliki hewan lain. Di Danau Kakaban terdapat setidaknya empat jenis ubur-ubur, di antaranya golden jellyfish dan moon jellyfish.
Berlimpahnya makanan membuat ubur-ubur menjadi raja dari rantai makanan. Karena tak ada predator, hewan kenyal ini tumbuh berlimpah di Danau Kakaban.
Hal ini berpengaruh dalam evolusi sengat yang dimilikinya. Kelenjar sengat ubur-ubur mengalami reduksi dan tak digunakan lagi sebagai perlindungan diri maupun berburu mangsa.
Ubur-ubur tanpa sengat, begitulah sebutannya di masa kini. Hewan kenyal ini sudah dinyatakan sebagai satwa langka dan diakui dunia.
Danau ini menjadi habitat ubur-ubur tak bersengat yang terkenal di dunia. Selain di Kakaban, turis lebih mengenal Pulau Palau, suatu negara kepulauan kecil di Samudra Pasifik barat.
Hanya saja yang membedakan antara Danau Kakaban dan Jellyfish Lake di Palau adalah jenis ubur-ubur. Kakaban memiliki 4 jenis ubur-ubur tak menyengat, sedangkan Palau hanya memiliki 2 saja.
Hingga kini masuk ke area Danau Kakaban tak dipungut biaya, sebab Pemda masih berusaha untuk mempertahankan hak pengelolaannya yang masih belum jelas.
Danau Kakaban kini menjadi kawasan konservasi daerah dan destinasi populer Kalimantan Timur. Selain danau, Kakaban juga punya laguna cantik bernama Kehe Daeng yang berarti Lubang Ikan.
Saat air laut surut, sebuah gua sempit yang sebelumnya terendam akan muncul ke permukaan. Di lokasi ini, pengunjung dapat menyaksikan terumbu karang berwarna-warni serta bintang laut yang terlihat jelas dan dapat dijangkau dengan mudah.
Danau Kakaban memiliki anemon berwarna putih dan ubur-ubur yang kehilangan kemampuan menyengat. Rasa bangga tersirat karena Indonesia tercinta menjadi rumah hewan lucu yang langka itu.
Biasanya, berenang bersama ubur-ubur terdengar menyeramkan karena hewan itu menyengat. Sengatannya pun perih seperti terkena api.
Ada 4 jenis ubur-ubur yang mendiami danau ini, yaitu ubur-ubur bulan (Aurelia aurita), ubur-ubur totol (Mastigias papua), ubur-ubur kotak (Tripedalia cystophora), dan ubur-ubur terbalik (Cassiopea ornata).
Terdapat kemungkinan bahwa sebagian dari keempat spesies ubur-ubur tersebut telah berkembang menjadi subspesies baru. Namun, dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
Ubur-ubur Bulan memiliki karakter transparan atau semu putih, mereka memakan plankton dari air. Ubur-ubur Kotak Kaki-tiga bentuknya kecil, berlonceng kubus, dengan tiga tentakel di keempat sudut lonceng.
Sementara Ubur-ubur Emas atau Totol punya ciri membentuk kawanan yang bermigrasi sesuai posisi matahari. Seluruh ubur-ubur emas adalah keturunan dari Ubur-ubur Totol dari laut lepas, yang berevolusi serupa pula dalam kondisi unik danau air asin.
Mereka kehilangan totolnya, lengan gada, dan pigmen biru setelah ribuan tahun. Ubur-ubur dari danau yang muda cenderung menyerupai leluhurnya, sedangkan ubur-ubur dari danau yang tua seringkali sudah kehilangan ciri-ciri leluhurnya. Hal tersebut disebabkan oleh terputusnya pertukaran gen antar populasi, dan lingkungan yang berbeda dengan laut.
Nah, Ubur-ubur Terbalik jadi yang paling menarik, karena cirinya berenang terbalik di dasar perairan, memaparkan lengannya yang penuh simbion ganggang.
Ubur-ubur terbalik berada di dasar danau dengan tentakel menghadap ke atas. Suatu hal yang aneh, karena biasanya ubur-ubur berada di atas dengan tentakel menghadap ke bawah.
Ubur-ubur Pulau Kakaban, menempatkan algae pada bagian kakinya, karena ganggang harus mendapatkan matahari sebagai syarat melakukan fotosintesa. Ubur-ubur Cassiopea akhirnya berjalan terbalik, dengan kaki ke atas dan kepala ke bawah.
Ubur-ubur terbalik (Cassiopea ordata) atau upside-down jellyfish menjadi ikon Pulau Kakaban. Ubur-ubur jenis ini berenang secara terbalik dengan tentakel di bagian atas.
Ubur-ubur terbalik punya diameter 10-12 cm, merupakan ubur-ubur spesies Cassiopea ornate. Ubur-ubur Cassiopea dan algae itu melakukan simbiosis mutualisme.
Ubur-ubur menempatkan algae pada bagian kakinya, karena ganggang berkepentingan untuk mendapatkan matahari sebagai sarana melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, ubur-ubur Danau Kakaban kemudian berjalan terbalik, dengan tentakel yang menghadap ke atas agar algae terkena sinar matahari.
Kalau matahari sedang tinggi, pengunjung tak perlu berenang saja sudah dapat melihat jelas ubur-ubur di dasar danau. Gerakan mereka samar namun indah. Ukurannya pun beragam, ada yang lebih besar dari telapak tangan sampai seujung kuku, alias sangat kecil.
Jika berenang dan melihat ke arah dasar, pengunjung dapat melihat tumbuhan laut seperti daun yang menjalar di sepanjang dasar danau. Layaknya taman, banyak sekali ubur-ubur yang berada di dasar.
Hewan endemik lainnya yang bisa ditemukan di danau Kakaban selain ubur-ubur adalah Teripang, Tunikata, Kepiting, Bunga Karang (33 jenis), Anemon, Cacing Pipih dan Moluska.
Snorkeling di Danau Kakaban yang penuh dengan ubur-ubur sudah jadi kegiatan populer yang wajib untuk dilakukan jika berkunjung ke Derawan. Ubur-ubur ini sangat langka dan tak menyengat tapi juga sangat lemah.
Wisatawan bisa berenang di danau bersama ubur-ubur tanpa perlu takut iritasi akibat disengat hewan ini. Tapi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan turis saat berenang di sini:
Pertama, cuci bersih dulu semua peralatan sebelum masuk ke danau. Wisatawan boleh berenang asal tanpa sunscreen.
Sebab Danau Kakaban tidak memiliki hulu dan hilir, tak ada jalur air masuk dan keluar. Air yang ada di danau hanya bertambah dengan air hujan, sehingga bahan kimia yang masuk ke sana akan meracuni jutaan ubur-ubur.
Hewan unik tersebut aman didekati, bahkan boleh disentuh asal dengan lembut. Tapi yang jelas, tak boleh digenggam dan diangkat ke luar air.
Selagi berenang dengan pelan, traveler akan merasakan beberapa ubur-ubur yang datang mendekat dan ‘menabrak’ kaki atau tangan traveler. Kenyal-kenyal dan lembut, seperti itulah badan ubur-ubur. Kamu bisa berfoto bersama di bawah air.
Pertama, tidak boleh menyebur dengan melompat ke danau. Pengunjung harus turun dengan melewati anak tangga yang telah disediakan. Tujuannya agar air tidak menjadi keruh dan tidak merobek tubuh ubur-ubur yang berada di sana.
Jika ingin berenang, masuklah perlahan ke dalam air. Gunakan masker snorkeling agar dapat melihat ubur-ubur dengan lebih jelas. Mereka sepertinya sudah biasa dengan kehadiran manusia.
Dilarang menggunakan sepatu katak dan menyelam SCUBA. Wisatawan dilarang menggunakan fins bila snorkeling di Kakaban. Lagi-lagi alasannya tentu demi kelestarian ubur-ubur. Gerakan fins akan membuat ubur-ubur jadi terluka atau terhempas.
Traveler yang tidak bisa berenang atau bisa tapi sedikit-sedikit diwajibkan untuk memakai pelampung. Karena danau ubur-ubur ini mempunyai kedalaman minimal 5 meter.
Sehingga akan sangat berbahaya jika traveler snorkeling tanpa ada pelampung. Danau ini juga punya arus yang cukup kuat, kalau lelah dan tidak kuat, bisa terseret terbawa arus.
Beberapa ubur-ubur berukuran kecil karena masih muda atau spesiesnya kecil. Hati-hati ketika membuka mulut di dalam air, jangan sampai mereka tertelan.
Lebih baik, tutup mulut kita dengan alat snorkel. Berenang dengan ubur-ubur pun jadi lebih nyaman.
Dilarang membawa benda/makhluk hidup apapun dari luar ke dalam danau dan sebaliknya. Dilarang memancing atau membuat perikanan budidaya.
Sumber:
1. Arsip catatan liputan infoTravel
2. Laman Kementerian Pariwisata
3. Laman Yayasan Konservasi Alam Nusantara
4. Laman Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan
5. Buku Pengembangan Kurikulum IPA Terpadu SMP oleh Avia Riza Dwi Kurnia
6. Buku Surga Bawah Laut oleh Fransiska Anggraini
Sekilas tentang Pulau Kakaban
Mengenal Danau Kakaban
Ubur-ubur Kakaban, Penghuni Danau Purba di Kalimantan
Syarat Berenang Bersama Ubur-ubur Kakaban
1. Alat dan Tubuh Harus Bersih
2. Jangan Genggam Erat dan Angkat Ubur-ubur
3. Berenang Perlahan
4. Jangan Pakai Fins
5. Gunakan Pelampung
6. Jangan Tertelan
7. Jangan Menambah atau Mengurangi Populasi
Kalimantan punya sebuah danau purba yang sangat indah di Pulau Kakaban. Di dalamnya bukan cuma ikan tapi ubur-ubur langka.
Di Pulau Kakaban, ada danau dengan nama yang sama, Kakaban. Danau itulah yang menjadi tempat tinggal ubur-ubur tak menyengat.
Pulau dan Danau Kakaban masih sangat murni, karena letaknya lumayan jauh dan sangat terpencil. Danau Kakaban mengisi bagian tengah pulau seutuhnya.
Namun tempat wisata ini sangat digemari oleh wisatawan mancanegara karena keunikannya. Perjalanan ke Pulau Kakaban dari Pelabuhan Sanggam cukup lama, yakni memakan waktu sekitar 2 jam.
Masuk ke area danau, Pemerintah Daerah telah melakukan pembangunan jalur treking baru ke Danau Kakaban. Untuk sampai ke danau ubur-ubur, pengunjung harus treking sekitar 10 menit.
Namun, jalurnya naik turun dan menguras keringat. Jalur treking itu terus terlihat sampai ke tengah danau, membawa pengunjung terkesima dengan keindahan Danau Kakaban. Apalagi, kanan-kiri jalur treking masih berupa karang terjal dengan pepohonan yang tinggi.
Pengunjung yang tak ingin berenang tetap bisa melihat ubur-ubur, permukaan danau yang bening membantu penglihatan sampai ke dasar. Foto-foto di jembatan kayu pun tak kalah indah.
Danau air asin yang kerap disebut danau ubur-ubur ini punya luas 400 hektare, dengan kedalaman maksimum 11 meter. Dr Anugerah Nontji dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI pernah mencatat, Danau Kakaban terjadi akibat pengangkatan atol atau terumbu karang cincin setinggi 40-60 meter.
Danau ini terbentuk dari perpaduan air hujan dan rembesan air laut yang masuk melalui pori-pori tanah, sehingga menciptakan ekosistem endemik yang sangat langka. Di dunia, danau dengan karakteristik serupa hanya dapat ditemukan satu lagi, yakni di Kepulauan Palau, Mikronesia.
Kemunculan atol memicu terbentuknya sebuah laguna atau danau. Proses ini diperkirakan terjadi pada 1-2 juta tahun lalu.
Air laut yang terperangkap di laguna ini tak bisa keluar dan bercampur dengan air hujan. Inilah alasan mengapa Danau Kakaban memiliki air payau.
Sumber air danau berasal dari air laut yang masuk melalui celah-celah batu karst, kemudian membentuk sebuah kubangan besar. Di sekeliling danau terdapat tanaman mangrove sehingga menyebabkan air berwarna kehijauan dan rasa airnya payau.
Tak cuma air laut yang terperangkap, ubur-ubur di area tersebut pun tak bisa kembali ke laut. Seiring berjalannya waktu, ubur-ubur pun berevolusi dan bisa hidup di perairan payau.
Diperkirakan ribuan tahun lalu, ubur-ubur tersebut terperangkap di danau ini lalu berevolusi hingga mampu berfotosintesis, suatu kemampuan yang jarang dimiliki hewan lain. Di Danau Kakaban terdapat setidaknya empat jenis ubur-ubur, di antaranya golden jellyfish dan moon jellyfish.
Berlimpahnya makanan membuat ubur-ubur menjadi raja dari rantai makanan. Karena tak ada predator, hewan kenyal ini tumbuh berlimpah di Danau Kakaban.
Hal ini berpengaruh dalam evolusi sengat yang dimilikinya. Kelenjar sengat ubur-ubur mengalami reduksi dan tak digunakan lagi sebagai perlindungan diri maupun berburu mangsa.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Ubur-ubur tanpa sengat, begitulah sebutannya di masa kini. Hewan kenyal ini sudah dinyatakan sebagai satwa langka dan diakui dunia.
Danau ini menjadi habitat ubur-ubur tak bersengat yang terkenal di dunia. Selain di Kakaban, turis lebih mengenal Pulau Palau, suatu negara kepulauan kecil di Samudra Pasifik barat.
Hanya saja yang membedakan antara Danau Kakaban dan Jellyfish Lake di Palau adalah jenis ubur-ubur. Kakaban memiliki 4 jenis ubur-ubur tak menyengat, sedangkan Palau hanya memiliki 2 saja.
Hingga kini masuk ke area Danau Kakaban tak dipungut biaya, sebab Pemda masih berusaha untuk mempertahankan hak pengelolaannya yang masih belum jelas.
Danau Kakaban kini menjadi kawasan konservasi daerah dan destinasi populer Kalimantan Timur. Selain danau, Kakaban juga punya laguna cantik bernama Kehe Daeng yang berarti Lubang Ikan.
Saat air laut surut, sebuah gua sempit yang sebelumnya terendam akan muncul ke permukaan. Di lokasi ini, pengunjung dapat menyaksikan terumbu karang berwarna-warni serta bintang laut yang terlihat jelas dan dapat dijangkau dengan mudah.
Mengenal Danau Kakaban
Danau Kakaban memiliki anemon berwarna putih dan ubur-ubur yang kehilangan kemampuan menyengat. Rasa bangga tersirat karena Indonesia tercinta menjadi rumah hewan lucu yang langka itu.
Biasanya, berenang bersama ubur-ubur terdengar menyeramkan karena hewan itu menyengat. Sengatannya pun perih seperti terkena api.
Ada 4 jenis ubur-ubur yang mendiami danau ini, yaitu ubur-ubur bulan (Aurelia aurita), ubur-ubur totol (Mastigias papua), ubur-ubur kotak (Tripedalia cystophora), dan ubur-ubur terbalik (Cassiopea ornata).
Terdapat kemungkinan bahwa sebagian dari keempat spesies ubur-ubur tersebut telah berkembang menjadi subspesies baru. Namun, dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
Ubur-ubur Bulan memiliki karakter transparan atau semu putih, mereka memakan plankton dari air. Ubur-ubur Kotak Kaki-tiga bentuknya kecil, berlonceng kubus, dengan tiga tentakel di keempat sudut lonceng.
Sementara Ubur-ubur Emas atau Totol punya ciri membentuk kawanan yang bermigrasi sesuai posisi matahari. Seluruh ubur-ubur emas adalah keturunan dari Ubur-ubur Totol dari laut lepas, yang berevolusi serupa pula dalam kondisi unik danau air asin.
Mereka kehilangan totolnya, lengan gada, dan pigmen biru setelah ribuan tahun. Ubur-ubur dari danau yang muda cenderung menyerupai leluhurnya, sedangkan ubur-ubur dari danau yang tua seringkali sudah kehilangan ciri-ciri leluhurnya. Hal tersebut disebabkan oleh terputusnya pertukaran gen antar populasi, dan lingkungan yang berbeda dengan laut.
Nah, Ubur-ubur Terbalik jadi yang paling menarik, karena cirinya berenang terbalik di dasar perairan, memaparkan lengannya yang penuh simbion ganggang.
Ubur-ubur terbalik berada di dasar danau dengan tentakel menghadap ke atas. Suatu hal yang aneh, karena biasanya ubur-ubur berada di atas dengan tentakel menghadap ke bawah.
Ubur-ubur Pulau Kakaban, menempatkan algae pada bagian kakinya, karena ganggang harus mendapatkan matahari sebagai syarat melakukan fotosintesa. Ubur-ubur Cassiopea akhirnya berjalan terbalik, dengan kaki ke atas dan kepala ke bawah.
Ubur-ubur terbalik (Cassiopea ordata) atau upside-down jellyfish menjadi ikon Pulau Kakaban. Ubur-ubur jenis ini berenang secara terbalik dengan tentakel di bagian atas.
Ubur-ubur terbalik punya diameter 10-12 cm, merupakan ubur-ubur spesies Cassiopea ornate. Ubur-ubur Cassiopea dan algae itu melakukan simbiosis mutualisme.
Ubur-ubur menempatkan algae pada bagian kakinya, karena ganggang berkepentingan untuk mendapatkan matahari sebagai sarana melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, ubur-ubur Danau Kakaban kemudian berjalan terbalik, dengan tentakel yang menghadap ke atas agar algae terkena sinar matahari.
Kalau matahari sedang tinggi, pengunjung tak perlu berenang saja sudah dapat melihat jelas ubur-ubur di dasar danau. Gerakan mereka samar namun indah. Ukurannya pun beragam, ada yang lebih besar dari telapak tangan sampai seujung kuku, alias sangat kecil.
Jika berenang dan melihat ke arah dasar, pengunjung dapat melihat tumbuhan laut seperti daun yang menjalar di sepanjang dasar danau. Layaknya taman, banyak sekali ubur-ubur yang berada di dasar.
Hewan endemik lainnya yang bisa ditemukan di danau Kakaban selain ubur-ubur adalah Teripang, Tunikata, Kepiting, Bunga Karang (33 jenis), Anemon, Cacing Pipih dan Moluska.
Snorkeling di Danau Kakaban yang penuh dengan ubur-ubur sudah jadi kegiatan populer yang wajib untuk dilakukan jika berkunjung ke Derawan. Ubur-ubur ini sangat langka dan tak menyengat tapi juga sangat lemah.
Wisatawan bisa berenang di danau bersama ubur-ubur tanpa perlu takut iritasi akibat disengat hewan ini. Tapi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan turis saat berenang di sini:
Pertama, cuci bersih dulu semua peralatan sebelum masuk ke danau. Wisatawan boleh berenang asal tanpa sunscreen.
Sebab Danau Kakaban tidak memiliki hulu dan hilir, tak ada jalur air masuk dan keluar. Air yang ada di danau hanya bertambah dengan air hujan, sehingga bahan kimia yang masuk ke sana akan meracuni jutaan ubur-ubur.
Hewan unik tersebut aman didekati, bahkan boleh disentuh asal dengan lembut. Tapi yang jelas, tak boleh digenggam dan diangkat ke luar air.
Selagi berenang dengan pelan, traveler akan merasakan beberapa ubur-ubur yang datang mendekat dan ‘menabrak’ kaki atau tangan traveler. Kenyal-kenyal dan lembut, seperti itulah badan ubur-ubur. Kamu bisa berfoto bersama di bawah air.
Pertama, tidak boleh menyebur dengan melompat ke danau. Pengunjung harus turun dengan melewati anak tangga yang telah disediakan. Tujuannya agar air tidak menjadi keruh dan tidak merobek tubuh ubur-ubur yang berada di sana.
Jika ingin berenang, masuklah perlahan ke dalam air. Gunakan masker snorkeling agar dapat melihat ubur-ubur dengan lebih jelas. Mereka sepertinya sudah biasa dengan kehadiran manusia.
Dilarang menggunakan sepatu katak dan menyelam SCUBA. Wisatawan dilarang menggunakan fins bila snorkeling di Kakaban. Lagi-lagi alasannya tentu demi kelestarian ubur-ubur. Gerakan fins akan membuat ubur-ubur jadi terluka atau terhempas.
Traveler yang tidak bisa berenang atau bisa tapi sedikit-sedikit diwajibkan untuk memakai pelampung. Karena danau ubur-ubur ini mempunyai kedalaman minimal 5 meter.
Sehingga akan sangat berbahaya jika traveler snorkeling tanpa ada pelampung. Danau ini juga punya arus yang cukup kuat, kalau lelah dan tidak kuat, bisa terseret terbawa arus.
Beberapa ubur-ubur berukuran kecil karena masih muda atau spesiesnya kecil. Hati-hati ketika membuka mulut di dalam air, jangan sampai mereka tertelan.
Lebih baik, tutup mulut kita dengan alat snorkel. Berenang dengan ubur-ubur pun jadi lebih nyaman.
Dilarang membawa benda/makhluk hidup apapun dari luar ke dalam danau dan sebaliknya. Dilarang memancing atau membuat perikanan budidaya.
Sumber:
1. Arsip catatan liputan infoTravel
2. Laman Kementerian Pariwisata
3. Laman Yayasan Konservasi Alam Nusantara
4. Laman Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan
5. Buku Pengembangan Kurikulum IPA Terpadu SMP oleh Avia Riza Dwi Kurnia
6. Buku Surga Bawah Laut oleh Fransiska Anggraini
