Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Yandri Susanto, mengenang masa kecilnya yang penuh keterbatasan saat berbicara mengenai kondisi desa tertinggal di Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia bercerita hidup tanpa listrik hingga kuliah, serta harus menempuh ratusan meter untuk ke toilet.
Yandri menyampaikan pengalamannya itu saat berdialog dengan ratusan kepala desa, anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan pendamping desa se-Kabupaten Manggarai Barat di Aula Gereja Maria Bunda Segala Bangsa, Waeksambi, Labuan Bajo, Senin (23/6/2026).
“Saya ini lahir dari desa tertinggal juga, dari lahir sampai tamat kuliah tak ada listrik di rumah. Termasuk kamar mandi, jaraknya setengah kilometer. Sama, saya pengalaman itu. Saya stunting juga dulu, nggak pernah minum susu, nggak pernah makan telur,” ungkap Yandri.
Meski berasal dari desa tertinggal, Yandri bersyukur kini dipercaya menjadi Menteri Desa. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Wakil Ketua MPR RI. “Alhamdulillah jadi Menteri Desa,” ujarnya.
Yandri menegaskan komitmennya untuk membangun desa-desa tertinggal di NTT dan wilayah timur Indonesia lainnya. Ia menyebut telah menjalin nota kesepahaman (MoU) dengan puluhan kementerian, lembaga, dan Bank Dunia untuk mengarahkan program pembangunan langsung ke desa.
“Saya siap membangun NTT mulai dari desa-desa yang ada di NTT,” tegasnya.
Menurut Yandri, wilayah yang menjadi fokus pembangunan meliputi NTT, Papua, Maluku, Maluku Utara, dan Nias. “Program-program langsung ke desa. Termasuk Bank Dunia, nanti banyak program langsung ke desa. Terutama desa-desa yang memang tertinggal di NTT, Papua, Maluku, Maluku Utara dan Nias. Itu akan kami fokuskan,” lanjutnya.
Ia berharap desa-desa di NTT bisa sejajar dengan desa di wilayah lainnya di Indonesia. “Semoga NTT ini desa-desanya sejajar dengan yang ada di luar NTT,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Yandri menekankan perlunya kebijakan afirmatif untuk mempercepat pembangunan desa tertinggal. “Memang desa tertinggal masih banyak di Indonesia Timur, termasuk di NTT. Desa majunya masih sedikit, desa mandirinya masih sedikit. Kebijakan kita khususkan, kepedulian kita tingkatkan terutama desa-desa di NTT itu bisa mengejar ketertinggalannya,” katanya.
Ia juga menyoroti berbagai persoalan yang terjadi di desa, mulai dari kemiskinan hingga kebodohan. “Karena di desa semua persoalan ada. Kemiskinan, kebodohan dan lain sebagainya. Kalau kita kepung desa, persoalan itu kita cari solusinya,” jelas Yandri.
Yandri menyebut dalam waktu dekat pihaknya akan menandatangani MoU dengan Kementeria ESDM terkait pengadaan listrik di desa-desa yang belum teraliri listrik. Selain itu, kerja sama juga akan dilakukan dengan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) untuk menyediakan akses internet.
“Saya dalam waktu dekat akan MoU dengan Menteri ESDM, bagaimana listrik di desa-desa yang belum ada listrik semuanya punya listrik. Dengan Komdigi, yang belum ada sinyal kita atasi. Gimana mau maju sinyalnya nggak ada,” ujar Yandri.
Ia juga menyebut kerja sama dengan TNI akan difokuskan melalui program Tentara Manunggal Desa. “Termasuk dengan Panglima TNI kita sudah MoU buat apa, Tentara Manunggal Desa,” lanjutnya.
Selain itu, Yandri menyampaikan bahwa program unggulan Presiden Prabowo Subianto seperti Koperasi Merah Putih dan Makan Bergizi Gratis juga akan diarahkan untuk mengatasi kemiskinan dan persoalan sosial di desa tertinggal.