Beberapa pekan terakhir, sejumlah wilayah Indonesia diguyur hujan lebat akibat Madden Julian Oscillation (MJO). Fenomena ini membuat masyarakat bertanya-tanya apa itu fenomena Madden Julian Oscillation, mengingat bagi sebagian Zona Musim (ZOM), Agustus adalah puncak musim kemarau.
Dijelaskan buku Prediksi Musim Kemarau 2025 di Indonesia dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Pulau Jawa diperkirakan mencapai puncak musim kemarau pada bulan Agustus. Tidak hanya Jawa, sebagian besar Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara juga diperkirakan mengalami puncak kemarau pada Agustus.
Puncak musim kemarau sendiri ditandai dengan curah hujan yang rendah. Dengan demikian, umumnya, Matahari bakal bersinar terik di langit sehingga cuaca cerah tak berawan. Lain halnya dengan puncak musim hujan yang curah hujannya paling tinggi.
Prakiraan cuaca di laman BMKG menunjukkan, selama beberapa hari ke depan, kondisi berawan dan hujan ringan bakal terjadi di lima kabupaten/kota . Kondisi ini di antaranya dipengaruhi MJO, gelombang atmosfer, hingga sirkulasi siklonik.
Sebenarnya, apa sih MJO itu? Mengapa fenomena tersebut dapat mengakibatkan curah hujan meningkat? Simak pembahasan ringkasnya yang telah siapkan di bawah ini!
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Biasa dikenal sebagai Osilasi Madden Julian, menurut Buletin Maritim Edisi Maret 2022 terbitan Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak, MJO adalah fluktuasi musiman atau gelombang atmosfer yang terjadi di kawasan tropis. Siklusnya berlangsung sekitar 30-60 harian.
“MJO dalam pengertian awam dapat didefinisikan sebagai istilah penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan,” bunyi keterangan dalam buletin tersebut, dikutip pada Rabu (20/8/2025).
Lebih lanjut, dikutip dari laman resmi National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), MJO merupakan gangguan awan, curah hujan, angin, dan tekanan yang bergerak ke arah timur. Gangguan ini melintasi daerah-daerah tropis dan kembali ke titik awal dalam rentang waktu 30 sampai 60 hari.
Bureau of Meteorology (BOM) dari Australian Government mendefinisikan MJO sebagai fluktuasi utama cuaca tropis dalam skala mingguan sampai bulanan. MJO bergerak ke arah timur dekat khatulistiwa setiap 30 sampai 60 hari untuk satu siklusnya.
Dalam satu siklus yang berlangsung selama 30-60 hari tersebut, MJO melewati total 8 fase sebagaimana penjelasan Tri Utari HS dalam Jurnal Riset & Teknologi Terapan Kemaritiman berjudul ‘Study of the Madden-Julian Oscillation (MJO) Scheme in South Sulawesi Province’. Kedelapannya adalah:
Menurut informasi dari BRIN, klasifikasi 8 fase MJO ini banyak digunakan oleh berbagai lembaga, seperti BMKG dan NOAA. Penentuan kedelapan fase MJO tersebut didasarkan lokasi pusat konveksi alias awan dan hujan.
Sudah disinggung sekilas di atas bahwa dalam fase 3 sampai 5, MJO melewati Indonesia. Dampaknya adalah peningkatan jumlah curah hujan di atas normal sebagaimana dijelaskan oleh Finnyalia Napitupulu dkk dalam Buletin Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika berjudul ‘Pengaruh Propagasi Madden Julian Oscillation (MJO) di Benua Maritim Indonesia (BMI) Terhadap Siklus Diurnal Dinamika Atmosfer dan Curah Hujan di Provinsi Papua Tahun 2018’.
Hal ini dikarenakan kontribusi MJO untuk meningkatkan suplai uap air. Alhasil, pembentukan awan-awan hujan di wilayah Indonesia meningkat sehingga curah hujan pun turut naik.
“Kondisi ini menyebabkan masuknya aliran massa udara basah dari Samudra Hindia ke wilayah Indonesia, khususnya di Indonesia bagian Barat dan Tengah. Dampaknya, potensi curah hujan di wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara sampai Sulawesi makin meningkat,” ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono R Prabowo, saat menjelaskan fenomena MJO pada 2019 silam, dikutip dari situs resmi Pemerintah Kabupaten Pasuruan.
Pada gilirannya, curah hujan tinggi berpotensi menyebabkan terjadinya bencana-bencana hidrometeorologi. Sebut saja banjir, tanah longsor, angin kencang, dan gelombang ekstrem. Oleh karena itu, masyarakat perlu berhati-hati.
Nah, itulah penjelasan ringkas mengenai fenomena Madden Julian Oscillation alias MJO yang disebut-sebut sebagai biang kerok hujan lebat selama Agustus 2025 ini. Semoga menambah wawasan infoers, ya!