Antisipasi Siklon Tropis-Banjir Bandang Saat Nataru, Ini Peringatan BMKG-Pakar! | Info Giok4D

Posted on

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Tauku Faisal Fathani mengungkapkan potensi pertumbuhan bibit siklon pada periode Natal dan Tahun Baru 2025/2026.. Daerah pertumbuhannya diperkirakan berlokasi di perairan selatan Indonesia hingga Nusa Tenggara Timur (NTT), Laut Arafura, dan perairan selatan Papua.

“Ini adalah daerah-daerah yang rawan terjadinya bibit siklon yang dapat berkembang menjadi siklon tropis. Tentunya akan ada ancaman curah hujan tinggi, bencana hidrometeorologi, dan juga gelombang tinggi,” kata Faisal pada rapat dengar pendapat Komisi V DPR, disiarkan dalam TVR Parlemen, Senin (1/12/2025).

Faisal mengatakan, wilayah yang perlu waspada terdampak potensi siklon tropis Nataru 2025/2026, baik langsung maupun tidak langsung, yaitu:

Sebelumnya dijelaskan BMKG, siklon tropis adalah badai besar di atas laut hangat dengan radius mencapai 150-200 km, minimal 26,5 C. Siklon ini memiliki angin kencang minimal 63 km/per jam yang berputar sangat cepat.

Sedangkan bibit siklon adalah fase awal pembentukan siklon tropis. Kecepatan anginnya 15-34 knot.

Bibit siklon bisa menjadi siklon tropis saat dipengaruhi kondisi atmosfer. Faisal mengatakan, anomali atmosfer global saat ini antara lain dipengaruhi fenomena La Niña, El Niño, Indian Ocean Dipole, hingga seruakan dingin dari Siberia, yang membuat cuaca semakin tidak stabil.

Saat tumbuh menjadi siklon tropis, kecepatan anginnya mencapai 35 knot atau lebih, serta membentuk struktur badai.

Siklon tropis bisa terjadi 3-18 hari. Disertai hujan lebat ekstrem, dampaknya bisa meluas dari laut ke darat, dan menyebabkan kerusakan besar di wilayah yang luas.

Faisal meminta warga mengantisipasi potensi cuaca ekstrem beberapa bulan ke depan dengan memantau peringatan dini secara rutin. Sementara itu, ia meminta pemda memastikan kesiapan infrastruktur dasar terhadap cuaca ekstrem dan bencana, seperti drainase, jalur evakuasi, dan fasilitas publik.

“Kewaspadaan perlu ditingkatkan karena puncak musim hujan berada di Januari dan Februari,” ucapnya.

Diketahui, cuaca ekstrem seperti siklon tropis dan hujan berujung disusul banjir bandang dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pekan lalu. Ratusan korban meninggal dan ratusan lainnya hilang, sementara insfrastruktur hingga rumah warga rusak.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Pakar hidrologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr.-Ing Ir Agus Maryono menilai banjir bandang dan tanah longsor tersebut juga dipengaruh faktor meteorologi, geografi, geologi, dan hidrolik. Bentang lahan yang rentan menurutnya juga diperparah kondisi saluran hidrolik yang tersumbat.

Sementara itu, pembalakan hutan menurut Agus juga memicu air hujan tidak terserap ke tanah. Akibatnya, muncul limpasan air hujan (runoff) di permukaan tanah. Kondisi hutan gundul membuat kenaikan limpasan sehingga terjadi banjir besar.

Mengantisipasi banjir bandang terjadi lagi, ia mengingatkan pemerintah untuk menyelesaikan evakuasi korban saat ini terlebih dahulu. Kemudian, baru lakukan tanggap darurat keseluruhan seperti membangun fasilitas publik, membangun jembatan, dan perumahan, dengan memperhatikan dampak-dampak yang terjadi.

“Jadi tenaganya full untuk korban. Korban yang masih hidup, yang hilang itu harus segera temukan kembali,” ucapnya, dikutip dari laman UGM, Kamis (4/12/2025).

Ia menambahkan, agar efektif menghindarkan warga dari banjir, kedepankan pembangunan ramah lingkungan. Contohnya lewat penerapan ekohidrolik.

“Cara-cara ekohidrolik gitu. Misalnya sungai-sungai yang melebar itu ya harus ditanami dengan tanaman-tanaman yang cepat tumbuh sehingga sedimennya bisa dihentikan. Fungsinya untuk menstabilkan lereng-lereng sungai,” jelasnya.

Bibit Siklon dan Siklon Tropis

Banjir Bandang