Harga emas beberapa waktu lalu sempat mencapai titik tertinggi sepanjang masa alias all time high. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa salah satu yang penyebabnya karena ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan karena terganggunya produksi di tambang Freeport.
Sebagai informasi, beberapa waktu lalu PT Freeport Indonesia (PTFI) menghentikan seluruh aktivitas produksi bawah tanah (underground) di area Grasberg Block Cave (GBC) di Grasberg, Kabupaten Mimika, Papua Tengah akibat longsor.
“Karena produksinya terganggu akibat daripada kolapsnya tambang di Freeport. Nah, ini yang men-drive salah satu harga emas naik all time high karena suplai dan demand-nya tidak berimbang,” katanya di Hutan Kota by Plataran, Jakarta Pusat, Selasa (4/11/2025).
Airlangga menyebutkan tambang emas di Freeport kini sudah mulai beroperasi. Ia berharap produksi tersebut dapat berjalan dengan baik.
“Nah, saya monitor sudah mulai produksi harapannya bisa lebih baik,” katanya.
Sementara itu, Airlangga menyebutkan tingginya harga emas juga menjadi salah satu pendorong inflasi Oktober 2025. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) inflasi Oktober sebesar 0,28%, sedangkan inflasi tahun ke tahun (year on year) sebesar 2,86%.
Meski membuat inflasi meningkat, Airlangga menilai inflasi ini menunjukkan tren positif. Ia menyebut meningkatnya pembelian emas menandakan masyarakat kini mulai berinvestasi pada aset yang lebih berkualitas.
“Jika lihat inflasi 2,86%, memang salah satu yang naik adalah terkait dengan pembelian emas. Jadi, ini suatu hal relatif positif karena masyarakat sudah bisa mencari aset-aset berkualitas, dan ini tentu efek dari pembentukan Bullion Bank,” katanya.







