Ada Banyak Jenis Lumba-lumba di Indonesia, Salah Satunya Endemik Kalimantan

Posted on

Lumba-lumba merupakan salah satu satwa yang dikenal karena kecerdasannya. Selain itu, lumba-lumba juga dikenal lucu dan memiliki daya tarik tersendiri. Kemunculannya di permukaan air selalu ditunggu-tunggu.

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan wilayah laut yang luas, menjadi rumah bagi lumba-lumba. Ada berbagai jenis spesies lumba-lumba yang hidup di Indonesia, salah satunya merupakan satwa endemik Kalimantan.

Dikutip dari Integrated Taxonomic Information System (ITIS), lumba-lumba secara umum berada dalam famili Delphinidae. Mamalia air ini terbagi menjadi belasan genus dan puluhan spesies.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan situs Bali Exotic Marine Park, ada 16 spesies lumba-lumba yang ada di Indonesia. Di antaranya ditemukan di perairan Kalimantan. Berikut 7 jenis lumba-lumba di antaranya.

Yang pertama ada lumba-lumba hidung botol (Tursiops aduncus), spesies yang paling akrab di mata publik. Mereka mudah dikenali berkat moncongnya yang pendek, tebal, dan menyerupai botol.

Ciri khas yang membedakan mereka dari kerabatnya yang hidup di perairan Atlantik adalah tubuhnya yang sedikit lebih ramping serta adanya bintik-bintik hitam khas pada bagian perutnya setelah mencapai usia dewasa.

Di Indonesia, populasi mereka sering terlihat berinteraksi dekat dengan pantai, menjadikannya pemandangan yang umum di perairan hangat nusantara. Di Kalimantan, lumba-lumba ini sering dijumpai di Berau, terutama di Derawan dan Maratua.

Dikutip dari NOAA Fisheries, lumba-lumba pemintal atau spinner dolphin (Stenella longirostris) memiliki kebiasaan melompat tinggi di udara dan berputar-putar secara cepat pada poros tubuhnya sebelum kembali menyelam.

Perilaku akrobatik ini diperkirakan berfungsi untuk komunikasi atau melepaskan parasit. Secara fisik, mereka memiliki moncong yang sangat panjang dan ramping.

Pola ‘tri-color’ pada punggung lumba-lumba pemintal menunjukkan warna abu-abu gelap, sisi abu-abu terang, dan perut putih pucat. Ini membuat mereka mudah dikenali ketika sedang beraksi di permukaan laut.

Lumba-lumba bungkuk Indo-Pasifik (Sousa chinensis) adalah penghuni pesisir tropis yang unik, termasuk di perairan Kalimantan. Mereka hidup di perairan dangkal dengan suhu hangat, biasanya tidak lebih dalam dari 25 meter, dan sering ditemukan di teluk, estuari, hutan bakau, serta muara sungai besar.

Ciri khas spesies ini adalah punuk di punggung yang menyangga sirip melengkung. Selain itu, moncong yang menonjol membuat bentuk kepalanya lebih memanjang dibandingkan pesut, sehingga menjadikannya lebih mirip lumba-lumba oseanik.

Namun, ketergantungan pada wilayah pesisir membuat spesies ini sangat rentan terhadap aktivitas manusia, seperti polusi hingga reklamasi lahan. Berdasarkan situs KSDAE, satwa ini dapat dijumpai di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, hingga Sulawesi.

Dilansir dari Whales and Dolphin Conservation, lumba-lumba risso alias risso’s dolphin (Grampus griseus) khas dengan tubuh kekar, kepala tumpul, dan tanpa moncong jelas. Warna tubuh mereka saat muda cenderung abu-abu atau coklat zaitun.

Namun seiring bertambah usia berubah semakin putih akibat banyaknya bekas luka dan goresan dari interaksi dengan sesama maupun dari mangsa favorit mereka, yaitu cumi-cumi. Keberadaan bekas luka ini justru menjadi ciri khas yang membedakan Risso dari lumba-lumba lain.

Dalam kesehariannya, lumba-lumba Risso dikenal sangat aktif dan sosial, hidup berkelompok dengan banyak individu serta sering berinteraksi dengan spesies lain seperti lumba-lumba hidung botol. Mereka kerap terlihat melompat, menepuk ekor atau kepala di permukaan air, meski biasanya agak pemalu terhadap kapal.

Lumba-lumba totol atau pantropical spotted dolphin (Stenella attenuata) adalah penghuni perairan tropis yang luas, termasuk Samudra Hindia dan Pasifik Indonesia. Ciri khas mereka adalah pola bintik-bintik yang sayangnya baru muncul ketika mereka dewasa.

Bayi dari spesies ini lahir tanpa totol, dan bintik-bintik itu perlahan menghiasi tubuh mereka seiring bertambahnya usia, memberikan penampilan seperti berbintang. Selain itu, mereka sering terlihat memiliki ujung moncong berwarna putih cerah, dan dikenal sering berinteraksi dengan gerombolan ikan tuna.

Lumba-lumba fraser (Lagenodelphis hosei) adalah spesies yang kurang umum diamati namun muncul di perairan dalam Indonesia. Penampilan mereka didominasi oleh garis hitam tebal yang membentang dari area mata hingga ke belakang tubuh, kontras dengan tubuh mereka yang relatif pendek.

Moncong lumba-lumba fraser sangatlah pendek, hampir tidak terlihat, dan mereka memiliki sirip serta sirip punggung yang relatif kecil dibandingkan ukuran tubuhnya yang kekar, membedakannya dari jenis lumba-lumba berbadan ramping lainnya.

Terakhir adalah lumba-lumba air tawar bernama pesut mahakam (Orcaella brevirostris) yang merupakan satwa endemik Kalimantan. Dilansir dari situs Kementerian Kelautan dan Perikanan, habitat pesut mahakam berada di perairan sungai wilayah Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Berdasarkan Portal Informasi Indonesia, pesut mahakam (Orcaella brevirostris) memiliki panjang antara 1,5 hingga 2,8 meter. Berat badannya antara 114 kg hingga 133 kg. Bentuk kepala pesut mahakam bulat mirip umbi, memiliki mata terbilang kecil untuk ukuran tubuhnya.

Pesut mahakam memiliki sirip kecil dan melengkung di bagian tengah punggungnya. Kemudian sirip pada bagian dadanya lebih membulat. Berbeda dengan lumba-lumba pada umumnya, dahi pesut tinggi bundar dan tidak punya moncong.

Selain di Kalimantan Timur, satwa serupa juga ditemukan di negara lain. Antara lain di Sungai Mekong (Orcaella fluminalister) yang masuk wilayah Myanmar dan Kamboja, serta Australia dan Papua Nugini (Orcaella heinsohni).

Nah, itulah tadi penjelasan mengenai 7 spesies lumba-lumba di Indonesia. Perlu diketahui, semua jenis lumba-lumba di Indonesia berstatus hewan dilindungi. Selain dilarang diburu, lumba-luma juga perlu dilestarikan dengan cara menjaga alam dengan baik.

7 Spesies Lumba-lumba Indonesia

1. Lumba-lumba Hidung Botol

2. Lumba-lumba Pemintal

3. Lumba-lumba Bungkuk Indo-Pasifik

4. Lumba-lumba Risso

5. Lumba-lumba Totol

6. Lumba-lumba Fraser

7. Pesut Mahakam

Dikutip dari NOAA Fisheries, lumba-lumba pemintal atau spinner dolphin (Stenella longirostris) memiliki kebiasaan melompat tinggi di udara dan berputar-putar secara cepat pada poros tubuhnya sebelum kembali menyelam.

Perilaku akrobatik ini diperkirakan berfungsi untuk komunikasi atau melepaskan parasit. Secara fisik, mereka memiliki moncong yang sangat panjang dan ramping.

Pola ‘tri-color’ pada punggung lumba-lumba pemintal menunjukkan warna abu-abu gelap, sisi abu-abu terang, dan perut putih pucat. Ini membuat mereka mudah dikenali ketika sedang beraksi di permukaan laut.

Lumba-lumba bungkuk Indo-Pasifik (Sousa chinensis) adalah penghuni pesisir tropis yang unik, termasuk di perairan Kalimantan. Mereka hidup di perairan dangkal dengan suhu hangat, biasanya tidak lebih dalam dari 25 meter, dan sering ditemukan di teluk, estuari, hutan bakau, serta muara sungai besar.

Ciri khas spesies ini adalah punuk di punggung yang menyangga sirip melengkung. Selain itu, moncong yang menonjol membuat bentuk kepalanya lebih memanjang dibandingkan pesut, sehingga menjadikannya lebih mirip lumba-lumba oseanik.

Namun, ketergantungan pada wilayah pesisir membuat spesies ini sangat rentan terhadap aktivitas manusia, seperti polusi hingga reklamasi lahan. Berdasarkan situs KSDAE, satwa ini dapat dijumpai di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, hingga Sulawesi.

Dilansir dari Whales and Dolphin Conservation, lumba-lumba risso alias risso’s dolphin (Grampus griseus) khas dengan tubuh kekar, kepala tumpul, dan tanpa moncong jelas. Warna tubuh mereka saat muda cenderung abu-abu atau coklat zaitun.

Namun seiring bertambah usia berubah semakin putih akibat banyaknya bekas luka dan goresan dari interaksi dengan sesama maupun dari mangsa favorit mereka, yaitu cumi-cumi. Keberadaan bekas luka ini justru menjadi ciri khas yang membedakan Risso dari lumba-lumba lain.

Dalam kesehariannya, lumba-lumba Risso dikenal sangat aktif dan sosial, hidup berkelompok dengan banyak individu serta sering berinteraksi dengan spesies lain seperti lumba-lumba hidung botol. Mereka kerap terlihat melompat, menepuk ekor atau kepala di permukaan air, meski biasanya agak pemalu terhadap kapal.

2. Lumba-lumba Pemintal

3. Lumba-lumba Bungkuk Indo-Pasifik

4. Lumba-lumba Risso

Lumba-lumba totol atau pantropical spotted dolphin (Stenella attenuata) adalah penghuni perairan tropis yang luas, termasuk Samudra Hindia dan Pasifik Indonesia. Ciri khas mereka adalah pola bintik-bintik yang sayangnya baru muncul ketika mereka dewasa.

Bayi dari spesies ini lahir tanpa totol, dan bintik-bintik itu perlahan menghiasi tubuh mereka seiring bertambahnya usia, memberikan penampilan seperti berbintang. Selain itu, mereka sering terlihat memiliki ujung moncong berwarna putih cerah, dan dikenal sering berinteraksi dengan gerombolan ikan tuna.

Lumba-lumba fraser (Lagenodelphis hosei) adalah spesies yang kurang umum diamati namun muncul di perairan dalam Indonesia. Penampilan mereka didominasi oleh garis hitam tebal yang membentang dari area mata hingga ke belakang tubuh, kontras dengan tubuh mereka yang relatif pendek.

Moncong lumba-lumba fraser sangatlah pendek, hampir tidak terlihat, dan mereka memiliki sirip serta sirip punggung yang relatif kecil dibandingkan ukuran tubuhnya yang kekar, membedakannya dari jenis lumba-lumba berbadan ramping lainnya.

Terakhir adalah lumba-lumba air tawar bernama pesut mahakam (Orcaella brevirostris) yang merupakan satwa endemik Kalimantan. Dilansir dari situs Kementerian Kelautan dan Perikanan, habitat pesut mahakam berada di perairan sungai wilayah Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Berdasarkan Portal Informasi Indonesia, pesut mahakam (Orcaella brevirostris) memiliki panjang antara 1,5 hingga 2,8 meter. Berat badannya antara 114 kg hingga 133 kg. Bentuk kepala pesut mahakam bulat mirip umbi, memiliki mata terbilang kecil untuk ukuran tubuhnya.

Pesut mahakam memiliki sirip kecil dan melengkung di bagian tengah punggungnya. Kemudian sirip pada bagian dadanya lebih membulat. Berbeda dengan lumba-lumba pada umumnya, dahi pesut tinggi bundar dan tidak punya moncong.

Selain di Kalimantan Timur, satwa serupa juga ditemukan di negara lain. Antara lain di Sungai Mekong (Orcaella fluminalister) yang masuk wilayah Myanmar dan Kamboja, serta Australia dan Papua Nugini (Orcaella heinsohni).

Nah, itulah tadi penjelasan mengenai 7 spesies lumba-lumba di Indonesia. Perlu diketahui, semua jenis lumba-lumba di Indonesia berstatus hewan dilindungi. Selain dilarang diburu, lumba-luma juga perlu dilestarikan dengan cara menjaga alam dengan baik.

5. Lumba-lumba Totol

6. Lumba-lumba Fraser

7. Pesut Mahakam