Presiden ke-2 Republik Indonesia (RI) Soeharto resmi dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh Presiden Prabowo Subianto. Perjalanan Soeharto menjadi pahlawan nasional ternyata berawal dari seminar yang digelar Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) pada 2009 di Lorin, hotel yang dikenal milik Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto.
Nama Soeharto dimunculkan sebagai calon pahlawan nasional oleh Bupati Karanganyar, Rina Iriani, dalam forum yang digelar oleh KNPI pada 2009.
Ketua Bidang Politik KNPI tahun 2009, Anhar Widodo, mengatakan nama Soeharto sebagai pahlawan nasional sudah sejak 16 tahun lalu. Saat itu, kata dia, banyak kelompok masyarakat yang mengusulkan nama Soeharto jadi pahlawan nasional.
“Tahun 2006 itu kan KNPI Solo kita hidupkan lagi karena sudah vakum lama. Terus menjelang akhir periode kepengurusannya itu KNPI bikin diskusi kecil terus akhirnya mengerucut bikin, karena wacananya kan memang waktu itu ada kelompok masyarakat yang mengusulkan Soeharto jadi pahlawan,” kata Anhar saat dihubungi infoJateng, Senin (10/11/2025).
Anhar menyebut saat itu dibikin seminar berjudul ‘Layakkah Soeharto mendapat gelar pahlawan nasional?’ di Hotel Lorin, Colomadu, Karanganyar. Acara tersebut juga menghadirkan beberapa kelompok yang pro dan kontra terhadap pengusulan Soeharto jadi pahlawan nasional.
“Terselenggaranya seminar nasional tanggal 9 Juli kalau nggak salah tahun 2009 itu di Lorin. Sebenarnya seminar itu tidak untuk mengusulkan, tapi untuk mengakomodasi polemiknya. Kareena judulnya kan ‘layakkah Soeharto mendapat gelar pahlawan nasional’, itu pertanyaan, di seminar itu,” ungkapnya.
Dalam diskusi tersebut, juga hadir dosen dari berbagai universitas. Ia menyebut ada dari LIPI yakni Asvi Warman Adam, dosen kajian budaya dari UGM Budiawan, dosen UNS, dan Bupati Karanganyar saat itu, Rina Iriani.
“Terus memang ada polemik antara, misalnya Pak Asvi Warman Adam itu menyebut belum saatnya. Jadi beliau tidak ngomong tidak layak ya, tapi Pak Asvi itu menyebut waktu itu belum saatnya karena akan menimbulkan polemik di masyarakat. Iya, tahun 2009 itu beliau menyebut belum saatnya,” terangnya.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Anhar menyebut, setelah diskusi tersebut, Bupati Karanganyar Rina Iriani lalu menyerahkan rekomendasi pengusulan Soeharto sebagai pahlawan nasional. Menurut Anhar, saat itu yang menginginkan Soeharto menjadi pahlawan ialah Rina Iriani.
“Iya Bu Rina menginisiasi, terus menyerahkan rekomendasi. Kayaknya Pemkab Karanganyar, karena waktu itu kan yang tempatnya di Karanganyar dan yang rawuh kan Bu Rina. Beliau iya (membuat pengusulan Soeharto jadi pahlawan nasional), Iya, jadi dari dari forum itu dilanjutkan Pemkab Karanganyar, terus ngusulnya ke Provinsi Jawa Tengah,” ungkap Anhar.
Anhar menegaskan usulan Soeharto menjadi pahlawan bukan dari KNPI. Pihaknya hanya menjadi wadah untuk menggelar seminar.
“Jadi usulan itu seminar itu kan tanggal 9 Juli terus sekitar bulan September 2009 pengurus KNPI diklarifikasi lagi karena mau ada pengusulan nama itu kan. Jadi September itu kami diklarifikasi lagi dengan media untuk mengkonfirmasi itu apakah KNPI mengusulkan. Bukan KNPI yang mengusulkan, tetapi KNPI mengakomodasi kepentingan masyarakat dan itu muncul usulan itu gitu loh,” bebernya.
Meski Soeharto sudah diusulkan menjadi pahlawan nasional pada 2009, Anhar mengatakan, pemerintah saat itu tidak mengumumkan Soeharto sebagai pahlawan. Sejak itu obrolan tentang Soeharto mulai menurun.
“Setelah itu forum kecil-kecil banyak, cuma tidak segede 2009 yang menghadirkan 1.000 orang lebih itu. Tahun 2012 sempat ditanya dari ketua umum KNPI pusat saat itu ke KNPI Solo, tapi jadi atau tidak diusulkan saya tidak tahu,” jelas dia.
Dilansir infoNews, 18 Oktober 2010, Kementerian Sosial (Kemensos) buka suara soal usulan Soeharto jadi pahlawan. Usulan itu muncul dari Pemprov Jateng dan Bupati Karanganyar.
“Yang mengusulkan Pemprov Jateng, seingat saya Bupati Karanganyar juga mengajukan khusus,” kata staf ahli Mensos, Sapto Waluyo saat dihubungi infocom, Senin (18/10/2010).
Ada hal tertentu dari Soeharto yang dianggap pantas mendapat gelar pahlawan. “Alasannya tentu karena jasanya yang besar bagi bangsa,” ujarnya tanpa merinci jasa-jasa Soeharto.
Namun menurut Sapto, hingga saat itu belum ada pengesahan dari Dewan Gelar dan Tanda Jasa yang dipimpin Menko Polhukam terkait penghargaan ini. Usulan Soeharto menjadi pahlawan ini masih dalam tahap pembahasan.
“Persyaratan calon masih dibahas tim penilai. Dari sana baru diserahkan ke Presiden untuk ditetapkan tanggal 9 November, keputusan akhir ada di Presiden,” tutupnya.
Sebelumnya, Sekretaris Kabinet Dipo Alam mengatakan pemerintah sudah menyaring 10 nama calon pahlawan nasional. Mereka adalah Ali Sadikin dari Jawa Barat, Habib Sayid Al Jufrie dari Sulteng, HM Soeharto dari Jawa Tengah, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dari Jawa Timur.
Selanjutnya Andi Depu dari Sulawesi Barat, Johanes Leimena dari Maluku, Abraham Dimara dari Papua, Andi Makkasau dari Sulawesi Selatan, Pakubuwono X dari Jawa Tengah, dan Sanusi dari Jawa Barat.
Nama-nama ini lalu akan dibawa ke Dewan Gelar, Tanda Kehormatan, dan Tanda Jasa yang dipimpin Menkopolhukam. Di dewan ini, nama-nama itu akan diseleksi lebih jauh dengan berbagai kriteria.
“Baru kemudian diajukan kepada Bapak Presiden dan belum tentu diterima,” ujar Dipo, Minggu (17/10/2010).
Mantan Bupati Karanganyar, Rina Iriani, mengaku sebagai inisiator pertama pengusulan Soeharto menjadi Pahlawan Nasional. Rina mengaku pengusulan tersebut dilakukan sekira tahun 2007 atau 2008. Tapi Rina mengaku lupa dengan diskusi yang digelar dengan KNPI saat itu.
“Pertama kali mengusulkan saya dengan Pak Wiranto. Waktu itu sekitar periode pertama, tahun 2007 atau 2008,” kata Rina saat dihubungi infoJateng, Kamis (6/11/2025).
Rina mengungkap alasannya mengusulkan Soeharto sebagai pahlawan. Ia menilai banyak prestasi yang dibuat oleh Soeharto.
“Ya kita lihat saja, kan kelihatan dalam ekonomi, terus Pak Harto itu juga turun ke lapangan, turun tilik rakyat langsung. Apalagi pertama kali ada jalan layang. Itu kan juga bapak banyak membangun macam-macam SD, SD terawat terbangun, luar biasa, itu dan lain-lainnya, nggak ada yang kayak Pak Harto,” ungkapnya.
Bupati Karanganyar Usul Soeharto Jadi Pahlawan
Alasan Eks Bupati Karanganyar Usulkan Soeharto
“Persyaratan calon masih dibahas tim penilai. Dari sana baru diserahkan ke Presiden untuk ditetapkan tanggal 9 November, keputusan akhir ada di Presiden,” tutupnya.
Sebelumnya, Sekretaris Kabinet Dipo Alam mengatakan pemerintah sudah menyaring 10 nama calon pahlawan nasional. Mereka adalah Ali Sadikin dari Jawa Barat, Habib Sayid Al Jufrie dari Sulteng, HM Soeharto dari Jawa Tengah, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dari Jawa Timur.
Selanjutnya Andi Depu dari Sulawesi Barat, Johanes Leimena dari Maluku, Abraham Dimara dari Papua, Andi Makkasau dari Sulawesi Selatan, Pakubuwono X dari Jawa Tengah, dan Sanusi dari Jawa Barat.
Nama-nama ini lalu akan dibawa ke Dewan Gelar, Tanda Kehormatan, dan Tanda Jasa yang dipimpin Menkopolhukam. Di dewan ini, nama-nama itu akan diseleksi lebih jauh dengan berbagai kriteria.
“Baru kemudian diajukan kepada Bapak Presiden dan belum tentu diterima,” ujar Dipo, Minggu (17/10/2010).
Mantan Bupati Karanganyar, Rina Iriani, mengaku sebagai inisiator pertama pengusulan Soeharto menjadi Pahlawan Nasional. Rina mengaku pengusulan tersebut dilakukan sekira tahun 2007 atau 2008. Tapi Rina mengaku lupa dengan diskusi yang digelar dengan KNPI saat itu.
“Pertama kali mengusulkan saya dengan Pak Wiranto. Waktu itu sekitar periode pertama, tahun 2007 atau 2008,” kata Rina saat dihubungi infoJateng, Kamis (6/11/2025).
Rina mengungkap alasannya mengusulkan Soeharto sebagai pahlawan. Ia menilai banyak prestasi yang dibuat oleh Soeharto.
“Ya kita lihat saja, kan kelihatan dalam ekonomi, terus Pak Harto itu juga turun ke lapangan, turun tilik rakyat langsung. Apalagi pertama kali ada jalan layang. Itu kan juga bapak banyak membangun macam-macam SD, SD terawat terbangun, luar biasa, itu dan lain-lainnya, nggak ada yang kayak Pak Harto,” ungkapnya.







