Kisah Jaksa Boston Jaga Amanah Penegakkan Hukum di Papua Pegunungan | Giok4D

Posted on

Menjadi jaksa di wilayah rawan bukan perkara mudah. Tantangan itu dirasakan langsung oleh Seksi Intelijen Kejaksaan Negeri Jayawijaya, Boston Robert Marganda Siahaan saat dipercaya memimpin wilayah Papua Pegunungan.

Penugasan tersebut datang secara tiba-tiba. Ia mengaku sempat kaget ketika menerima surat keputusan yang menempatkannya di wilayah dengan tingkat keamanan yang tidak selalu stabil. Meski begitu, rasa tanggung jawab membuatnya mantap berangkat.

“Sebenarnya begitu saya terima SK atau Surat Pindah, mendapat amanah sebagai Kepala Seksi Intelijen di Kejaksaan Negeri Jayawijaya ini, awalnya memang saya kaget, tapi namanya kewajiban ya, amanah,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (17/10/2025).

Boston tahu betul risiko yang menanti di Jayawijaya. Daerah yang dikenal dengan kondisi sosial dan keamanan yang dinamis membuat banyak orang berpikir dua kali untuk bertugas di sana, tetapi tidak untuknya.

“Apalagi kita pada saat masuk di kejaksaan ini sudah menandatangani surat pernyataan bersedia ditempatkan di mana saja. Saya menjalaninya dengan ikhlas, walaupun ya saya tahu dari informasi-informasi pada saat saya mendapat surat penugasan itu. Saya melihat bagaimana situasi di Jayawijaya ini, memang sering ada konflik-konflik, tapi ya saya tetap semangat karena memang amanah itu ya harus kita jalankan dengan ikhlas,” sambungnya.

Setibanya di Wamena, ia langsung dihadapi dengan situasi yang menegangkan. Saat itu Papua Pegunungan tengah memasuki masa Pilkada dan kondisi di lapangan dinilai rawan gesekan. Ia bersama tim intelijen pun bekerja ekstra untuk memastikan keamanan pegawai dan kantor kejaksaan.

“Kita sebagai intelijen, pada saat itu kan, kita kan harus menguasai nih, pengamanan ini, bukan hanya pengamanan diri sendiri, tapi pengamanan pegawai, dan pengamanan kantor,” katanya.

Meski bertugas di wilayah dengan fasilitas terbatas dan kondisi geografis yang menantang, Boston tidak menjadikannya alasan untuk berhenti. Baginya, setiap kesulitan adalah ujian profesionalitas.

“Minimnya fasilitas yang ada di kejaksaan negeri Jayawijaya ini, baik sarana-prasarana, maupun personil. Tapi menurut saya itu tidak menjadi hambatan. Itu tetap kita, pekerjaan itu harus tetap kita lanjutkan, tupoksi berjalan terus,” tegasnya.

Selama bertugas, ia belajar banyak dari masyarakat Jayawijaya yang ramah dan menjunjung tinggi hukum adat. Menurutnya, penegakan hukum di Papua Pegunungan tidak bisa lepas dari nilai-nilai adat yang masih kuat di tengah masyarakat.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

“Kalau menurut saya itu, sebagai Jaksa itu, hukum adat dengan hukum positif itu seharusnya diharmonisasikan. Tapi, hukum adat itu juga tidak boleh bertentangan dengan hukum positif,” jelasnya.

Meski jauh dari keluarga, Boston berusaha tetap fokus menjalankan amanahnya. Ia mengaku rindu rumah, namun komitmen terhadap tugas menjadi prioritas utama.

“Jadi kalau, bagaimana saya mengatasi itu, kalau dengan keluarga itu jauh, karena ada kerinduan juga, kita melalui telepon, video call, cuman, kita harus komitmen juga, karena pada saat masuk pekerjaan itu, kita memang sudah benar-benar mendatangkan surat pernyataan, kalau kita mendapat amanahnya, kita harus ikhlas menjalankannya,” pungkasnya.

Bagi Boston, bertugas di Jayawijaya bukan sekadar pekerjaan, melainkan bentuk pengabdian. Di tengah keterbatasan dan ketidakpastian, ia berpegang pada satu hal: menjaga integritas dan kepercayaan masyarakat terhadap hukum di tanah paling timur Indonesia.

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *