Dulu Ferry Sanjaya hanyalah anak kampung yang gemar bongkar pasang komputer. Kini, pemuda asal Sukabumi itu sukses membangun aplikasi digital yang dipakai puluhan desa untuk mengurus layanan publik.
Dari garasi kecil tempatnya memulai, karyanya kini membantu membuka akses informasi, mempermudah administrasi, hingga mengenalkan potensi desa ke lebih banyak orang.
Di sudut rumah sederhana di Sukabumi, sebuah komputer tua masih setia tergeletak di atas meja. Warnanya memudar, layarnya berdebu, tapi benda itulah saksi awal perjalanan Ferry Sanjaya.
Dari perangkat sederhana yang dibelikan ayahnya ketika ia baru berusia sembilan tahun, benih kecintaannya pada dunia teknologi mulai tumbuh.
Saat teman-teman sebayanya berlarian mengejar layangan dan bermain sepak bola di lapangan desa, Ferry kecil lebih senang duduk berjam-jam di depan layar komputer. Dari sekadar bermain gim, ia mulai penasaran membongkar perangkat keras dan mempelajari cara kerja komponen di dalamnya.
“Dulu sempat dimarahi karena komputer sering rusak, tapi justru dari situ saya makin penasaran,” kenang Ferry saat bertemu infoJabar, Kamis (4/9/2025).
Anak pertama pasangan Haer Suhermansyah dan Tati Mulyati itu tumbuh di keluarga yang cukup disegani di kampungnya. Ayahnya, Haer, adalah kepala desa tiga periode.
Namun, status itu tak membuat Ferry mengikuti jejak sang ayah. Saat banyak orang mengejar gelar sarjana, ia justru memilih jalan berbeda yakni berhenti kuliah dan mengejar mimpinya sendiri.
Membangun Jalan Sendiri
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
Tahun 2014 menjadi titik balik hidupnya. Saat itu Ferry kuliah di dua kampus di Yogyakarta, mengambil jurusan Ilmu Pemerintahan dan Hukum. Namun, semakin lama, panggilan dunia teknologi terasa lebih kuat daripada sekadar memenuhi ekspektasi keluarga.
Keputusan drop out tentu bukan hal mudah, apalagi di lingkungan desa yang memandang pendidikan tinggi sebagai lambang kesuksesan.
Ferry bertahan hidup di Yogyakarta dengan menjadi freelance programmer, mengerjakan proyek kecil-kecilan pembuatan website untuk klien. Dari satu pekerjaan ke pekerjaan berikutnya, perlahan namanya mulai dikenal karena hasil kerjanya yang rapi dan tepat waktu.
“Waktu itu saya kerja sendirian, kadang tidur di depan komputer. Proyek datang, ditolak sayang, diterima harus dikejar. Tapi dari situ saya belajar disiplin dan berani ambil risiko,” kata Ferry.
Empat tahun kemudian, pada 2018, Ferry memberanikan diri mendirikan perusahaan sendiri bernama Sanjaya IT Solution. Dari garasi rumah kontrakan kecil, kini perusahaan itu berdiri sebagai penyedia layanan IT consulting, web & mobile development, SEO service, hingga animation creator.
Awalnya Ferry hanya bekerja sendirian dengan satu komputer dan meja pinjaman. Kini, ia memimpin belasan karyawan lulusan sarjana, sementara dirinya sendiri sempat menjadi mahasiswa drop out. Aplikasi berbasis web dan mobile buatan perusahaannya dipakai berbagai perusahaan, sekolah, hingga pemerintahan.
Jangkauan kliennya pun meluas ke berbagai kota, mulai dari Sukabumi, Bogor, Jakarta, Yogyakarta, Bali, NTB, hingga Papua.
Pencapaian terbesar Ferry datang ketika dipercaya menjadi Direktur PT Mataram Digital Teknologi, perusahaan yang kini menangani program digitalisasi desa di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Bersama timnya, Ferry merancang aplikasi berbasis web untuk mempermudah layanan publik dan membuka akses informasi seluas-luasnya bagi warga desa.
Saat ini, sudah 38 desa yang bergabung. Ferry menargetkan lebih dari 50 desa akan menggunakan sistem digitalnya. Melalui aplikasi ini, warga bisa mengurus surat, mengakses informasi potensi wisata, hingga memantau penggunaan dana desa. Semua fitur terintegrasi dengan pemerintah daerah dan pusat.
“Digitalisasi desa itu penting, supaya pelayanan publik lebih cepat dan transparan. Harapannya, teknologi bisa membuat masyarakat lebih mudah mendapatkan haknya,” ujar Ferry.
Program ini berjalan dengan dukungan Alokasi Dana Desa (ADD) 2025 melalui Perbup Lombok Barat Nomor 19 Tahun 2025. Setiap desa mengalokasikan biaya Rp30 juta untuk membangun sistem digital terintegrasi.
Nama Ferry makin dikenal setelah menerima sejumlah penghargaan, mulai dari Pemuda Pelopor Kabupaten Sukabumi Bidang IT 2019, Sukabumi Award 2019, hingga predikat Lifetime Achievement dalam Festival Literasi Digital Jawa Barat 2022. Namun baginya, penghargaan hanyalah bonus, bukan tujuan utama.
“Buat saya, kebanggaan terbesar itu saat teknologi yang saya buat bisa membantu orang lain,” ucapnya.
Dari garasi kecil di Sukabumi, perjalanan Ferry Sanjaya telah membawa dampak besar, bukan hanya bagi perusahaannya, tapi juga bagi puluhan desa yang kini lebih dekat dengan teknologi. Ambisinya kini tak berhenti di Lombok Barat. Ferry ingin satu hal, membuat desa-desa di seluruh Indonesia lebih melek digital.