Salah satu wujud kekayaan budaya Nusantara adalah keanekaragaman alat musik tradisional. Di Kalimantan, terdapat bermacam alat musik tradisional, baik yang dimainkan dengan cara dipetik, ditiup, maupun dipukul.
Di bawah ini akan kita ulas delapan alat musik khas Kalimantan. Ada yang khas di satu daerah, namun ada juga yang umum digunakan di berbagai daerah di Kalimantan.
Kangkuang merupakan alat musik pukul dari Kalimantan Barat. Dikutip dari Koleksi Budaya Masyarakat Suku Daya Kendayan di Museum Negeri Kalimantan Barat terbitan Depdikbud, kangkuang sebetulnya alat komunikasi seperti kentongan.
ADVERTISEMENT
Alat musik ini berbentuk pipih persegi panjang yang terbuat dari kayu. Bagian depannya polos tanpa hiasan, sementara sisi kiri dan kanan dihiasi dengan ukiran pilin dan motif aso, yaitu perpaduan bentuk anjing, burung enggang, dan naga. Motif ini melambangkan pohon hayat, simbol kehidupan manusia di dunia.
Bagian tengahnya terdapat rongga seperti kentongan yang memisahkan dinding kiri dan kanan. Rongga ini berfungsi sebagai ruang resonansi yang memperkuat gema saat kangkuang dipukul.
Kangkuang digunakan oleh masyarakat pedalaman sebagai media pemberitahuan apabila terjadi suatu peristiwa penting di kampung. Irama pukulan yang dihasilkan bervariasi, disesuaikan dengan jenis informasi yang ingin disampaikan kepada warga.
Sape juga sering disebut sampe. Dilansir dari situs Kementerian Pariwisata, ini termasuk alat musik tradisional suku Dayak yang dibunyikan dengan cara dipetik dengan jari. Dalam bahasa Dayak, sape juga berarti ‘memetik dengan jari’.
Panjang sape sekitar satu meter dan dibuat dari kayu pilihan seperti kayu aro, marong, atau pelantan, yang dikenal karena kualitas akustiknya.
Keunikan Sape terletak pada jumlah senarnya yang hanya dua dan menghasilkan empat tangga nada. Instrumen ini umumnya dimainkan sebagai musik pengiring dalam tarian upacara adat Suku Dayak, dengan tujuan menciptakan suasana sakral dan penuh makna.
Menariknya, hampir setiap provinsi di Kalimantan memiliki versi khas Sape masing-masing. Perbedaan tersebut biasanya terlihat dari motif-motif Dayak yang menghiasi badan alat musik, mencerminkan identitas budaya lokal yang beragam namun tetap serasi dalam harmoni tradisi.
Babun adalah alat musik tradisional Kalimantan yang dimainkan dengan cara ditabuh pada kedua sisinya. Instrumen ini berbentuk bulat dan terbuat dari kayu, dengan lubang di bagian tengah sebagai ruang resonansi.
Kedua permukaannya ditutup dengan membran dari kulit hewan, menghasilkan suara ritmis yang khas. Sekilas, Babun menyerupai ketipung atau gendang dari Jawa, namun yang membedakannya adalah hiasan ornamen khas Suku Dayak yang menghiasi permukaan alat musik ini, memperkuat identitas budaya Kalimantan.
Sama seperti babun, tuma merupakan alat musik tradisional Kalimantan yang dipukul. Ini juga mirip dengan tifa dari Papua yang termasuk dalam kategori membranofon. Tuma menghasilkan bunyi dari getaran membran yang ditabuh menggunakan telapak tangan.
Bentuknya bulat dan memanjang, dengan lubang resonansi di bagian bawah. Panjang Tuma dapat mencapai 120 cm, sehingga sering disebut sebagai gendang panjang, dengan diameter sekitar 20-25 cm. Permukaan atasnya ditutup menggunakan kulit lembu, menghasilkan suara yang dalam dan bergema, khas dalam berbagai upacara adat Dayak.
Jatung utang adalah alat musik tradisional Kalimantan yang sekilas menyerupai saron dalam ansambel gamelan di Jawa. Instrumen ini terdiri dari 9 hingga 13 bilah kayu yang diikat dengan tali dan disusun di atas sebuah kotak resonansi. Biasanya terbuat dari kayu lempung atau meranti yang telah dikeringkan dalam waktu lama untuk menghasilkan kualitas suara yang optimal.
Jatung utang dimainkan dengan cara dipukul menggunakan dua batang kayu, menghasilkan nada yang bervariasi tergantung pada panjang dan ketebalan bilah kayu. Suara yang dihasilkan menciptakan ritme khas yang sering digunakan dalam pertunjukan adat Dayak.
Serunai merupakan alat musik tiup tradisional Kalimantan yang bentuknya menyerupai suling, namun dengan ujung yang lebih lebar. Bahannya dari kayu dengan ukuran sekitar 20 cm.
Serunai memiliki empat lubang nada yang memungkinkan variasi melodi. Instrumen ini sering dimainkan dalam berbagai kegiatan adat Suku Dayak, seperti pesta perkawinan, hiburan bagi para petani saat panen padi, hingga sebagai pengiring pertunjukan seni Kuntau, yaitu seni bela diri khas Kalimantan.
Suara Serunai yang lembut dan melodius memperkaya suasana dalam setiap perayaan budaya.
Kalimantan juga memiliki alat musik gesek tradisional yang dikenal sebagai rebab. Pasti infoers banyak yang sudah pernah mendengar namanya.
Instrumen ini terbuat dari kayu dan tempurung kelapa yang dibelah, berfungsi sebagai resonator untuk menghasilkan melodi yang khas. Rebab Kalimantan memiliki dua dawai yang direntangkan pada bagian badan, dan secara visual menyerupai biola.
Alat musik ini menunjukkan pengaruh budaya Timur Tengah yang masuk ke wilayah Kalimantan, terutama di Kalimantan Utara. Seiring waktu, Rebab diadaptasi dan menjadi bagian penting dalam musik pengiring berbagai upacara adat Suku Dayak.
Suara lembut dan melankolisnya memperkaya suasana ritual dan pertunjukan seni tradisional di Pulau Kalimantan.
Dikutip dari situs Pemkot Palangka Raya, garantung adalah alat musik pukul tradisional khas Kalimantan Tengah yang termasuk dalam keluarga gong, namun berukuran lebih kecil dibandingkan gong pada gamelan Jawa.
Instrumen ini biasanya dimainkan dalam satu set, terdiri dari beberapa garantung dengan ukuran berbeda, masing-masing menghasilkan nada yang khas.
Keunikannya terletak pada karakter bunyinya yang pendek dan ketukan yang cepat, menciptakan ritme dinamis yang membedakannya dari gong-gong tradisional lainnya.
Macam Alat Musik Khas Kalimantan
1. Kangkuang
2. Sape
3. Babun
4. Tuma
5. Jatung Utang
6. Serunai
7. Rebab
8. Garantung
