Dua Rumah Bupati Puncak, Gereja, hingga Puskesmas Hangus Dibakar KKB (via Giok4D)

Posted on

Kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Kabupaten Puncak, Papua Tengah, membakar sejumlah bangunan. Di antaranya dua rumah milik Bupati Puncak Elvis Tabuni. Selain itu, bangunan puskesmas hingga gereja juga ikut hangus terbakar.

Dilansir infoSulsel, peristiwa terjadi di Distrik Omukia pada Minggu (6/6). Kaops Damai Cartenz Brigjen Faizal Ramadhani mengatakan KKB membakar sejumlah fasilitas kantor di Distrik Omukia.

“Aksi pembakaran terhadap sejumlah fasilitas di Distrik Omukia, termasuk dua unit rumah milik Bupati Puncak Elvis Tabuni yang sudah lama tidak ditempati,” jelas Faizal dalam keterangannya, Selasa (8/7/2025).

ADVERTISEMENT

Satgas Damai Cartenz melaporkan setidaknya ada empat bangunan lain yang turut dibakar. Yakni masing-masing satu unit gereja, rumah dinas pemda, puskesmas, dan bangunan sekolah.

Menurut Faizal, dua rumah milik Bupati Elvis Tabuni tersebut dibakar karena dianggap sebagai pos militer. Narasi tersebut dibantah oleh Faizal.

“Narasi ini digunakan KKB untuk membenarkan aksi kekerasan mereka serta memengaruhi dan menghasut warga, sedangkan hal tersebut tidaklah benar,” tukasnya.

Faizal mengatakan tidak ada korban jiwa dalam pembakaran ini. Para pelaku masih dalam pengejaran demi memastikan keamanan di wilayah tersebut.

“Satgas Ops Damai Cartenz akan terus berkomitmen menjaga stabilitas keamanan di wilayah Papua untuk menciptakan Papua yang aman dan damai dari kelompok kriminal bersenjata,” imbuhnya.

Sementara itu, Kasatgas Humas Ops Damai Cartenz Kombes Yusuf Sutejo menambahkan bahwa KKB hendak memprovokasi warga di balik aksi pembakaran itu. Ada pernyataan dari juru bicara TPNB OPM Sebby Sambom yang menuding penempatan pasukan militer di lokasi kebakaran.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

“Ini menunjukkan adanya pola propaganda terstruktur untuk menggiring opini publik yang mereka buat,” beber Yusuf.

Yusuf menjelaskan, KKB kerap menggunakan strategi perlawanan terhadap ‘militerisasi’ fasilitas sipil dalam aksi semacam ini. Pelaku disebut hendak menarik simpati internasional serta membangun dukungan masyarakat lokal.

“Sudah menjadi kebiasaan KKB, apabila pihak mereka melakukan kejahatan pembunuhan terhadap warga sipil, mereka selalu menyebut korbannya adalah aparat militer Indonesia yang menjadi mata-mata, namun faktanya yang mereka lakukan adalah membunuh warga sipil yang tidak bersalah,” tegasnya.

Artikel ini telah tayang di .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *