Konsistensi penerapan nilai Environmental, Social, dan Governance (ESG) menjadi kriteria utama penghargaan Asia Responsible Enterprise Award (AREA) 2025. Atas konsistensinya menerapkan ESG, Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina meraih 3 penghargaan sekaligus.
Dalam perhelatan yang digelar di The Athenee Hotel a Luxury Collection, Bangkok (27/6) yang dihadiri langsung Menteri Perdagangan Thailand Mr Pichai Naripthaphan, 81 perusahaan dari total 350 kandidat asal 19 negara mendapatkan penghargaan.
Para pemenang dalam perhelatan bertema “A Necessary Shift to a Regenerative Economy” yang digelar Enterprise Asia itu ratusan kandidat harus melalui proses panjang mencakup seleksi administrasi dan audit interview dengan penilaian berbasis pada relevansi, efektivitas, dampak, dan keberlanjutan.
Dari total 81 pemenang AREA tahun ini, 3 di antaranya berasal dari Regional Indonesia Timur, yaitu PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), PT Pertamina EP Donggi Matindok Field (Pertamina EP DMF), dan PT Pertamina EP Papua Field (Pertamina EP Papua).
“Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan gas bumi, kami selalu berkomitmen untuk menerapkan nilai-nilai ESG pada seluruh kegiatan operasional perusahaan, termasuk pada aspek sosial yang melibatkan para pemangku kepentingan sekitar wilayah kerja kami dalam berbagai program pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan. Tentu saja penghargaan ini akan menjadi penyemangat bagi kami untuk terus konsisten menerapkan ESG,” ujar Direktur Regional Indonesia Timur, Muhamad Arifin.
Pada kesempatan lainnya, Sr Manager Relations Regional Indonesia Timur Sigit Dwi Aryono mengapresiasi keberhasilan ini sebagai hasil kinerja bersama.
“Penghargaan ini adalah hasil kolaborasi kinerja berbagai pihak, termasuk masyarakat setempat yang sangat mendukung dan semangat dalam menjalankan program-program CSR sehingga manfaat program kembali dirasakan oleh masyarakat itu sendiri,” katanya.
Vice Chairman of Enterprise Asia Datuk William Ng dalam sambutannya mengungkapkan pentingnya suatu perusahaan untuk terus melaju pada kemajuan namun tetap menerapkan nilai-nilai sustainability.
Ia menilai seluruh perusahaan harus berkontribusi aktif dalam memperbaiki kondisi lingkungan yang ada, mendorong peningkatan kualitas masyarakat di sekitar perusahaan, dan menciptakan sektor perekonomian yang tangguh dan inklusif.
PHE WMO melalui program “Eco-Edufarming” melakukan aplikasi pertanian regeneratif berbasis teknologi tepat guna sebagai upaya rehabilitasi lahan kering di Desa Bandangdaja, Kec. Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.
Program ini berhasil meningkatkan produktivitas 6,7 hektar lahan kering dan memanfaatkan 95,8 ton limbah ternak untuk pupuk organik. Selain itu, lebih dari 6 ton cocopeat per tahun dimanfaatkan untuk membantu penghematan air dengan menggunakan sistem pertanian regeneratif berbasis teknologi tepat guna.
Program Eco-Edufarming juga mampu mengembangkan budidaya buah melon dengan sistem Machida yang setiap pohonnya dapat menghasilkan lebih dari 20 buah.
Sementara Pertamina EP Donggi Matindok Field melalui program “Kokolomboi Lestari” berhasil melakukan konservasi berbasis pemberdayaan masyarakat adat di Desa Leme-Leme Darat, Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah.
Program ini mencakup upaya konservasi berbasis penjagaan hak masyarakat adat Togong Tanga, pemanfaatan hutan berbasis apikultur, dan pengembangan eko-eduwisata minat khusus.
Inovasi lainnya yang terdapat pada program Kokolomboi Lestari adalah mesin pasteurisasi dan vacum cooling yang dapat mengolah madu hutan sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Inovasi tersebut mengadopsi proses produksi yang terdapat di Central Processing Plan yang merupakan fasilitas produksi Pertamina EP DMF.
Sedangkan Pertamina EP Papua Field melalui program “Mata Hati Malasigi” melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat rentan yang terdapat di Kampung Adat Malasigi, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya.
Selama ini, masyarakat adat Malasigi yang termasuk dalam Suku Moi mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan dasar karena minimnya infrastruktur serta adanya ancaman illegal logging dan alih fungsi lahan.
Kini, Kampung Adat Malasigi telah mendapat hak pengelolaan atas hutan kampung melalui Lembaga Pengelola Hutan Kampung (LPHK) Belempe yang diberikan langsung oleh Presiden RI.
Pemberian hak itu merupakan suatu loncatan besar mengingat Hutan Kampung Adat Malasigi seluas 1.750 hektar merupakan habitat satwa dan tumbuhan asli Papua, turut mencakup 5 jenis burung cenderawasih, 13 jenis mamalia, 94 jenis burung, dan 23 jenis herpetofauna.