Ular berbisa selama ini dikenal sebagai hewan yang sangat berbahaya, sehingga tidak sedikit manusia yang berusaha menghindari atau menaruh sikap waspada yang cukup tinggi terhadapnya. Lantas, apa saja ya jenis ular berbisa yang sering muncul di sekitar lingkungan rumah kita?
Untuk diketahui, Indonesia memiliki beraneka ragam jenis ular yang mudah dijumpai. Beberapa jenis di antaranya tidak memiliki bisa, tapi ada juga yang justru berbisa. Dikutip dari laman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), ada lebih dari 349 jenis ular yang mudah dijumpai di Indonesia. Bahkan jumlah ular di Indonesia mencapai 10% dari keseluruhan total ular yang tersebar di berbagai belahan dunia lain.
Alasan di Indonesia banyak ular diungkap oleh peneliti BRIN bernama Amir Hamidy. Ia menjelaskan banyaknya ular di Indonesia karena lingkungannya yang mendukung bagi ular untuk berkembangbiak dan juga bertahan hidup. Ini tak terlepas dari lingkungan Indonesia yang merupakan daerah tropis dengan kondisi lembap dan hangat.
Kemudian terdapat persebaran ular yang menarik untuk diketahui berdasarkan habitat tempat mereka tinggal. Dikatakan dalam sumber yang sama, jenis-jenis ular yang mudah dijumpai di wilayah Jawa, Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara, Kalimantan, hingga Sulawesi memiliki kemiripan dengan jenis ular kawasan Asia. Lain halnya dengan ular yang ada di wilayah Maluku dan Papua yang lebih condong mirip dengan ular di kawasan Australia.
Nah, bagi infoers yang penasaran ingin mengetahui jenis-jenis ular yang sering muncul atau bahkan cukup mudah dijumpai di Indonesia, artikel ini akan merangkum informasinya. Simak baik-baik penjelasannya berikut ini, ya.
Seperti yang telah disinggung sedikit sebelumnya, Indonesia memiliki ratusan jenis ular yang tersebar di berbagai pulau. Pada kesempatan ini akan diuraikan sebagian jenis ular berbisa yang cukup mudah dijumpai di sekitar kita.
Diungkap dalam publikasi ‘Gigitan Ular: Manajemen Terkini’ karya Niken Wahyu Puspaningtyas, dkk., dari 3.000 spesies ular yang tersebar di seluruh dunia, 15% di antaranya diperkirakan berbahaya bagi manusia. Ini dikarenakan jenis-jenis ular tersebut memiliki bisa yang bersifat toksisitas dan mampu memberikan efek klinis melalui gigitannya.
Kemudian Indonesia memiliki lebih dari 18.000 pulau yang mana terdapat beberapa spesies ular yang terindikasi berbisa dan tersebar di sejumlah wilayah. Di antaranya ada Bungarus candidus, Naja sputatrix, Naja sumatrana, Calloselasma rhodostoma, Trimeresurus albolabris, Daboia siamensis, dan Acanthophis laevis. Sebagai gambaran bagi infoers, berikut akan diuraikan karakteristik dari jenis-jenis ular tersebut.
Ular weling selama ini dikenal sebagai salah satu ular berbisa dengan racun paling mematikan. Hewan melata yang satu ini kerap dijumpai di sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk Jawa. Di dalam buku ‘Hewan Melata’ Dhany Ardyansyah, ular weling digambarkan sebagai jenis ular dengan ciri khas paling menonjol pada bagian tubuhnya. Ular jenis ini punya belang-belang berwarna putih dan hitam yang mirip seperti gelang atau zebra.
Tak hanya memiliki keunikan pada tubuhnya yang mampu memudahkan manusia mengenalinya, ular weling dengan nama ilmiah Bungarus candidus ini merupakan hewan nokturnal yang sering kali mencari buruannya di malam hari. Meskipun begitu, ular weling termasuk jenis ular yang penyendiri dan tertutup.
Adapun bahaya bisa ular weling membuat orang-orang di sekitar mereka waspada. Ini dikarenakan ular ini memiliki bisa bersifat neurotoksin. Artinya, saat racun ular weling masuk ke tubuh makhluk hidup lain maupun manusia, maka akan menyerang sistem saraf. Tidak hanya memicu gejala tertentu, korban gigitan ular weling juga dapat kehilangan nyawanya apabila tidak segera mendapatkan penanganan.
Sementara itu, melalui laman AZ Animals, ular weling disebut juga sebagai ‘the-five-step snake’. Istilah tersebut memiliki arti siapa saja yang terkena gigitan, maka hanya perlu melangkahkan kaki sebanyak lima langkah, orang tersebut bisa saja kehilangan nyawanya. Ini dikarenakan bisa ular weling berkali-kali lipat lebih berbahaya dibandingkan ular kobra.
Selanjutnya, ada ular kobra Jawa atau yang juga dikenal sebagai ular sendok Jawa. Mengacu dari buku ‘Ensiklopedia Fauna Dunia’ oleh Shafa Faizah, pemberian nama ular sendok Jawa ternyata bukan tanpa alasan. Hal tersebut dikarenakan saat merasa terancam, jenis ular ini akan mengembangkan bagian lehernya menjadi lebih besar yang mana bentuknya mirip seperti sendok.
Ular kobra Jawa dengan nama ilmiah Naja sputatrix ini terkadang disebut sebagai ular king cobra oleh tidak sedikit orang. Padahal kedua jenis ular tersebut berbeda. Ular king cobra memiliki nama ilmiah Ophiophagus hannah. Adapun istilah yang disematkan pada king cobra adalah ular tedung atau ular lanang.
Selain mempunyai ciri khas pada bagian kepala yang menyerupai sendok saat merasa terancam, ular kobra Jawa juga dikenal berbahaya. Masih mengacu pada buku ‘Hewan Melata’, ular kobra Jawa memiliki bisa yang beracun. Serupa dengan ular weling, bisa pada ular kobra Jawa juga sifatnya neurotoksin.
Menariknya, ular kobra Jawa memiliki kemampuan tertentu saat mengeluarkan bisa. Mereka dapat menyemburkan bisa sampai jarak tertentu. Bahkan semburan bisa ular kobra Jawa ini bisa mencapai 2 meter. Semburan bisa ini juga dianggap berbahaya karena saat mengenai mata makhluk hidup lain bisa menyebabkan gangguan penglihatan.
Kalau sebelumnya ada ular sendok Jawa, kali ini juga terdapat ular sendok Sumatra dengan nama ilmiah Naja sumatrana. Ular ini juga termasuk dalam daftar ular berbisa yang sangat berbahaya dan bisa saja dijumpai di sekitar kita.
Dikutip dari laman Restorasi Ekosistem Riau, ular sendok Sumatra memiliki ciri khas saat merasa terkonfrontasi. Mereka akan langsung berdiri dan melebarkan bagian tudungnya. Ciri khas ini mirip seperti ular sendok Jawa. Tak hanya itu saja, mereka juga akan mengeluarkan desis dan menyemburkan bisanya.
Ular sendok Jawa memiliki habitat alami di kawasan Asia Tenggara, tak terkecuali wilayah Sumatra dan Kalimantan di Indonesia. Ular jenis ini memiliki sumber makanan berupa katak atau hewan pengerat lainnya.
Kemudian ada ular viper tanah atau yang juga disebut sebagai ular tanah dengan nama ilmiah Calloselasma rhodostoma. Ular jenis ini dikenal sebagai jenis ular yang memiliki kandungan bisa bersifat neurotoksin, yaitu menyerang saraf pada korban yang terkena gigitannya.
Dijelaskan dalam laman Herpetological Society of Indonesia, ular viper tanah memiliki kecenderungan tinggal di tempat-tempat yang lembap. Selain kerap dijumpai di permukaan tanah, ular jenis ini juga suka berdiam diri di tumpukan sampah, bawah rumah, hingga tumpukan kayu. Meskipun dikenal pendiam, ular viper tanah akan menyerang apabila merasa terancam. Termasuk saat ada manusia yang berusaha mendekatinya.
Ular berbisa yang satu ini tersebar di kawasan Asia Tenggara. Namun demikian, di Indonesia sendiri ular ini baru dijumpai pada wilayah Jawa. Biasanya ular viper tanah akan mencari mangsa berupa tikus, kadal, burung, hingga katak.
Masih merujuk dari sumber yang sama, yaitu Thai National Parks, Trimeresurus albolabris disebut juga sebagai ular berbisa bibir putih. Ular ini juga termasuk spesies endemik dari kawasan Asia Tenggara.
Menariknya, tidak hanya mendapatkan julukan sebagai ular berbisa bibir putih, spesies ini juga disebut dengan nama lain. Sebut saja ular berbisa pohon hijau, ular berbisa bambu bibir putih, hingga ular berbisa pohon bibir putih.
Ciri khas dari ular ini memiliki pola dengan warna hijau dengan sisi bawah mata berwarna kuning atau putih pucat. Di Indonesia sendiri, ular berbisa bibir putih dapat dijumpai di wilayah Jawa, Lombok, Sumbawa, Sumatra, Flores, Sumba, dan masih banyak lagi. Jenis bisa yang dihasilkan adalah hemotoksin yang menyerang sel pembuluh darah.
Kemudian ada ular bandotan puspa yang memiliki nama ilmiah Daboia siamensis. Ular jenis ini juga dikenal sebagai ular Russell timur. Ular bandotan puspa merupakan jenis hewan endemik kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Dikutip dari laman Thai National Parks, ular Russell timur memiliki ciri khas pada butuhnya dengan warna yang abu-abu atau hijau zaitun. Tidak hanya itu saja, seluruh tubuhnya biasanya dilengkapi dengan pola berbentuk bintik-bintik, baik yang berukuran kecil atau besar.
Kemudian jenis ular ini dikenal tidak begitu agresif dan cenderung pasif. Namun, saat merasa terancam mereka akan menyerang. Inilah yang membuat keberadaan ular bandotan puspa tetap perlu kewaspadaan dari orang-orang di sekitarnya.
Sementara itu, ada jenis ular berbisa yang dapat dijumpai pada wilayah Irian maupun Papua. Ular yang dimaksud adalah death adder dengan nama ilmiah Acanthophis laevis. Masih mengacu dari buku ‘Hewan Melata’, ular jenis ini termasuk sebagai ular paling berbahaya di dunia.
Ini dikarenakan racun pada ular death adder lebih kuat dibandingkan racun ular kobra. Ini dikarenakan sifat racun dari gigitan ular death adder adalah neurotoksin yang menyerang sistem saraf.
Adapun ciri khas dari ular ini adalah warna tubuhnya yang memiliki garis berwarna putih keabu-abuan. Kemudian panjang dari ular ini bisa mencapai 45 cm dengan habitat alami sering kali mudah dijumpai di kawasan hutan.
Itulah tadi rangkuman jenis ular berbisa yang sering muncul di sekitar kita, sehingga perlunya kewaspadaan akan hewan melata ini. Semoga membantu.