Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XXII Papua menemukan sembilan peninggalan Perang Dunia Kedua di kedalaman bawah laut Jayapura.
Pamong Budaya BPK Wilayah XXII Papua, Saberia, mengatakan peninggalan arkeologi yang ditemukan itu berupa reruntuhan kapal perang atau landing craft, sisa pesawat tempur, mobil lapis baja, hingga tank yang tenggelam di dasar laut.
Dari hasil perekaman dan dokumentasi terbaru, semua temuan di bawah air perairan Kota Jayapura itu dipercaya berkaitan erat dengan Perang Dunia II.
“Dari hasil identifikasi sementara, ditemukan sisa pesawat tempur di Perairan Teluk Youtefa yang diduga merupakan pesawat milik Kekaisaran Jepang tipe Hayabusa. Pesawat ini diperkirakan jatuh pada 1944 saat pertempuran dengan pasukan Sekutu,” kata dia.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Namun keberadaan peninggalan perang dunia kedua di bawah air itu terancam oleh kerusakan lingkungan. Menurut Saberia, selain faktor alam, kerusakan serius juga disebabkan praktik penangkapan ikan menggunakan bahan peledak serta kebiasaan membuang sampah ke laut.
“Penggunaan bom ikan juga telah merusak ekosistem laut sekaligus menghancurkan situs-situs cagar budaya bawah air yang bernilai sejarah tinggi,” ujarnya.
Sementara itu salah satu penyelam, Shinatria Adhityatama mengatakan pihaknya telah merekam sembilan situs cagar budaya bawah air yang memiliki potensi untuk dilestarikan.
“Kami berhasil mengidentifikasi tinggalan yang didominasi landing craft pasukan Sekutu, juga sisa sayap pesawat tempur dari masa Perang Dunia II,” katanya.
Menurut Shinatria, pihaknya yakin ke depan masih banyak lagi peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada di Provinsi Papua.
“Kami mengimbau masyarakat, nelayan, hingga komunitas penyelam untuk turut menjaga warisan bawah air tersebut,” ujarnya.
Upaya pelestarian ini, kata Shinatria, bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga harus melibatkan generasi muda Papua agar warisan sejarah Perang Dunia II di Jayapura itu dapat dimanfaatkan untuk pendidikan dan pengembangan wisata budaya maritim yang berkelanjutan.
“Mari menjaga bersama ekosistem laut sehingga pengembangan wisata budaya dapat terwujud nantinya,” pungkas dia.