9 Buah Khas Kalimantan, Ada Apa Saja? update oleh Giok4D

Posted on

Kalimantan bukan hanya terkenal dengan hutan hujan tropisnya yang lebat dan kekayaan hayatinya yang luar biasa. Kalimantan juga menyimpan beragam buah-buahan khas yang unik dan jarang ditemukan di daerah lain.

Buah asli Indonesia terdiri dari banyak jenis sehingga belum tentu setiap orang lokal mengetahuinya. Seperti buah-buahan di Kalimantan, yang tumbuh secara alami di hutan Kalimantan dan telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat lokal.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, dengan kekayaan sumber daya genetik yang luar biasa. Terletak di kawasan Indo-Malaya, Indonesia termasuk dalam delapan pusat utama keanekaragaman genetik tanaman global.

ADVERTISEMENT

Terlebih pada buah-buahan tropis seperti durian, rambutan, dan mangga. Kalimantan, yang merupakan pulau terbesar ketiga di dunia setelah Greenland dan Papua Nugini, dikenal memiliki hutan hujan tropis yang luas dan menjadi habitat bagi berbagai jenis flora dengan tingkat keragaman yang sangat tinggi.

Nah berikut ini adalah deretan buah yang berasal dari hutan Kalimantan, dan mungkin tak akan kamu temukan di tempat lain:

Mangga kasturi (Mangifera casturi Kosterm) adalah buah mangga yang khas dari Kalimantan Selatan. Dirangkum dari Publikasi Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura

Provinsi Kalimantan Selatan, buah ini banyak dijumpai di wilayah Kalimantan Selatan seperti Martapura, Kandangan, dan Tanjung.

Selain itu juga biasa ditemui di beberapa daerah lain seperti Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, termasuk Kutai dan Tenggarong Seberang. Saat ini, mungkin keberadaannya hanya bisa ditemukan di kebun-kebun warga, terutama di wilayah Kabupaten Banjar dan Hulu Sungai Selatan.

Yulistia Budianti Soemarie, dkk dalam bukunya yang berjudul Etnofarmasi Khas Kalimantan menyebut mangga kasturi dikenal memiliki aroma harum yang khas, rasa manis, produksi buah yang melimpah, dan ketahanan terhadap serangan hama serta penyakit.

Ukuran buah kasturi tergolong kecil jika dibandingkan dengan varietas mangga lainnya, dengan bobot sekitar 50-84 gram. Kulit buah yang masih mentah berwarna hijau, sedangkan saat matang berubah menjadi cokelat atau ungu kehitaman dengan permukaan yang mengilap, kadang dihiasi semburat ungu muda.

Daging buahnya memiliki cita rasa khas, mulai dari asam hingga manis. Musim berbuah biasanya terjadi pada bulan November hingga Januari, bertepatan dengan musim hujan. Bibit kasturi perlu ditanam di lahan kering atau di kawasan rawa dengan sistem pasang surut.

Dari total 31 jenis Mangifera yang ditemukan di Kalimantan, tiga di antaranya merupakan jenis endemik. Salah satunya adalah Mangifera casturi, yang telah ditetapkan sebagai flora identitas Provinsi Kalimantan Selatan melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 48 Tahun 1989.

Namun, kasturi kini termasuk tanaman endemik yang terancam punah. World Conservation Monitoring Centre pada tahun 1998 mengklasifikasikan kasturi sebagai spesies yang telah punah di alam liar.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

Belimbing darah (Baccaurea angulata) merupakan buah eksotis dari Kalimantan yang bentuknya mirip belimbing biasa, namun berwarna merah. Kulitnya tebal, sementara daging buahnya putih.

Buah Ucong, begitu biasa disebut, juga banyak ditemukan di kawasan hutan tropis kalimantan. Rasa dari buah hutan ini cenderung manis dan sedikit asam.

Dalam laman Kemenkeu disebutkan bahwa masyarakat Dayak banyak menyebutnya Belimbing Hutan. Daging buah Ucong ini berwarna putih dengan empat sampai tiga biji.

Buah ini merupakan spesies endemik Pulau Borneo, dan juga dikenal dengan nama belimbing hutan, tampoi merah, atau bidayuh. Selain enak, belimbing darah juga konon bermanfaat bagi kesehatan karena kaya akan vitamin C, antioksidan, serta senyawa antimikroba.

Kalangkala (Litsea garciae) merupakan salah satu jenis buah hutan yang berasal dari Pulau Kalimantan. Buah ini kerap dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai pelengkap makanan, misalnya dalam sajian yang dikenal dengan nama gangan kalangkala atau cacapan kalangkala.

Tanaman kalangkala dapat ditemukan di Kebun Raya Banua dan tersebar di beberapa wilayah Indonesia dan Malaysia, khususnya di daerah Sumatera serta Kalimantan, seperti Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tapin. Tanaman ini termasuk dalam famili Lauraceae dan cukup digemari oleh masyarakat Kalimantan Selatan.

Bentuk buahnya bulat, dengan kulit berwarna merah muda saat matang, dan hijau ketika masih mentah. Daging buah kalangkala memiliki tekstur menyerupai alpukat, namun berwarna putih.

Untuk mengolahnya, buah ini biasanya direndam dalam air yang sudah ditambahkan garam, dan bisa juga ditambahkan cabai rawit sesuai selera. Perendaman dapat dilakukan menggunakan air hangat atau mendidih, tetapi suhu air perlu diperhatikan.

Sebab jika terlalu panas daging buah bisa menjadi lembek, sementara jika terlalu dingin buah tidak akan matang sempurna. Kalangkala termasuk buah musiman dan umumnya tumbuh subur di kawasan hulu sungai.

Dalam laman Provinsi Kalimantan Selatan disebut kalangkala kerap dikonsumsi sebagai lauk pendamping nasi, sementara biji buahnya sering dimanfaatkan untuk mengobati bisul. Lebih dari itu, biji kalangkala dapat diekstrak menjadi minyak yang bermanfaat untuk industri pembuatan lilin dan sabun.

Konon berdasarkan penelitian, bijinya mengandung senyawa alkaloid yang bersifat antibakteri. Tak hanya bijinya, kulit batang kalangkala juga digunakan sebagai obat tradisional untuk mengatasi gatal akibat gigitan ulat bulu.

Buah kalangkala saat muda memiliki kelopak yang menempel pada tangkai buah, tetapi ketika dewasa kelopak ini membuka dan melindungi bagian sekitar tangkai. Diameter buah berkisar antara 2,5 hingga 4,5 cm.

Warna kulit buah berubah dari hijau muda saat muda menjadi merah muda hingga merah tua saat matang. Daging buahnya berwarna putih dengan tekstur lembut, dan bijinya berbentuk bulat berkeping dua berwarna cokelat muda.

Tanaman ini dapat tumbuh baik hingga ketinggian 200 meter di atas permukaan laut dan biasanya ditemukan di tepi sungai atau perbukitan dengan jenis tanah pasir hingga tanah liat.

Buah kapul (Baccaurea macrocarpa) memiliki penampilan menyerupai manggis, dengan kulit berwarna cokelat muda. Rasanya perpaduan manis dan asam yang menyegarkan. Buah ini punya nama lain yang cukup banyak seperti pasin, tampoi, setai, dan jentikan.

Buah ini memiliki makna budaya yang kuat bagi masyarakat Dayak. Mereka memanfaatkannya dalam ritual ‘Memulangan Buah’, sebuah upacara untuk menolak bala yang diyakini bisa memengaruhi hasil panen buah.

Dari sisi kesehatan, kapul dikenal memiliki khasiat, mulai dari meredakan sembelit dan sakit perut, hingga membantu mengatasi peradangan sendi. Kayu dari pohon buah kapul ini padat kuat sehingga biasa digunakan sebagai bahan bangunan.

Sekilas, buah lahung tampak seperti durian, hanya saja kulitnya berwarna merah mencolok. Daging buahnya berwarna kuning dan mengeluarkan aroma tajam yang khas. Lahung merupakan buah khas dari masyarakat Dayak.

Lahung memiliki nama ilmiah Durio dulcis. Rasanya tidak terlalu manis dan memiliki tekstur yang lembut serta agak berlemak saat dikunyah.

Di Kalimantan, buah ini biasa dijual mulai dari harga Rp 40 ribuan untuk ukuran kecil. Mengkonsumsi lahung diyakini dapat memperlancar pencernaan dan membantu mengurangi stres.

Ramania, yang juga dikenal dengan sebutan jatake atau gandaria, merupakan buah khas dengan cita rasa asam yang kuat. Buah ini sering dimanfaatkan sebagai bahan campuran dalam sambal untuk menambah rasa segar dan asam.

Ramania dikenal dengan nama latin Bouea macrophylla Griff. Tak hanya buahnya, bagian lain dari tanaman ini juga berguna. Daunnya bisa dikonsumsi dan kerap dijadikan lalapan oleh masyarakat. Sementara itu, batang pohonnya sering dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan papan.

Bangkinang adalah buah khas Kalimantan yang kini semakin sulit ditemukan akibat maraknya deforestasi. Buah ini memiliki kulit kemerahan dengan daging buah berwarna kuning.

Saat matang, rasanya manis bercampur asam, namun jika masih muda cenderung sepat. Diyakini pada era 1980-an, bangkinang masih mudah ditemui di hutan-hutan Kalimantan, bahkan sering dijual dalam ikatan-ikatan kecil.

Keramu merupakan buah hutan Kalimantan yang unik dengan warna ungu kehitaman. Rasanya gurih, mirip mentega, namun tidak bisa dimakan langsung dan harus melalui proses perebusan terlebih dahulu. Buah ini sebaiknya direbus setengah matang, segera diangkat saat air mulai mendidih.

Pohon keramu tumbuh tinggi di hutan pedalaman Kalimantan, bisa mencapai belasan meter dengan diameter batang lebih dari satu meter. Buah ini juga menjadi sumber makanan penting bagi satwa liar di kawasan tersebut.

Limpasu merupakan salah satu buah khas yang tumbuh di wilayah Kalimantan dan Sumatera. Buah ini memiliki banyak sebutan lokal, seperti ampusu, lampaong, lampawong, lepasu, lipase, nipassu, kalampesu, empaong, lempahon, hingga asam pauh.

Limpasu biasanya tumbuh subur di pinggiran dan lereng sungai dengan pohon yang menjulang tinggi. Buah ini dikenal memiliki rasa masam yang kuat, namun pohonnya dapat berbuah lebat sepanjang tahun tanpa tergantung musim.

Secara bentuk, buah limpasu bervariasi dari bulat hingga lonjong (elipsoid). Ketika masih segar, ukurannya bisa mencapai diameter 38 mm dan panjang hingga 60 mm.

Setelah dikeringkan, ukuran buah menyusut menjadi sekitar 24-54 mm panjangnya, dengan lebar dan tinggi antara 16,5-41 mm. Warna kulit buah bervariasi, mulai dari hijau, kuning, abu-abu, hingga cokelat, dan permukaannya cenderung halus.

Pohon limpasu sering ditemukan di hutan dan memiliki peran ekologis penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Selain itu, buah limpasu dengan rasa asam-manis biasa dikonsumsi langsung atau digunakan sebagai bahan tambahan dalam berbagai makanan dan minuman tradisional.

Secara turun-temurun, masyarakat terutama suku Dayak Meratus, memanfaatkan limpasu untuk perawatan kulit. Bagian dalam kulit buahnya digunakan sebagai bahan pemutih alami wajah dan untuk mengurangi flek hitam.

Kulit buah biasanya diparut atau dikerik lalu dioleskan ke wajah, dan digunakan secara rutin setiap hari sebagai tabir surya alami. Selain untuk perawatan kulit, seluruh bagian buah limpasu yakni daging, biji, dan kulitnya, juga dikenal memiliki khasiat pengobatan.

Masyarakat menggunakannya sebagai obat tradisional untuk mengatasi sakit perut, sakit kepala, hingga jerawat. Buah ini juga dipercaya memiliki kandungan antioksidan dan vitamin C yang tinggi, sehingga sering dimanfaatkan sebagai bahan anti-penuaan alami. Buahnya bisa dikonsumsi langsung maupun diolah menjadi masker wajah untuk menjaga kesehatan kulit.

Nah, itulah tadi 9 nama-nama buah khas Kalimantan. Kira-kira adakah buah di atas yang pernah kamu cicipi rasanya?

9 Nama Buah-buahan Khas Kalimantan

1. Mangga Kasturi

2. Belimbing Darah

3. Kalangkala

4. Kapul

5. Lahung

6. Ramania

7. Bangkinang

8. Keramu

9. Limpasu

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *