Menteri Transmigrasi M. Iftitah Sulaiman Suryanagara menyampaikan transmigrasi patriot merupakan bagian dari transformasi transmigrasi Indonesia menuju pendekatan kawasan berbasis kolaborasi dan sumber daya manusia unggul.
Menurutnya, transmigrasi bukan lagi sekadar perpindahan penduduk, namun strategi pembangunan nasional untuk menciptakan pusat-pusat pertumbuhan baru. Hal ini juga selaras dengan arahan Presiden yang menekankan pentingnya membangun dari pinggiran serta memperkuat potensi kawasan terluar dan perbatasan.
“Tim Ekspedisi Patriot adalah bentuk nyata kolaborasi antara perguruan tinggi dan pemerintah dalam menciptakan peta jalan pembangunan transmigrasi berbasis potensi lokal. Mahasiswa tidak hanya belajar di kampus, tetapi juga menjadi agen perubahan di lapangan,” ujar Iftitah dalam keterangan tertulis, Rabu (16/7/2025).
Lebih lanjut, Iftitah mengungkapkan program ini didesain dengan pendekatan kolaboratif yang melibatkan dunia akademik, pelaku usaha, serta pemerintah daerah.
Selain penelitian, para peserta juga akan dibekali pelatihan vokasi, pendampingan usaha, hingga sertifikasi kompetensi sebagai bagian dari proses penguatan kapasitas mereka di daerah.
“Kami ingin menyiapkan SDM unggul yang mampu membangun daerah dari pinggiran. Melalui Transmigrasi Patriot, anak muda Indonesia bisa mengabdi dan berkarya nyata untuk bangsa dengan cara yang profesional dan berdampak,” lanjut Iftitah.
Mengusung semangat ‘Patriot Mengabdi, Bangsa Berjaya’, program ini fokus pada riset lapangan dan pemberdayaan masyarakat. Ribuan peserta dari berbagai daerah dan kampus di Indonesia akan menjalankan misi pengumpulan data guna memperkuat perekonomian masyarakat kawasan transmigrasi. Ekspedisi ini menjadi wajah baru transmigrasi yang berbasis data, kolaboratif, dan partisipatif.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
Sejak 16 Juni hingga 3 Juli 2025, Kementerian Transmigrasi pun telah menggelar serangkaian rapat koordinasi secara intens dengan sejumlah perguruan tinggi terkemuka, seperti ITB, IPB University, UGM, UI, UNPAD, UNDIP, dan ITS.
Diskusi tersebut bertujuan untuk menyamakan persepsi, memperkuat koordinasi, serta membahas teknis pelaksanaan Ekspedisi Patriot 2025 yang akan berlangsung mulai Agustus hingga Desember 2025 mendatang.
Iftitah menegaskan kolaborasi dengan kampus ini memperkuat peran akademisi dalam merancang pendekatan ilmiah dan kontekstual dalam pembangunan kawasan transmigrasi.
Selanjutnya, pada 19 Juni lalu, Kementerian Transmigrasi juga menggelar rapat koordinasi daring yang melibatkan 160 kepala dinas dari seluruh Indonesia. Pertemuan ini membahas distribusi peserta, kesiapan daerah, dan format kerja sama multipihak antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan mitra perguruan tinggi. Rapat ini merupakan konsolidasi skala nasional yang mempertemukan seluruh wilayah dari Aceh hingga Papua.
Kemudian, pendistribusian peserta dilakukan secara merata ke seluruh Indonesia. Di Pulau Sumatera, peserta akan ditempatkan di 46 lokasi dengan total 545 orang yang ditargetkan menghasilkan 109 output penelitian. Kalimantan mencakup 23 lokasi dengan 280 peserta dan 56 output.
Sulawesi menjadi wilayah dengan keterlibatan terbesar kedua, yaitu 45 lokasi dan 540 peserta yang diproyeksikan menghasilkan 108 output. Sementara itu, di Papua terdapat 21 lokasi dengan 230 peserta dan 46 output.
Kemudian, wilayah Maluku melibatkan 11 lokasi dengan 130 peserta dan 26 output. Di kawasan Nusa Tenggara, sebanyak 275 peserta akan terlibat di 8 lokasi dan menghasilkan 55 output. Adapun Ekspedisi Patriot 2025 ditargetkan menghasilkan sedikitnya 400 output strategis, seperti laporan riset kawasan, rekomendasi kebijakan pembangunan transmigrasi, rancangan kelembagaan ekonomi masyarakat, serta kajian pemberdayaan berbasis investasi, korporasi, dan kawasan transpolitan.
Kementerian Transmigrasi berupaya menjadikan Ekspedisi Patriot sebagai fondasi penting dalam penyusunan kebijakan pembangunan kawasan transmigrasi masa depan. Program ini juga menjadi tonggak baru sinergi antara pemerintah daerah, akademisi, dan masyarakat dalam mendorong transformasi kawasan transmigrasi menjadi pusat-pusat pertumbuhan yang inklusif, berkelanjutan, dan berdaya saing.
Sementara itu Direktur Jenderal Pengembangan Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat Transmigrasi, Velix V. Wanggai mengatakan Ekspedisi Patriot 2025 bukan sekadar pengiriman peserta, tetapi juga membangun dasar kebijakan yang kuat berbasis data dan memperkuat kerja sama antara perguruan tinggi dan daerah.
“Ekspedisi Patriot 2025 adalah laboratorium besar kolaborasi pembangunan kawasan berbasis data dan pengabdian. Ini bukan sekadar riset, tetapi langkah konkret membangun ekosistem ekonomi yang menyatu antara SDM unggul, pemerintah daerah, dan masyarakat,” kata Velix.
Senada, Direktur Pengembangan Masyarakat Transmigrasi, Bondan Djati Utami menegaskan Ekspedisi Patriot merupakan ruang belajar sekaligus ruang pengabdian bagi generasi muda Indonesia. Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong terbentuknya usaha bersama masyarakat dan menciptakan pusat-pusat pembangunan baru yang mengandalkan potensi lokal.